Heroes - BnHA Fanfict (Comple...

By slayernominee

65.5K 7.8K 620

Midoriya tidak menyesali dirinya yang merupakan seorang quirkless. Penyesalan seumur hidupnya justru terletak... More

Prolog
•1•
•2•
•3•
•4•
•5•
•6•
•7•
•8•
•9•
•10•
•11•
•12•
•13•
•14•
•15•
•16•
•17•
•18•
•19•
•20•
•21•
•22•
•23•
•24•
•25•
•26•
•27•
•28•
•29•
•30•
•32•
•33•
•34•
•35•
•36•
•37•
•38•
--First Route--
--Second Route--
**Vote Room**
•••••
-New VillainDeku-

•31•

930 138 13
By slayernominee

'Oke, fast apdet. Enjoy the story--'

.
.
.
.
.

Dabi begitu tidak menduga dengan apa yang dia lihat saat dia kembali ke gedung itu setelah pergi ke markas sejenak. Dengan pemikiran kesalnya soal Shigaraki yang bertindak diluar dugaannya, kejutan itu membuatnya langsung melupakan semua beban pikirannya itu.

Namun hal itu juga membuatnya tidak bisa menahan diri. Saking melegakannya, Dabi langsung saja melakukan hal yang selama ini Midoriya larang keras-keras. Mencuri ciuman dari bibir mungil itu.

Beberapa detik kemudian, Midoriya mendorong dirinya menjauh dengan sisa tenaga yang dia miliki. Dabi menatap wajah pucat Midoriya yang kini sedikit memerah.

Plak!

Tamparan lemah Dabi dapat pada pipi kirinya. Pria itu bahkan tidak merasa perih sama sekali. Kemudian kepalan tangan kanan Midoriya memukul dadanya pelan.

"Jika aku tidak dalam kondisi sekarang... akan kubunuh kau saat ini juga." desis Midoriya dengan raut kesal.

Dabi yang terdiam beberapa saat kemudian mendengus dan menyeringai tipis. Dia tidak memedulikan sikap dingin Midoriya dan membawa gadis itu kedalam pelukannya.

Jelas Midoriya tidak menyukainya, dia kembali mencoba mendorong Dabi menjauh. Namun kali ini Dabi tidak menurut untuk melepasnya begitu saja. Dia justru membenamkan wajahnya ke lekuk leher Midoriya.

Midoriya semakin dibuat emosi. "Touya-san, lepaskan. "

"Tidak bisakah kau membiarkanku melakukan ini? Setidaknya sebagai ganti untuk menyelamatkan hidupmu."

"Aku tidak memintamu melakukannya. Kau bisa biarkan saja aku mati saat itu. "

"Aku tidak akan lakukan itu. " Dabi menutup matanya. "Beberapa menit, kemudian aku akan melepasmu. "

Midoriya sudah tidak memiliki hal lain yang bisa dia lakukan untuk mengusir Dabi menjauh. Terutama karena tubuhnya hampir tidak bertenaga. Gadis itu mendengus kasar dan akhirnya mengalah, diam menunggu Dabi melepasnya.

Tidak apa. Tidak masalah dia hanya mendapat perlakuan dingin dari Midoriya setelah gadis itu bangun. Bagi Dabi, itu lebih baik dibanding melihatnya tak membuka mata berhari-hari.

Tubuh gadis yang kurus dan lemah karena terluka itu terasa begitu ringkih dalam dekapannya. Dabi tahu Midoriya kuat dalam pertarungan senjata, namun meski tak sedang terluka pun dimata Dabi, Midoriya tetaplah seorang gadis biasa yang bisa tumbang kapan saja saat terkena serangan.

"Kenapa kau melindunginya? " tanya Dabi saat dia masih membenamkan wajahnya.

"..." Midoriya tidak menjawab.

"Kau bisa katakan yang sebenarnya padaku. Sekarang aku tidak peduli lagi kau ada di pihak mana. "

"Aku tidak akan jawab selama kau masih melakukan ini. "

"Kau akan langsung jatuh jika aku melepasmu. "

"Ck, jangan pura-pura bodoh untuk memahami ucapanku, Touya-san. "

"Haha, baiklah. " Dabi melepas pelukannya, namun dia masih menjaganya agar tetap bisa duduk dengan rengkuhan di pinggang dengan sebelah tangannya.

"Aku akan ganti pertanyaan. Apa kau ingat semuanya? "

"Tidak. " jawab Midoriya lirih. "Tapi aku tahu semua yang terjadi. "

"Jadi dia menceritakannya padamu. Sepertinya kau juga baru saja mengakui jika kau melanggar janji untuk tidak menemui tawanan selama aku pergi. "

"Terserah. " Midoriya tidak peduli dengan itu.

