Heroes - BnHA Fanfict (Comple...

By slayernominee

63.5K 7.6K 604

Midoriya tidak menyesali dirinya yang merupakan seorang quirkless. Penyesalan seumur hidupnya justru terletak... More

Prolog
•1•
•2•
•3•
•4•
•5•
•6•
•7•
•8•
•9•
•10•
•11•
•12•
•13•
•14•
•15•
•16•
•17•
•18•
•19•
•20•
•21•
•22•
•23•
•24•
•25•
•26•
•27•
•28•
•29•
•30•
•31•
•32•
•33•
•35•
•36•
•37•
•38•
--First Route--
--Second Route--
**Vote Room**
•••••
-New VillainDeku-

•34•

877 134 3
By slayernominee

.
.
.
.
.

Dabi tiba diluar markas dengan mengandeng Midoriya yang berjalan di belakangnya.

Cuaca begitu dingin diluar, angin berhembus cukup kencang. Dabi berpikir dia tidak akan lama-lama dan segera kembali kedalam. Dia akan membuat suasana hati Midoriya membaik secepat mungkin.

Dabi menoleh. Dia merapatkan jaketnya yang dipakai Midoriya. Wajah gadis itu begitu datar dan murung bersamaan. Pandangannya tidak fokus kemanapun, dia melamun.

Kedua tangan Dabi menangkup wajah Midoriya. Manik hijau gadis itu kemudian terlihat menyadarkan diri dari lamunannya.

"Lihatlah keatas. Hari ini begitu cerah, sehingga terlihat lebih jelas dari biasanya. Juga karena sekitar sini jarang dihuni, tidak banyak lampu yang biasanya membuat langit sulit dilihat. "

Midoriya menatap Dabi sejenak sebelum dia mendongakkan wajahnya.

Langit malam penuh bintang lebih indah saat ditatap langsung diluar. Namun semua keindahan itu tidak mempengaruhi hati Midoriya.

Lihatlah, gadis itu hanya menatap bintang-bintang dengan datar. Manik hijaunya berpendar redup, sama sekali tidak nampak tertarik.

Dabi hanya diam melihat reaksi itu, dia tidak terkejut karena itulah yang dia lihat dari Midoriya seminggu ini. Bahkan setiap harinya bertambah parah.

Pria itu menghela nafas pelan. Dia kemudian mengamit kedua tangan Midoriya. Dia bisa merasakan pergelangan tangan gadis itu bertambah kecil. Midoriya semakin kurus.

"Apa kau kedinginan? " tanyanya saat merasakan kedua tangan itu begitu dingin.

Midoriya menurunkan tatapannya dari langit berbintang. "Tidak... "

Sebenarnya sejak awal Dabi tahu dia tidak akan bisa lagi mengubah suasana hati Midoriya. Perkataannya benar-benar tidak mempan sejak beberapa hari lalu. Namun dia tetap mencoba saja.

"Kalau begitu, kita memutari kawasan ini sejenak, kemudian segera tidur. "

Waktu sudah menunjukkan lebih dari pukul 12 malam. Artinya sudah pagi, berganti hari. Mereka melangkahkan kaki pergi memutari wilayah sepi itu.

.
.
.
.
.

"Hei, kau sudah dengar soal kerusuhan di kota sebelah semalam? " tanya Kaminari yang bergabung dengan kerumunan anak laki-laki saat istirahat.

"Sudah, kejadiannya terjadi tengah malam. Itu pasti sangat mengganggu." jawab Kirishima.

"Untung saja pihak keamanan langsung datang. " timpal Sero.

Topik pembicaraan mengenai kerusuhan di berbagai kota bukan hal asing lagi ke kelas 1A. Sejak seminggu lalu itu menjadi topik harian yang selalu berganti sewaktu-waktu dimana terjadi kasus baru.

"Mereka semakin gencar bergerak semenjak All Might pensiun... "

"Lingkungan ini masih perlu waktu untuk menerima Endeavor sebagai hero number 1 yang baru. "

Todoroki melirik ke kerumunan saat dia mendengar bahasan itu. Meski ayahnya kini adalah hero nomor 1, dia sama sekali tidak berbesar hati.

Dia hanya menghela nafas pelan dan menatap ponselnya. Membaca berita soal kerusuhan kemarin malam.

"Kau memikirkan sesuatu? " tanya Iida yang berhenti saat melintasi mejanya.

