KANAYA

By bilkata

426K 20.4K 1.5K

Kenzio Eemert, pria dengan wajah adonis yang akan dengan senang hati dipahat wajahnya oleh para pematung tern... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 31
Part 32
Hai
Part 33
Part 34
hello
THE LAST RECORD
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
PART
Part 44
Lanjut?
Part 45

Part 30

4.9K 340 40
By bilkata

To my lovely readers, please support me by your votes and comments :)

**

"Halo pak tua, akhirnya kau sadar." mr. Milton mengerjapkan mata, mengamati sekeliling.

Ia kini sudah kembali ke rumah bersama pria-pria asing.

Jumlah mereka enam, seluruhnya berpenampilan bak berandal. Para pria itu menyimpan senjata api atau setidaknya senjata tajam disaku belakang mereka.

Salah satu dari mereka mendekat dan mendorong mr. Milton hingga tersungkur di lantai. Dengan lancang pria itu meletakkan kaki yang masih mengenakan sepatu ke atas kepala mr. Milton. Dibilang menginjak tidak, sebab lelaki itu masih menjaga beban tubuhnya di tumpuan kaki yang lain. Tetap saja itu bukan hal yang etis untuk dilakukan.

"STOP IT! PLEASE STOP! LEAVE HIM ALONE!!!"

mr. Milton menelengkan kepala ke asal suara yang sudah ia nantikan sejak semalam. Sayangnya pemilik suara itu tak sungguh berada bersamanya—masih terancam dalam kekangan Ken. Keberadaanya terwakili sebuah perangkat komputer. Mereka hanya bisa bertatap muka melalui panggilan video.

Naya mengepalkan tangannya saat menyaksikan mr. Milton yang terbaring tidak berdaya dengan perlakuan biadab Jack dan teman-temannya.

dr. Brown yang turut berada disana menampilkan ekspresi tidak peduli saat tersorot tengah menyaksikan gerombolan Jack asik mempermainkan mr. Milton.

"PLEASE LEAVE! DON'T TOUCH HIM!" Mendengar seruan Naya para bajingan itu justru tertawa.

"They won't listen to you." Bisik Ken halus di daun telinga Naya. Pria brengsek itu memaksa Naya duduk dipangkuannya untuk menyaksikan bersama situasi yang menimpa mr. Milton.

Sesekali Ken yang berada dibelakang memberi belaian di perut Naya dengan gestur mesra yang membuat Naya jijik.

"Please don't involve him. He has nothing to do with us!" Naya tahu persis Ken bukan tipikal seseorang yang bisa terbujuk dengan mudah. Namun memberi perlawan bukan lah cara yang lebih baik. Naya beringsut dari pangkuan Ken hanya untuk mengiba dan berlutut di kaki lelaki itu. Bila ia harus menyembah Ken demi keselamatan mr. Milton, tentu saja Naya akan melakukannya tanpa berfikir dua kali.

"Sssh.. just sit.." Ken menepuk pahanya dan menarik Naya kembali. "Tentu saja aku harus memberi ganjaran kepada siapapun yang berniat memisahkan kita."

"please,Ken... Ini semua salahku. mr. Milton melakukan ini karenaku. Aku yang membuatnya menolongku. Aku yang memintanya mengeluarkanku darisini." jelas Naya yang mulai tersengal. "Mulai saat ini aku akan mematuhi aturanmu. Aku akan melakukan apapun, aku tidak akan melawan. I promise.. So please..., minta mereka meninggalkan mr. Milton."

Bentuk penyerahan seperti itu yang Ken harapkan sejak awal. Ia pun mengusap pipi Naya yang berlinang air mata. "Good girl.."

"Kau fikir kau lebih siap dariku tuan Milton?" Ken tertawa lepas. Suara tawanya terdengar mengerikan, membangkitkan bulu roma. Naya sendiri menyadari, ucapan itu juga sengaja ditujukan untuknya. Rasanya mr. Milton ingin menggubris ocehan Ken. Namun pasca kecelakaan tadi, tenaganya menguap, tubuhnya masih sangat lemas bahkan untuk sekedar bersuara.

