Heroes - BnHA Fanfict (Comple...

By slayernominee

65.5K 7.8K 620

Midoriya tidak menyesali dirinya yang merupakan seorang quirkless. Penyesalan seumur hidupnya justru terletak... More

Prolog
•1•
•2•
•3•
•4•
•5•
•6•
•7•
•8•
•9•
•10•
•11•
•12•
•13•
•14•
•15•
•16•
•17•
•18•
•19•
•20•
•21•
•22•
•24•
•25•
•26•
•27•
•28•
•29•
•30•
•31•
•32•
•33•
•34•
•35•
•36•
•37•
•38•
--First Route--
--Second Route--
**Vote Room**
•••••
-New VillainDeku-

•23•

1K 166 11
By slayernominee

.
.
.
.
.

"Midoriya...? " Todoroki bergumam pelan. Melihat sosok gadis yang terus dia pikirkan semenjak kejadian serangan villain di kelas 1A tepat didepannya membuat laki-laki itu seolah tidak mempercayai matanya sendiri.

Dia terkejut karena tidak mengira akan cukup cepat gadis itu kembali muncul di depan mereka. Awalnya dia memperkirakan jika villain league tidak akan membiarkan Midoriya menampakkan diri hingga setidaknya mereka lulus dari UA.

Hadirnya Midoriya dalam penyerangan villain league kali itu pasti berada dibawah kontrol Shigaraki.

Todoroki bertanya-tanya apa yang ketua villain league itu pikirkan dengan sengaja menghadirkan Midoriya yang notabenenya menjadi target yang akan para hero selamatkan jika kembali bertemu.

"Izuku... " panggil Shinsou pelan. Membuat Todoroki dan Bakugou melirik padanya. "...untuk apa kau berada disini? "

Mereka tahu jika Shinsou hanya menanyakannya untuk sekedar mendapat jawaban dan quirknya dapat diaktifkan.

Midoriya hanya diam dan menatap Shinsou dengan dingin. Dengan itu mereka mendapat jawaban jika meski sikap Midoriya berubah, gadis itu masih mengingat quirk mereka dengan baik.

Namun mereka juga berpikir jika kemungkinan Midoriya hanya berpura-pura karena sebuah hal. Mereka hanya menebak-nebak, berspekulasi dalam situasi mendesak itu.

"Baiklah, aku akui saja jika barusan kau menolongku. Sekarang pergilah, jangan ganggu pertarunganku! " seru Muscular yang tidak betah dengan situasi hening itu.

"Aku tidak akan mengganggumu. " jawab Midoriya dengan pandangannya yang tidak lepas dari ketiga laki-laki itu.

Suara dan raut dingin itu benar-benar terasa tidak nyaman dimata Shinsou, Todoroki dan Bakugou. Seolah mereka ditunjukkan mentah-mentah jika Midoriya yang mereka kenal dulu telah berubah.

"Sial, apa dia memang benar-benar dikendalikan? " geram Bakugou melihat Midoriya yang memiliki kepribadian baru itu.

"Kita belum tahu apakah dia hanya berpura-pura atau tidak. Jangan menetap pada sebuah pemikiran dengan mudah. " bisik Todoroki.

"Tapi kurasa itu terlalu sempurna untuk sebuah akting. " timpal Shinsou.

Memang benar, pendar redup manik hijau itu membuat mereka ragu untuk bisa berpikir jika gadis itu tengah berpura-pura.

"Cih, bisa saja dia memang pintar berpura-pura. " Bakugou menggertakkan giginya kesal. Dia menolak menganggap Midoriya telah berubah sepenuhnya.

"Jadi, apa kalian memiliki rencana yang sama denganku? " Shinsou melemaskan otot tangannya.

"Ya. " jawab Todoroki. "Kita akan berusaha membawanya kembali pada kejadian ini. " dia mempersiapkan quirk gandanya untuk bekerja dengan keras sebentar lagi.

"Heh, aku akan memaksanya kembali mengaku, merepotkan sekali. " seringai Bakugou.