"Lalu apa yang membuatmu menolak untuk para hero bawa waktu itu, hm?"

"Aku ingin mencari ibuku. "

Jawaban itu membuat Dabi diam akan suatu hal. Namun kemudian dia kembali membuka mulut. "Kau juga bisa mencarinya meski berada di pihak hero. "

"Entahlah, kurasa akan lebih mudah saja jika mencari melewati jalur lain."

Dabi memandang lantai gedung yang rusak di beberapa bagian. Dia memikirkan sebuah hal.

"Touya-san, apa kau tahu dimana–" ucapan Midoriya terhenti saat kepalanya terasa begitu pening. Dia mengalami anemia.

"Tidurlah, kau masih perlu istirahat. Aku akan segera bawakan makan agar kau cepat pulih. "

Midoriya tidak lagi bisa menjawab dengan matanya yang berkunang-kunang. Dabi merebahkannya pelan dan menyelimutinya. Dia kemudian keluar dari ruangan untuk mencari makanan tidak berat untuk gadis itu makan.

.
.
.
.
.

Esoknya, setelah Midoriya merasa sedikit lebih baik, dia mendengar banyak hal dari Dabi. Soal Kurogiri, markas baru, dan dirinya yang disembunyikan dari beberapa anggota villain league, kemudian juga soal kejadian saat Dabi pergi ke markas kemarin.

"Jadi Shigaraki tidak akan datang mencari? "

"Ya, kemungkinan besar. " jawab Dabi saat dia tengah mengupas buah apel merah besar.

Setelah semua dikupas dan dipotong menjadi bagian-bagian kecil, dia menyodorkan satu potong kedepan mulut Midoriya.

Midoriya mendengus pelan. "Aku tidak menduga kau benar-benar memperlakukanku seperti pasien. "

"Kau kan memang sakit. Buah-buahan penting untuk kesembuhanmu. Makan. "

Dengan sedikit malas, Midoriya membuka mulutnya dan melahap potongan apel itu. "Besok jangan lakukan ini, aku terlihat seperti perempuan manja. "

"Orang sakit memang perlu perlakuan khusus. Lagipula jika aku memang memanjakanmu, aku akan membawamu ke rumah sakit daripada di tempat asing begini. "

Midoriya kesal karena Dabi selalu saja punya jawaban untuk membuatnya kehabisan akal.

"Bagaimana keadaan diluar? "

"Hm, sekilas biasa saja. Tapi para hero jelas diam-diam berkeliaran mencari markas baru kita. "

"Apa Shigaraki merencanakan hal baru? "

"Entahlah, aku belum dapat kabar hingga hari ini."

"..." Midoriya terdiam. Dia memandang selimut yang menyelimuti hingga kaki atasnya saat dia duduk.

"Kau tengah berpikir soal bagaimana cara menanyakan keadaan ibumu? "

Midoriya menghela nafas pelan. "Ya. Touya-san, kau tahu dimana ibuku? " dia melanjutkan pertanyaan yang tertunda kemarin. "Atau Shigaraki juga merahasiakannya dari kalian? "

Pandangan Dabi turun pada kedua tangan Midoriya yang memainkan jemari dengan gelisah. "Sayangnya begitu. "

Midoriya jelas terlihat kecewa, namun dia tidak bisa menyalahkan Dabi. Dia akan memikirkan cara untuk mengetahuinya sendiri dari mulut Shigaraki atau Kurogiri suatu saat.

.
.
.
.
.

Sekitar satu minggu kemudian, Dabi mendapat kabar jika Shigaraki memanggilnya untuk datang ke markas bersama Midoriya. Sebuah rencana baru telah dibuat.

Kali ini Dabi tidak meminta bantuan pada Twice atau Toga karena Midoriya sudah mampu untuk berjalan meski belum bisa bergerak banyak. Namun Dabi tetap akan berhati-hati jika saja Shigaraki berbuat sesuatu diluar dugaan lagi.

Pada waktu menjelang malam, mereka selesai bersiap. Midoriya memastikan lukanya tidak akan mengganggu pergerakannya jika dia tidak gegabah.

"Katakan segera jika lukamu terasa sakit. Luka itu masih bisa membuka."