"Jujur saja rencanamu cukup pintar, tapi aku selalu beberapa langkah didepanmu tuan Milton. Aku tidak bodoh.. Aku mendengar semua yang kalian bicarakan. Semua yang terjadi terpantau olehku. Aku punya aset yang luar biasa di sini.." Ken menarik Julius untuk memamerkannya kepada mr. Milton. "Dan juga pria yang telah menolongmu disana dan memastikan kau aman. The one with the medical things."

Sebenarnya Jack cukup tersinggung. Ken sama sekali tidak menyanjung eksistensinya. Seolah dia tidak memainkan peran penting. Semestinya Ken ingat bagaimana Jack membantunya menculik Naya, menjadi seorang mata-mata dadakan, bahkan tadi ia juga melakukan tugas di bagian tersulit—mencelakai tanpa membunuh mr. Milton. 

 Sungguh Ken tidak tahu diuntung. Namun mengingat besarnya ia dibayar, Jack pun memilih tidak banyak protes.

Ken selalu merasa beruntung ketika menemukan Julius. Dia seperti seekor anjing yang setia pada tuannya. Hal yang lebih Ken senangi, Julius kesulitan memiliki emosi. Tidak punya gejolak hasrat, tidak cukup peka atas rasa marah, kesal, sedih bahkan bahagia. Bukan berarti tidak bisa, namun lebih sulit dari orang-orang pada umumnya. Meski kurang peka untuk hal seperti itu, Julius cukup peka secara fisik. Ia bisa mengenali rasa sakit dengan mudah. Saking peka tubuhnya, ia langsung menyadari ada yang tidak beres di malam kedua Naya menyusupkan sedatif ke dalam minumannya. Walau obat sedative tidak menyakitinya, Julius bisa menyadari itu. Dengan demikian Ken bisa mengambil langkah cepat untuk memasang instalasi kamera pengawas di segala penjuru rumah.

"Katakan apa yang kau inginkan Julius? I will grant your wishes. Super cars? Luxury house? Women? Just name it.."

Julius tampak berfikir keras untuk memutuskan keinginannya. Hal-hal yang diusulkan Ken sepertinya tidak masuk di opsi Julius.

"Baiklah.. Take your time Julius—"

"Aku ingin seekor kuda." Mendengar permintaan Julius, membuat Jack dan teman-temannya tertawa. Sebaliknya Ken dan dr. Brown sama sekali tidak merasa tergelitik.

"Bukankah itu terlalu mudah Julius? Setidaknya mintalah sepasang. Aku bahkan tidak keberatan memberikan sekodi untukmu."

"Tidak. Aku hanya butuh satu ekor."

"Baiklah.. Akan kuberikan yang terbaik."

Di tengah-tengah sesi permintaan itu, terdengar bel rumah mr. Milton berbunyi diikuti dengan empat pria berseragam polisi menyerobot masuk ke dalam. Naya berusaha tenang, walau hatinya senang sebab merasa kembali punya harapan.

Mimik wajah Jack dan teman-temannya tampak menegang. Mereka mundur teratur menjauhi mr. Milton dan menjauhi petugas.

"Apa yang terjadi disini? Kami menerima laporan adanya indikasi kejahatan." Salah seorang petugas berbicara.

Merasakan momen yang tepat, Naya pun langsung bertindak nekat. Ia mengerahkan sepenuh tenaganya untuk menyikut Ken. Disaat Ken sibuk mengaduh karena serangan di ulu hatinya, Naya mengambil kesempatan untuk melompat ke atas meja sambil merampas komputer jinjing yang masih terhubung dengan mr. Milton.