"Bertarunglah jika kau mau. " Midoriya kembali bersuara. Nadanya yang pelan bercampur dengan udara disekitar hutan dan membuat suasana terasa dingin menusuk meski sekitar mereka adalah hutan yang perlahan terbakar rata. "Aku hanya akan diam disini. "

"Oh, benarkah? " Muscular menyeringai senang. Dia menatap ketiga mangsanya dengan pandangan haus akan pertarungan.

"Ini akan sulit. " terka Shinsou.

"Tentu saja, setiap pertarungan tidak bisa dimenangkan dengan mudah. Setidaknya itu yang kulihat dari seberapa kuatnya dia dari penampilannya. " ujar Todoroki.

"Masa bodoh, hancurkan saja dia! " Bakugou menerjang maju dengan luncuran dari ledakannya.

Tentu saja Muscular menerima serangan mereka bertiga dengan sepenuh hati.

"SHINE! "

.
.
.
.
.

Aizawa mendengar suara dentuman pertarungan dari bagian hutan yang cukup jauh dari lokasinya. Perhatiannya sesekali teralihkan ketika suara pukulan kuat itu terdengar.

Mandalay menghalau salah satu villain, Spinner, yang hendak menebas Aizawa ketika hero itu tidak fokus sepenuhnya pada pertarungan.

Aizawa terkesiap, mundur dan mendarat dengan posisi setengah berjongkok. "Suman, aku teralihkan sekejap tadi. " ujarnya pada Mandalay.

"Tidak masalah. Apa kau khawatir dengan pertarungan disana? Meski kau sudah mengizinkan muridmu bertarung? "

"Karena mereka muridku. Dan suara itu terdengar seperti mereka melawan musuh yang sangat kuat."

"Memang benar. Tapi percayalah pada kekuatan mereka, Aizawa. Dengan begitu kau bisa fokus menyelesaikan pertarunganmu sendiri dan cepat-cepat membantu mereka. Bahaya jika kau tidak fokus seperti tadi. "

"Ya, aku tahu. Namun pikiran soal murid yang tengah diincar benar-benar menggangguku. "

"Soal itu, sebaiknya kita cepat selesaikan gangguan disini lebih dulu."

Percakapan mereka terhentikan oleh serangan Magne, villain berquirk magnet. "Menikmati percakapan ditengah pertarungan, huh? "

"Diamlah. " Aizawa menyerang balik dengan kesal. Dia menonaktifkan quirk villain itu saat Mandalay terseret oleh medan magnet dari senjatanya.

"Magne-san! " seru Spinner. "Dia itu bisa menghapus quirkmu, hati-hati!"

"Aku tahu itu. " Magne terlihat kesal quirknya seolah menghilang. "Kurasa aku harus menghabisi yang satu itu lebih dulu. "

Suara debum keras mengalihkan perhatian semua orang di lahan kosong hutan itu. Magne dan Spinner menyeringai.

"Dia mulai bersenang-senang. "

"Aku yakin dia akan menghancurkan banyak hal, tapi biarlah. "

Aizawa menatap pada sumber suara dengan khawatir.

"Hei hero, khawatirkan saja pertarunganmu disini. " ujar Magne. "Dia memang kuat, tapi misi kami bukanlah membunuh."

"Magne-san, kuharap kau tidak lupa jika dia itu tidak peduli soal misi. "

"Ah, benar juga. Dia harus pertarungan. " Magne menyeringai. "Berharap saja dia tidak membunuh siapapun. "

Aizawa menggertak giginya kesal. Dia menyergap Magne dengan syalnya dan menariknya kuat hingga villain itu terbanting jatuh ke tanah. "Aku mulai kesal meski ucapanmu memberi informasi penting. Aku tidak peduli lagi, tutup mulutmu. "

"Oh benarkah? " Magne tidak merasa terancam. "Aku masih punya satu hal besar yang kuyakin kau pasti ingin dengar. "

Aizawa merasa dipermainkan, namun dia menahan diri untuk tidak jatuh pada emosi lebih jauh dan tidak melukai villain itu. "Baiklah, sekarang kuberi kau kesempatan bicara."

"Magne-san, apa kau akan membicarakan hal itu? " tanya Spinner yang susah payah menangkis serangan gesit Tora serta Mandalay.