"Aku tahu. Lagipula aku kemungkinan besar bisa menghindar jika itu Shigaraki. Dia sering datang untuk bertarung dalam latihanku. "

"Ingat jika kau juga sedang tidak bisa bergerak cepat. "

"Sudahlah, ayo pergi. " Midoriya berjalan keluar dari ruangan mendahului Dabi yang tidak akan berhenti bicara jika dia terus meladeninya.

Dabi hanya mendengus dan menyeringai tipis. "Dasar. "

.
.
.

Melewati jalur sepi dan berkelit yang jarang dilalui patroli hero, mereka pergi menuju markas yang cukup jauh dari gedung tempat pribadi Dabi.

Suasana begitu senyap, hanya terdengar suara langkah halus mereka dan serangga-serangga malam yang mulai aktif.

Awalnya mereka berjalan biasa dan tidak membuka obrolan apapun. Hingga Dabi yang berjalan di samping Midoriya menyadari gadis itu terus mengepalkan tangannya entah sejak kapan.

Pria itu langsung menahan lengan atas Midoriya. "Sudah kubilang segera katakan padaku jika itu sakit. "

Midoriya segera melepas tangan Dabi. "Ini hanya nyeri. Aku sudah berjalan mengintari seisi gedung, ini hanya karena jarak tempuh yang lebih jauh."

"Biar kuperiksa."

"Lukaku tidak terbuka, aku bisa merasakannya. " Gadis itu menghindar dan melanjutkan langkahnya. "Semakin lama kita sampai, Shigaraki akan curiga. "

.
.

Sekitar sepuluh menit kemudian, mereka tiba. Lubang portal Kurogiri menyambut di pintu depan agar mereka bisa langsung sampai ke ruangan dimana anggota lain sudah berkumpul.

Midoriya dan Dabi menjejakkan kaki melewati lubang dan pemandangan sebuah ruangan besar langsung terlihat. Semua berkumpul disana, duduk atau berdiri di posisi nyaman masing-masing yang berdekatan.

"Ah, akhirnya datang juga. " ujar Mr Compress.

"Dasar, kalian membuatku menunggu lama." omel Twice.

"Mido-chan~" Toga dengan riang menggelayut pelan pada Midoriya, karena dia tahu gadis itu masih belum sembuh sepenuhnya dia tidak bertindak berlebihan. "Bukankah lelah berjalan kemari? Diluar juga dingin, kan? "

"Tidak juga. " jawab Midoriya pelan, meski sebenarnya dia berkeringat dingin akibat nyerinya selama berjalan.

"Kita akan segera mulai. " Kurogiri membuat fokus kembali terkumpul ke satu topik.

Midoriya duduk di kotak kayu samping tempat Toga, Dabi berdiri satu meter di sebelahnya.

Shigaraki melihat sekilas pada semua orang sebelum dia membuka mulut. "Setelah All Might menang pada pertarungan kemarin dengan luka parah, kurasa ini saatnya kita bertindak agar mereka tidak terlalu percaya diri atas kemenangan besar kemarin. "

Midoriya sedikit terkejut saat dia mendengar jika All Might menang dari AFO meski terluka parah. Dia belum menanyakan soal itu ataupun dapat info dari Dabi. Dia lupa akan hal itu.

"Jadi, rencana seperti apa yang akan dilakukan kali ini? " tanya Twice.

"Kita tidak akan menyerang secara langsung seperti biasa. " Shigaraki mengusap tengkuknya. "Aku akan kirim villain-villain kecil diluar sana untuk menyerang beberapa tempat sekaligus dalam waktu tertentu."

"Oh, membuat kekacauan disaat All Might sudah jatuh? Menarik juga. "

"Terutama mereka pasti mudah dibujuk untuk menyerang sesuai perintah melihat situasi sekarang. " timpal Kurogiri.

"Benar. " Shigaraki menyeringai. "Pemandangan kekacauan itu akan sangat bagus untuk dilihat. "

"Kapan kita akan melakukannya? " tanya Toga.

"Perlu waktu untuk mengumpulkan villain-villain kecil diluar sana. Mungkin sekitar beberapa hari lagi."

Pembicaraan usai setelah mereka membahas beberapa hal kecil. Perkumpulan itu pun mulai membubarkan diri ke sekitar markas. Namun Shigaraki dan Kurogiri tetap diam disana, begitu juga Midoriya dan Dabi.

Setelah suasana lenggang sesaat, Shigaraki memecah keheningan. "Sampai kapan kalian akan menolak berada disini? "

Midoriya mengerling pada sosok villain bersurai tosca keabuan itu. Dia ingat soal alasan yang tiruan dirinya buat berdasar cerita Dabi.