Ntah mengapa Julius terpaku dan tidak mengejar saat ia melewatinya. Mungkin karena ia tahu Naya tidak akan bisa berlama-lama melarikan diri. Toh, perempuan itu masih terperangkap di dalam rumah.

Yang terpenting, Naya merasa mengantongi kesempatan untuk menjelaskan kepada para petugas atas kemelut situasi yang terjadi. Jika beruntung, bantuan untuknya juga mungkin sempat datang hari ini.

Para petugas tampak menyimak pernyataan Naya dengan sungguh-sungguh meski arah webcam merekam tak tentu arah karena gerakan Naya yang menjelaskan sambil berlari. Barulah ketika Naya merasa cukup aman dan memutuskan untuk berhenti di ruangan paling jauh dari keberadaan Ken, para officer itu mulai membalas dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, sudah berapa lama Naya dan Ken menikah? Bagaimana mungkin Naya akhirnya bisa berakhir dengan Ken. Dan bentuk interogasi lainnya.

Naya yang merasa tak dibekali banyak waktu lantas menginterupsi petugas dengan berseru. "Aku bisa menjelaskannya semuanya belakangan. Officer, tolong kirimkan bantuan tercepat untukku! Sebelum aku terbunuh disini.."

Bahkan setelah seruan itu, para petugas tidak lantas bergerak. Sampai akhirnya dr. Brown terdengar bersuara dengan nada muak.

"Ck.. Just stop it!"

Para aparat menoleh kearah dr. Brown dengan wajah sungkan, seolah mereka bawahan yang baru mendapat teguran dari seorang bos. Salah seorang dari mereka kemudian mengangkat handy talknya dan memberi konfirmasi ke saluran pusat bahwa keadaan di kediaman terlapor aman terkendali. Naya butuh waktu untuk memproses sampai akhirnya memahami situasi.

Polisi-polisi itu datang atas laporan John Vernon yang berusaha menyelamatkan clientnya. Sayangnya Ken dan dr. Brown juga sudah mengantisipasi hal ini.

dr. Brown dengan bisnis gelapnya tentu sudah punya sokongan kuat dari pihak kepolisan. Sehingga sejak awal, kedatangan mereka bukan untuk menyelamatkan mr. Milton, namun justru untuk 'membereskan masalah' Ken.

Sejujurnya, dr. Brown tidak pernah menyukai aparat-aparat negara, mereka menganggap diri mereka pahlawan masyarakat, padahal mereka hanyalah sampah yang mudah di manfaatkan oleh dirinya dan orang-orang beruang. Tapi tentu saja, dr. Brown selalu memerlukan para sampah seperti itu.

"Brengsek!! Kalian para aparat bahkan lebih biadab daripada mereka!"

Dirasuki rasa frustasi, Naya langsung membanting komputer jinjing milik Ken ke lantai, kemudian menginjaknya sambil menyumpah. Terdengar suara tertawa yang ntah milik komplotan Jack atau mungkin juga para aparat biadab itu. Naya tidak bisa memastikannya, karena meski speaker di komputer masih berfungsi, layar komputer itu sudah hancur.

Semua ini semakin menebalkan keyakinan Naya, bahwa tidak ada satupun manusia yang bisa ia percaya. Tidak seorang pun disamping ayahnya, ibunya, tuan Milton dan Alfa.     


PS : Next chapter kayaknya bakalan ada adegan kekerasan 21+ yang tidak akan aku tayangkan dalam platform ini (Aku akan ringkas adegannya dengan keterangan saja) karena khawatir masih banyak adik-adikku yang masih dibawah umur. Tolong dimengerti <3

Continue Reading

You'll Also Like

16.6M 691K 40
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
2.6M 124K 55
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1.7M 25.7K 43
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.2M 165K 45
Karena kejadian tanpa kesengajaan di satu malam, Mima jadi harus kehilangan waktu-waktu penuh ketenangannya di kantor. Memergoki atasannya sedang ber...