"Aku hanya mengira-ngira dimana kerusuhan selanjutnya akan terjadi. Tapi pola yang kutebak selalu salah. Aku tidak bisa membaca pikiran mereka. "

Iida tidak heran mendengar itu. Dia tahu maksud kata 'mereka' itu.

Seminggu lalu, saat Kirishima bertanya pada Bakugou soal dirinya yang pergi ke ruang guru bersama Aizawa, Bakugou memberitahu setelah dia ditanya berulangkali jika itu mengenai Midoriya.

Mendengar itu, jelas Kirishima semakin gencar menanyakan lebih lanjut.

Setelah itu, dia tahu mengenai rencana Villain League, juga kebenaran soal Midoriya. Dia pun memberitahu orang-orang yang pergi bersamanya saat menolong Bakugou saat itu setelah Bakugou sendiri tidak terlihat keberatan untuk berita itu diberitahukan pada beberapa anak.

Iida, Todoroki, Yaoyozoru, dan Shinsou yang mendengar itu khawatir akan rencana baru Villain League sekaligus lega mendengar soal Midoriya.

Yaoyozoru menghela nafas leganya begitu panjang. "Syukurlah, aku selalu terpikir apa benar jika Midoriya benar-benar berada di sisi villain selama ini. "

"Untungnya dia baik-baik saja setelah terluka parah saat itu." ujar Iida.

"Jujur, aku terkejut mengetahui jika Midoriya dan Bakugou menipu kita semua selama ini. Aku penasaran apakah para sensei marah saat Bakugou memberitahu itu." Kirishima menyandarkan punggungnya ke sofa ruang utama asrama.

"Karena mereka melakukan itu bukan untuk hal buruk, menurutku tidak akan membuat sensei semarah itu. Terlebih mereka menguak kebohongan itu dengan membawa berita besar soal rencana Villain League. Para sensei pasti akan memaafkan kebohongan itu dengan hasil yang didapat. " Iida menjelaskan pemikirannya.

"Bagaimana dengan keberadaan Midoriya sekarang? " tanya Todoroki.

"Bakugou bilang dia masih menetap di markas baru Villain League untuk mengetahui lebih lanjut rencana mereka. " jawab Kirishima.

"Apa Midoriya memberitahu lokasi markas baru itu? " tanya Shinsou.

"Tidak, aku tidak tahu kenapa. Bakugou tidak menjelaskan lebih lanjut. Tapi aku yakin ada alasan tersendiri. "

"Kupikir itu untuk mencegah siapapun mencoba datang menemuinya disana. Karena itu berbahaya. " ujar Yaoyozoru.

"Ah, sayang sekali memang. Aku ingin menemuinya, tapi kalau itu berbahaya untuk kita dan dia sendiri, apa boleh buat. "

Todoroki dan Shinsou terdiam. Mereka adalah orang yang paling khawatir soal kondisi Midoriya selain Bakugou.

Memang benar perkataan Yaoyozoru. Jika sampai Midoriya memberitahu, maka pasti akan ada yang nekat pergi ke markas villain itu.

Entah mengapa, meski mendengar jika Midoriya baik-baik saja, Todoroki dan Shinsou masih merasa resah. Seolah ada hal yang masih belum mereka ketahui dari semua itu. Karena melihat dari tingkah Bakugou, dia nampak tidak terlalu senang meski telah bertemu langsung dengan Midoriya.

"Mungkin itu karena kita belum terbiasa menghadapi villain. " respon Iida mendengar perkataan Todoroki. "Aku yakin sensei mengetahui jalur rencana mereka meski hanya sedikit."

"Kau benar... " Todoroki dan Iida berbicara dengan suara pelan, karena soal berita dari Bakugou itu memang tidak disebarluaskan pada sisa anak-anak lain. Jika pihak sekolah sendiri yang memberitahu itu kesemua orang, barulah Bakugou tidak keberatan.

Disamping itu, kerumunan anak perempuan nampak membicarakan hal serupa.

"Kuharap Deku-kun tidak terlibat dalam masalah ini... " ujar Uraraka pelan. Dia masih sedih mendengar berita soal Midoriya yang telah menjadi seorang villain.

Bakugou mendengar perkataan itu dari tempat duduknya. Dia hanya diam.