Memikirkan soal itu, Midoriya mendapat sebuah ide.

"Apa rencana ini memang memerlukan kami berada disini? "

"Tidak juga. Rencana itu bisa dilaksanakan darimana saja. "

"Lalu? "

"Hanya agar aku tidak mengira kalian sebagai pengkhianat. " Shigaraki memandang tajam pada Midoriya dan Dabi dari tempat duduknya.

Suasana menjadi semakin dingin. Keheningan melanda beberapa saat. Namun Midoriya tidak gentar untuk membalas tatapan tajam itu dengan tenang.

"Apa yang membuatmu berpikir kami akan berkhianat? "

"Hanya firasatku saja. "

Midoriya tersenyum tipis dan mendengus. "Shigaraki. " gadis itu bangkit berdiri dari kotak kayunya.

"Kurasa kau tidak berhak mengatakan itu setelah kau melakukan semua itu padaku. "

Ucapan Midoriya membuat ketiga orang lain yang ada di ruangan besar itu bereaksi terkejut bersamaan.

Terutama Dabi, dia begitu terkejut mendengar Midoriya mengatakan hal itu dengan sangat jelas. Sebuah rahasia yang dia sembunyikan telah dia bongkar sendiri.

Tidak lama kemudian, Shigaraki terkekeh. "Ternyata kau ingat, hm? Obat-obat itu tidak mempan padamu, aku cukup terkejut. "

"Tidak, obat itu bekerja dengan baik. " sergah Midoriya. "Aku tidak mengingat banyak hal. Aku hanya mendengar semua yang masuk akal untuk terjadi padaku. "

"Ah, baiklah. Jika otak pemikirmu itu sudah sampai mempercayai semua cerita itu, maka aku tidak akan bisa lagi memaksamu untuk tidak mengganggapnya benar. " Shigaraki berdiri dari kotak kayunya. "Dari siapa kau mendengar semua itu? Dari anak keras kepala yang waktu itu kita tawan? "

"Tidak penting siapa yang memberitahuku."

"Jadi apa maumu? Kembali pada hero diluar sana? Memberitahu semua rencana tadi? "

Dalam perkataannya itu, Shigaraki terlihat mulai memasang sikap untuk menyerang kapan saja. Kurogiri juga akan membantu saat Shigaraki bergerak.

Dabi diam-diam meski dia memasang pose seolah akan menyerang Midoriya, dia merasa khawatir suasana akan menjadi buruk. Jika itu terjadi dia akan segera membawa Midoriya pergi, tidak peduli jika dirinya dianggap pengkhianat.

Namun Midoriya tidak bergeming.

"Aku hanya katakan jika aku tahu semua tentang masa laluku dan soal bergabungnya diriku ke kelompok ini dengan paksaan. " ujarnya.

"Meski aku tahu semua itu, aku tidak ingat apapun. Ya aku percaya semua cerita itu, namun hilang ingatan membuatku tidak merasakan kesenangan apapun pada memori asing itu. "

Manik biru dabi melihat pada surai hijau Midoriya, dia jelas tahu itu hanya sebuah kebohongan. Memang Midoriya tidak ingat sebagian besar hal, namun gadis itu bohong soal perasaannya.

"Jadi, aku tidak akan kembali pada hero. Aku akan tetap berada di kelompok ini. "

Kali ini Dabi tidak tahu apa Midoriya memang serius melakukannya atau hanya sekedar omong kosong demi meyakinkan Shigaraki.

"Bagaimana aku bisa percaya kau akan benar-benar melakukannya? " selidik Shigaraki.

"Yah, jika para hero dan polisi tahu soal rencanamu, itu jelas berasal dariku. Dengan begitu kau akan tahu aku bohong. "

Shigaraki mendengus. "Itu pertaruhan yang besar. " dia kemudian melonggarkan waspadanya. "Baiklah. Untuk saat ini, aku akan menganggap perkataanmu itu jujur. "

"Ada syarat jika kau ingin aku ikut berpatisipasi dalam rencanamu. " Midoriya belum selesai dengan ucapannya.

Shigaraki terkekeh. "Jadi ucapanmu tadi baru menyatakan kau hanya tetap berada disini dan bukannya bersedia mengikuti rencana? Kau berhasil mengakaliku, katakan apa maumu. "

"Dimana ibuku?"

Suasana hening seketika. Midoriya masih menatap pada Shigaraki yang berdiri dua meter didepannya. Tidak ada yang bergerak, atau membuat suara sekecil apapun hingga akhirnya Shigaraki menyuarakan sebuah lokasi yang terdengar jelas dalam kesunyian malam itu.