"Shigaraki tidak melarang kita, bukan? "

"Memang benar sih. Whoa! " Spinner melompat jauh kebelakang. Pedang besarnya menangkis terus menerus serangan pussycats.

"Aku akan bicara jika kau melepaskanku dan mengembalikan lagi quirkku. Setelahnya kita bertarung dari awal. " ujar Magne.

Pertukaran untuk sebuah informasi. Aizawa jelas berpikir jika itu strategi yang bisa berakhir picik. Namun hero itu tidak berpikir dirinya akan kalah dengan mudah dari villain itu. Dia bisa kembali membekuknya nanti.

"Aku tahu kau hanya ingin mengulur waktu, tapi baiklah. Hanya saja, jika kau memberi informasi palsu, aku akan meremukkanmu sebelum menyerahkan pada polisi. "

"Haha, itu menyeramkan. Baiklah, ini benar-benar informasi yang jujur kok."

Aizawa melepaskan syalnya yang membebat tubuh Magne dan mengembalikan quirknya. Magne segera mengambil jarak dari Aizawa.

"Baik, dengarkan baik-baik. " Magne mengambil kembali senjatanya yang sempat terlempar tadi. "Salah satu yang datang bersama kami untuk misi ini adalah seseorang yang kalian cari."

"Apa? " Aizawa mengerutkan keningnya.

"Kau tidak melupakan dia, kan?" Magne menumpukan senjatanya diatas pundak kanannya. "Gadis quirkless yang kembali Shigaraki rebut sebelum kalian sempat menggapainya. "

Manik Aizawa melebar dari balik pelindung matanya. Dia menyadari siapa yang villain itu maksud. Belum sembuh dari keterkejutannya, Magne sudah mengakhiri informasinya dan menyerang dengan mengayunkan senjata besarnya.

.
.
.
.
.

Shinsou terbanting jatuh ke tanah setelah Muscular menghajarnya keras. Dia mengerang saat tubuhnya serasa remuk. Dia memang belum bisa bertarung segesit anak jurusan hero.

Saat Muscular hendak kembali menghantam dengan lengan besarnya, dinding es Todoroki muncul dan alhasil pukulan hanya menghancurkan es itu berkeping-keping sementara Todoroki mendapat waktu untuk menyeret Shinsou pergi darisana. Bakugou kemudian menjadi lawan tarung Muscular selama Todoroki mundur sejenak.

"Arigatou... " ujar Shinsou yang kemudian mengerang pelan.

"Menjauh dari pertarungan. Cobalah untuk kembali menggunakan quirkmu padanya. Jika dalam keadaan sibuk bertarung pasti akan ada kesempatan dia tidak sengaja menjawabmu. "

"Aku mengerti. "

Todoroki cepat-cepat kembali ke pertarungan karena Bakugou nampak kewalahan menahan villain itu sendirian. Dengan ledakan besar sekalipun, Muscular nampak baik-baik saja.

Bakugou kembali melepas ledakan besar yang kesekian kalinya. Dia kemudian mendarat dan mundur beberapa langkah, lengannya mulai berkedut sakit dan lelah efek dari penggunaan ledakan besar yang terus menerus. Namun Bakugou tidak memedulikan itu dan menatap pada villain yang dikepung asap ledakannya.

Asap menipis dan hilang, menampilkan Muscular yang nampak tidak terluka berarti. "Heh, tadi terasa geli." seringainya.

Bakugou menggertak kesal. Bahkan ledakan andalannya tidak mempan banyak pada villain itu.

Todoroki menyambar villain dengan dinding esnya, namun hal yang biasanya mampu sedikit mendorong lawan mundur ternyata hanya pecah membentur tubuh besar itu.

Muscular meringis kesal dan hendak menggapai kepala Todoroki dengan berlari maju. Sebelum kepalanya terancam remuk, Todoroki sudah mundur dan menyemburkan apinya agar Muscular tidak dapat mendekat.

"Panas! " seru Muscular kesal meski dia hanya sedikit terbakar karena api Todoroki dengan cepat padam ketika dia mengibaskannya.