Meski Midoriya telah meminta Bakugou untuk memberitahu anak 1A soal kondisinya, namun atas nasehat Nezu dan Aizawa, dia diminta diam sampai pihak sekolah sendiri yang memberitahu itu.

Menurut Nezu, berita itu tidak harus disampaikan terburu-buru karena kemungkinan akan menjadi heboh dan membahayakan Midoriya yang masih berada di markas villain.

Berita itu telah diketahui beberapa anak 1A, namun Bakugou yakin mereka tahu benar soal kondisi Midoriya dan tidak akan menyebarkannya sembarangan.

Di kelas jurusan umum, Shinsou nampak melamun menatap ponselnya.

Dia baru sadar ketika Simi menepuk pundaknya.

"Shinsou-kun, apa tugas kemarin sudah selesai? Aku hendak mengumpulkan milik anak-anak sekelas ke sensei. " tanyanya.

"Oh, ya. " Shinsou mengeluarkan sebuah buku dari ranselnya dan menyerahkannya.

Simi mengangguk menerima. Kemudian dia sedikit mengintip ke layar ponsel Shinsou yang tergeletak diatas meja.

"Apa kau masih sesekali mengirim pesan ke nomor itu? " tanyanya saat melihat kontak yang dinamakan Amaya tertera disana.

Shinsou melihat pada ponselnya. "Tidak... karena nomor ini sudah tidak aktif. " jawabnya pelan.

"Kau tahu, aku masih sesekali mencoba mengontak nomor itu. Konyol, ya? " Simi tersenyum tipis. "Aku masih berharap pesanku akan terkirim dan Amaya membalasnya. Hah... ya ampun. Aku masih tidak habis pikir dia pergi tanpa meninggalkan nomor sama sekali. Dia membuatku khawatir tahu, meski mungkin disekolah barunya dia baik-baik saja. "

Shinsou terpikir akan skenario palsu yang kepala sekolah buat sebagai alasan menutupi hilangnya Midoriya dari sekolah.

"Ya, selalu anggap dia baik-baik saja diluar sana..."

Simi kemudian tersenyum lebar. "Baiklah, aku harus segera mengantar ini ke ruang guru. Jaa nee. "

Shinsou kemudian berpikir dalam lamunannya, dia mungkin akan menemui Bakugou saat di asrama nanti.

.
.
.
.
.

"Apa maumu? "

Bakugou yang tengah duduk di ruang tengah asrama yang kosong terganggu dengan kehadiran Shinsou.

"Kau bertemu dengan Midoriya, kan?"

"Hah? " Bakugou melirik kesal. "Kau sudah dengar semua dari shitty hair itu, jangan buang-buang waktuku, pergi sana. "

"Aku tahu kau tidak memberitahu semuanya. "

Bakugou berhenti menggunakan ponselnya saat mendengar itu.

"Kau tidak nampak terlalu senang meski telah bertemu Midoriya. "

"Memangnya kenapa? " tanya Bakugou ketus.

Mata bermanik keunguannya yang sayu menatap pria blonde itu. "Apa ada yang terjadi padanya? "

Bakugou terdiam sejenak. "Tidak, pergilah. " dia kembali mengusir.

"Apa Midoriya memintamu merahasiakan itu? Jawab saja. Kalau iya aku tidak akan bertanya lebih jauh. "

Bakugou mendengus kasar dan meletakkan ponselnya. "Tidak. Tapi kepsek melarangku mengatakannya. Tunggulah kabar dari sekolah. Puas?" dia bangkit berdiri dan pergi ke kamarnya.

Memang Bakugou memberitahu soal masalah villain league dan Midoriya yang hanya berbohong pada beberapa anak, tapi soal hal yang membuatnya kesal meski telah bertemu Midoriya tidak akan dia beritahukan. Dia akan membiarkan Nezu atau Aizawa yang mengumumkan soal kematian ibu Midoriya suatu saat.

Setelah berada sendirian di ruang tengah, Shinsou hanya berdiri diam.

"Kalau begitu tidak ada pilihan selain menunggu sekolah mengumumkan."

Suara Todoroki terdengar dan sosoknya terlihat keluar dari belokan lorong asrama.

"Maaf, aku bukannya menguping. Tapi aku tidak sengaja dengar saat turun untuk mengambil air. "

"Tidak apa. " Shinsou mengusap rambutnya. "Lagipula kau pasti juga memiliki pertanyaan yang sama, kan?"