Midoriya mengingatnya baik-baik. "Beri aku waktu untuk memeriksanya. "

"Besok pagi, jika kau tidak datang. Aku akan langsung menganggap semua perkataanmu tadi bohong. " Shigaraki mengucapkannya tanpa ragu. "Dabi, kau temani dia. Jika kau juga tidak kembali, berarti kau tidak memihak kita. "

"Baiklah. " Dabi jelas akan menemani Midoriya meski tidak disuruh.

Segera setelah itu, mereka berdua pergi ke lokasi yang Shigaraki sebutkan pada malam yang semakin larut.

.
.
.
.
.

Lokasi itu terletak cukup jauh dari markas. Karena itu Dabi memaksa Midoriya untuk menurutinya pergi kesana dengan naik taksi untuk pergi sekitar tiga perempat perjalanan. Lagipula pakaian mereka cukup menutupi identitas dengan aman.

Dengan alasan mereka akan sampai lebih cepat akhirnya Midoriya diam saja dan menyetujuinya.

Tiba di jalan besar, mereka berdua naik ke salah satu taksi yang lewat tidak lama kemudian. Dabi mengucapkan alamat yang dekat dengan lokasi dan taksi segera melaju.

Sepuluh menit kemudian mereka turun dan lanjut berjalan pada lokasi yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Itu cara aman agar orang lain tidak tahu kemana sebenarnya mereka pergi.

Semakin mendekati lokasi, orang-orang mulai jarang terlihat. Bangunan yang masih beroperasi juga semakin sedikit, bahkan tidak ada rumah warga disekitarnya.

Lampu-lampu jalan yang ada beberapa sudah rusak. Benda-benda penerang itu sudah tidak hidup atau hanya berkedip-kedip saja.

Jalanan yang terlihat tidak terawat dengan banyaknya tumbuhan liar.

Langkah mereka berhenti pada sebuah bangunan tua yang sudah terlihat rapuh disegala tempat.

Dabi sama sekali tidak mendapat firasat bagus sejak tadi. Semakin jauh dia berjalan hingga dia tiba dilokasi, kekhawatirannya memuncak.

Midoriya tidak diam lama, dia segera membuka pintu yang terdengar berderit keras. Dabi mengekorinya masuk dengan dekat dan hati-hati.

.
.

Sementara itu, pada markas villain league. Shigaraki masih berada di ruangan yang sama bersama Kurogiri.

"Apa kau yakin? Memberitahunya lokasi yang sebenarnya? " tanya Kurogiri.

"Ya. " jawab Shigaraki yang duduk tenang. "Itu adalah cara yang paling ampuh untuk mengetahui apa dia berbohong atau tidak. "

Kurogiri kemudian hanya diam. Sementara Shigaraki, perlahan seringai lebarnya terbentuk saat dia menduga Midoriya dan Dabi sudah tiba di lokasi.

.
.
.

Dabi dan Midoriya terdiam.

Mereka baru saja memasuki sebuah ruangan yang satu-satunya masih terlihat paling bagus diantara yang lain.

Namun begitu mereka memasuki ruangan remang itu, kaki mereka membeku seketika.

Manik hijau Midoriya menatap pada kumpulan abu diantara sedikit kain pakaian yang masih selamat di tempat yang terlihat seperti bekas dibakar.

Dan diatas semua itu, terdapat sehelai foto yang memperlihatkan sosok wanita bersurai senada dengan Midoriya yang nampak pingsan di lantai dengan kondisi terikat.

Dengan pakaian yang sama dengan warna dari sisa kain yang terletak diantara abu yang ada.

.
.
.
.
.

To be continue--

Continue Reading

You'll Also Like

32.6K 370 29
Terjemahan light novel Tensei Shitara Slime Datta Ken/That Time I Got Reincarnated as a Slime khusus volume 19. Penulis: Fuse Ilustrator: Mitz Vah Pe...
3.8K 239 9
[REMAKE] from °bite° - jaemjen by bangsadh_ KRAUK!! "HUAAAA!! JEWU CAKIT!! MOMMY!!"
7.6K 817 20
Perasaan yang digembok dan dibangun sekuat tembok. "Lo semesta gue. Jangan harap lo deket-deket sama cowok lain!!" Kata Ciara, David itu seperti huja...
171K 17.4K 84
Dunia telah berisi manusia yang memiliki quirk, ditengah semua itu hidup seorang gadis quirkless. Hidupnya berwarna dengan kehadiran orang2 yang bisa...