Todoroki kelelahan karena terus menggunakan kedua quirknya bergantian. "Tubuhnya... serasa sulit sekali untuk sekedar dilukai... " ujar Todoroki yang mengatur nafasnya.

"Dia itu hanya menang kekuatan. " Bakugou memegangi sebelah lengannya. "Selain itu dia bodoh, isi kepalanya hanya pertarungan brutal."

Todoroki melihat pada Shinsou yang masih berusaha meredakan sakit di tubuhnya. Dia berharap Shinsou akan segera berusaha kembali menggunakan quirknya pada Muscular. Itu akan sangat efektif jika berhasil.

Dia tidak punya banyak waktu untuk berpikir karena Muscular kembali menyerbu membabi buta.

"Ugh... " Shinsou berusaha berdiri dengan susah payah. Dia akhirnya berhasil dan bertumpu pada pohon besar disebelahnya.

Dia melihat pada Todoroki dan Bakugou yang bertarung keras dengan villain. Dirinya kesal dengan diri sendiri karena masih terlalu lemah untuk bertarung tanpa mengandalkan quirknya.

Ditengah kekacauan, Shinsou melihat sosok gadis yang berdiri tenang jauh dari pertarungan itu.

"Izuku... " gumamnya.

Melihat gadis itu hanya berdiri diam, dengan raut dan tatapan dingin, emosi yang tercetak bisa diartikan sebagai ketidak pedulian. Shinsou bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada Midoriya semenjak kejadian itu. Dia was-was jika villain league melakukan sesuatu yang mengerikan padanya sebagai balasan dia berusaha keluar dari kendali Shigaraki.

Beberapa saat Shinsou habiskan untuk memandang Midoriya selagi dia menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Hingga kemudian dia melihat sesuatu yang aneh.

Midoriya yang awalnya memandangi pertarungan dengan datar tiba-tiba mulai mengernyit dan berkedip seolah dia terganggu atau tersengat sesuatu.

Shinsou semakin memicingkan pandangannya, mencoba untuk memperhatikan lebih jelas karena jarak antara mereka cukup jauh.

Dia tidak salah lihat, Midoriya memang terlihat bertindak aneh.

Hal itu membuat Shinsou melupakan sedikit rasa sakitnya dan berpikir keras akan apa yang terjadi pada gadis itu.

.
.
.

Midoriya melihat Muscular sangat bersenang-senang dengan pertarungannya. Berulangkali memukul dengan lengan quirk ototnya hingga menimbulkan suara berdebam hebat yang kemungkinan besar akan didengar oleh pertarungan di daerah hutan yang lain.

Berlawanan dengan Muscular yang nampak menikmati luka yang dia timbulkan dari serangannya pada mangsanya, Bakugou dan Todoroki benar-benar kewalahan.

Mereka memang berhasil melukai Muscular sedikit demi sedikit, namun luka yang mereka terima juga tidaklah sedikit. Babak belur yang tidak terlihat mulai memengaruhi pergerakan mereka. Kelelahan akibat penggunaan quirk juga jelas terlihat.

Semua itu terasa hambar dimata Midoriya. Meski jelas pertarungan itu sangat sengit dan brutal, dia seolah tidak merasakan apapun. Gadis itu tidak merasa takut, khawatir, tegang atau apapun sama sekali.

Namun ada satu hal yang membuatnya terpikir hingga sekarang. Mengenai dirinya yang menghentikan Muscular melukai anak kecil di tebing.

Entah mengapa dia langsung menghentikan Muscular memulai pertarungan yang jelas berat sebelah itu begitu saja. Padahal dia tidak kenal siapa anak kecil itu. Posisinya sebagai villain juga seharusnya membiarkan saja hal itu terjadi, terserah siapa korbannya. Namun dia bertindak cukup melawan arah tadi.

Setelah Muscular mengejeknya yang seolah-olah peduli pada keadilan, Midoriya baru menyadari apa yang dia lakukan. Dan dia tidak tahu kenapa dirinya melakukan itu.

"Keadilan..? " pikir Midoriya selagi menatap pertarungan Muscular. "Bukankah itu hanya dipikirkan oleh hero?