"Ya. Jika kau tidak bertanya tadi, maka mungkin suatu saat aku yang akan bertanya. "

"Baiklah, selamat malam. Aku akan kembali ke kamarku. "

.
.
.
.
.

Sekitar hampir satu bulan sejak kerusuhan pertama mulai terjadi dibawah rencana Villain League. Kini sudah entah berapa banyak jumlah kekacauan yang terjadi sejak saat itu.

Beberapa villain bahkan nekat menargetkan UA sebagai lokasi kerusuhan, namun dengan keamanan ketat yang ada hal itu berhasil diselesaikan dengan mudah. Terlebih karena villain yang menyerang hanyalah para penjahat kecil.

Ditengah perlindungan aman sekolah, anak-anak UA belajar dengan tenang didalam gedung besar itu.

Bakugou nampak jenuh saat Aizawa tengah mengajar. Sebenarnya pikirannya terganggu sehingga dia tidak bisa fokus.

Saat pelajaran baru mulai tadi, ponselnya menerima sebuah pesan. Bakugou mengeceknya sekilas dan dia melihat itu dikirim dari nomor tidak dikenal. Namun begitu membuka pesan dia segera tahu jika itu adalah Midoriya.

Aturan untuk dilarang menggunakan ponsel selama pelajaran membuatnya terpaksa segera menyimpan ponselnya. Sebenarnya Aizawa akan mengerti jika dia menjelaskan alasannya, namun dia tidak mau menarik perhatian anak-anak lain.

Dia jengah menunggu jam pelajaran selesai untuk segera bicara pada Aizawa diluar kelas.

Hingga lima belas menit kemudian, bel pergantian jam berbunyi. Aizawa mengakhiri pelajarannya dan pergi keluar kelas.

Selang beberapa detik, Bakugou berdiri dan berjalan keluar. Saat Iida menanyakan kemana dia akan pergi, dia menjawab ke toilet.

Bakugou segera berlari menyusul Aizawa yang sudah cukup jauh.

"Sensei. "

Aizawa menoleh, mendapati anak didiknya tengah berjalan mendekatinya. "Ada apa? "

Bakugou mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan isi pesan sebagai jawaban.

Raut Aizawa segera berubah serius. "Ikut aku ke ruang guru. "

Sesampainya di ruang guru dan setelah Aizawa memberitahu Nezu, rapat dadakan segera dimulai dengan guru yang ada. Sisa guru yang sudah terlanjur pergi mengajar akan diberitahu nanti.

Bakugou diminta untuk kembali ke kelas dengan ponselnya yang ditinggalkan pada Aizawa agar anak-anak kelasnya tidak merasa heran kenapa dia selalu pergi saat rapat guru berlangsung.

Nezu membaca isi pesan tersebut. Midoriya mengirimkan sebuah alamat dengan sebuah pesan tambahan yang begitu singkat, 'hanya itu yang kudengar.' tulis Midoriya di pesan itu.

"Alamat ini, kemungkinan besar akan menjadi tempat selanjutnya serangan terjadi."

"Hanya itu yang dia dengar? Apa itu berarti Shigaraki tidak menjelaskan rencananya pada anggota lain? "tanya Snipe.

"Ya kemungkinan Midoriya hanya mendengar sekilas saat lewat. Entah ini hanya sekedar perkataan iseng atau bukan, tapi kita perlu berjaga-jaga. "

"Kapan kita akan memasang penjagaan rahasia disekitar tempat itu? " tanya Aizawa.

"Segera. Kalian tidak perlu repot, aku akan menghubungi rekan-rekanku diluar sekolah untuk ini. "

.
.
.
.
.

Kali ini Dabi melihat Midoriya tengah berada di atap datar markas ketika dia mencarinya di sore hari. Atap itu bisa dicapai dengan mudah dengan adanya tangga melingkar yang menghubungkan hingga ke tempat itu langsung.

Pemandangan matahari tenggelam bisa dilihat dengan jelas dari atas sana, namun Dabi ragu jika Midoriya pergi kesana untuk melihatnya.

"Disini kau rupanya. " ujarnya setelah berdiri disebelah gadis itu. Dia kemudian bisa melihat jika Midoriya menatap kosong kedepan.

"Kulihat para hero diluar sana melakukan pekerjaannya dengan bagus. Mereka membiarkan kerusuhan kecil yang tidak membuat banyak kerusakan terjadi, sementara kerusuhan yang cukup besar dihentikan segera oleh para pro sehingga tidak akan menimbulkan kecurigaan."

Dabi mengusap tengkuknya. "Yah, meski aku tidak tahu apa Shigaraki masih bisa curiga dengan kerja semulus itu. "

"Dia curiga... " ujar Midoriya pelan. Dia masih menatap nanar kedepan. "Dia mulai mengubah rencana..."

"Kau dengar sesuatu darinya?" tanya Dabi karena dia tengah tidak berada di markas tadi.

"Dia menentukan sebuah lokasi..."

"Selama ini dia tidak pernah menentukan lokasi mana yang akan terjadi kerusuhan. Jadi dia memang mengubah rencana. " Dabi menghela nafas. "Terlebih karena dulu dia bilang akan membiarkan situasi sekarang berlanjut sampai 2-3 bulan, itu memperkuat bukti karena dia mengubah setelah baru satu bulan berlalu. "

Kini suasana lengang. Dabi juga diam karena memikirkan mengenai situasi buruk yang mungkin akan datang lebih cepat dari dugaannya.

Manik birunya mengerling pada Midoriya. Gadis itu kini benar-benar tidak berekspresi. Dia kemudian melihat pada tangannya. Terlihat luka-luka yang didapat karena berlatih begitu keras.

Dabi mengangkat tangan kanan Midoriya.

"Woah, lihat betapa kau tidak pernah lagi merawat tanganmu sekarang. " timpalnya melihat garis-garis luka memenuhi telapak maupun punggung tangannya. Beberapa diantaranya merupakan luka baru.

Dabi mengeluarkan sehelai kain kecil panjang dari kantung jaketnya. Membebat tangan Midoriya sebagai ganti perban. "Jangan memaksakan diri, bukannya luka-luka itu menghambat kegiatanmu? "

"Mereka akan sembuh dengan sendirinya... " Midoriya nampak tidak peduli. Bahkan Dabi yakin kini Midoriya tidak memedulikan perih dari luka-luka itu sejak dia mendapatkannya.

Dabi mendengus, dia mengalah karena tidak akan bisa mengatakan apapun untuk membuat Midoriya berhenti membuat luka-luka baru besok. "Baiklah, setidaknya kau kini tidak pernah mencegahku mengobatinya. Itu cukup. "

Saat itu Mr Compress kemudian datang memberitahu jika Shigaraki mengadakan pembicaraan di ruang utama.

Midoriya segera kembali dari lamunannya dan berbalik pergi meninggalkan atap bersama Dabi.

.
.
.

Sesuai dengan apa yang Midoriya dengar, Shigaraki membicarakan soal rencana keterlibatan langsung anggota Villain League ke sebuah lokasi.

Saat diskusi, Shigaraki hanya menunjuk beberapa yang akan pergi ke lokasi itu. Toga, Twice, dan Mr Compress yang dipilih. Sisanya akan tetap berada di markas.

Setelah itu, Shigaraki dengan cepat menyudahi pembicaraan dan semua anggota bubar tanpa waktu lama.

Saat semua pergi, diam-diam Shigaraki memiliki rencana lain yang dia simpan sendiri bersama Kurogiri untuk besok.

Villain berambut tosca keabuan itu berdiri dari tempat duduknya. "Kita harus banyak istirahat. " ujarnya. "Besok kemungkinan akan menjadi hari yang melelahkan. "

.
.
.
.
.

To be continue--

Continue Reading

You'll Also Like

29.6K 3.1K 10
Terjadi sebuah konfik besar antar Aliansi Penjahat dan Hero. karena sebuah alasan pemerintah dan kepala sekolah Yuuei meminta tolong sebuah organisas...
9.7K 1.4K 13
Lahir dari hubungan gelap, terjebak hidup bersama ibunya yang pemabuk, Midoriya tidak pernah merasakan kebahagiaan di rumahnya. Orang-orang yang tahu...
5.7K 401 50
Tada~ Cerita Ini Adalah Cerita Pertama Author Di Akun Baru Author Disini Isinya Ship Rimuru Tempest x Guy Crimson dan Tentunya Ada Sudut Pandang Dari...
56.7K 5.5K 16
Gimana rusuhnya kalau semua member Wanna One spam di SOSMED??!! . Ayo baca kisah yang lainnya! : - ASRAMA • Wanna One