Lalu kenapa aku melepaskan anak kecil itu dari Muscular tadi?

Keadilan...

Hero...  "

Pikiran Midoriya justru terpusat pada keheranannya pada kelakuannya sendiri. Namun matanya terus menatap pada pertarungan didepannya.

Dia melihat pada sosok laki-laki berambut dan manik dwi warna.

"Todoroki Shouto, quirk es dan api. Kelas 1A. Putra hero nomor 2, Endeavor. " sosok Todoroki didepan sana terlihat bertarung susah payah. "Entah bagaimana aku tahu semua itu sebelum dia memperlihat quirknya pada pertarungan. Shigaraki tidak pernah memberitahuku. Namanya tidak pernah kudengar. Aku juga tidak pernah bertemu dengannya–"

Midoriya berkedip seolah dia terbangun dari lamunannya. "Bertemu? "

Surai dwi warna itu seolah mengganggunya. Ingatannya yang dia percayai tidak pernah ada tiba-tiba seolah merasuk paksa.

Ingatan saat dia berbicara dengan Todoroki berputar acak dalam kepalanya. Midoriya mengernyit terganggu. "Apa itu tadi? Bagaimana aku bisa bicara dengannya? "

Pandangannya kemudian beralih pada laki-laki bersurai blonde yang membalas serangan Muscular dengan tidak kalah membabi butanya. "Bakugou Katsuki, quirk ledakan. Kelas yang sama. " Midoriya terdiam sejenak. "Lagi, bagaimana aku bisa tahu itu?"

Sama seperti sebelumnya, ingatan asing seolah merasuki pikirannya. Sosok Bakugou yang berulangkali meneriakinya, bicara serius dengannya, terlintas dengan acak. Midoriya kembali mengernyit dan mengedipkan matanya kuat.

Kini dia melihat pada orang terakhir yang sudah mundur dari pertarungan. Sosok itu nampak juga tengah menatapnya dengan raut menahan kesakitan akibat hantaman Muscular tadi. "Hitoshi Shinsou... jurusan umum... quirk mengendalikan orang dengan cuci otak... "

Kali ini sengatan tajam membuat Midoriya memejamkan sebelah matanya nyeri. Kepalanya berputar dan berdenging.

Ingatan mengenai Todoroki yang menceritakan mengenai kebenciannya pada quirk apinya.

Ingatan mengenai Bakugou yang terus menerus berteriak untuk dirinya mengakui hal sebenarnya.

Ingatan mengenai Shinsou yang terus memperhatikan kondisinya di kelas.

Samar, ingatan soal dirinya di masa SMP yang menemukan rumahnya telah diserang dan ibunya menghilang datang seperti pecahan puzzle. Midoriya tidak ingat selengkapnya. Itu membuatnya bingung dan kesal bersamaan.

"Apa yang sebenarnya terjadi...? " Midoriya memegangi kepalanya dengan sebelah tangan. "Apa aku sebelumnya pernah kenal dengan mereka? Bahkan berinteraksi dekat?

Lalu, apa tadi?

Ibu? Apa aku masih memiliki seorang ibu?

Kemudian apa yang terjadi?

Apa?

Apa ini?!"

Midoriya kesakitan akibat serangan mendadak dari hal-hal yang sama sekali tidak dia ketahui dan dia tidak merasa pernah mengingatnya terjadi. Seolah itu adalah dirinya yang lain.

Dirinya didalam sana mencoba menyadarkan dia yang sekarang.

"Argh...! " Midoriya mengerang pelan.

.
.
.

Shinsou melihat Midoriya semakin lama terlihat kesakitan. Gadis itu memegangi kepalanya dan pijakannya berdiri gelisah.

Jelas ada sesuatu yang tengah terjadi. Tapi apa? Shinsou sangat bertanya-tanya dan khawatir. Dia ingin menghampiri gadis itu namun dia tidak bisa pergi kesana, terhalang oleh pertempuran yang terjadi.

Dia juga tidak bisa berteriak memanggil Todoroki atau Bakugou karena itu akan mengganggu konsentrasi bertarung mereka.

"Kalian, sadarlah akan kondisi Izuku!" teriaknya dalam hati.

Bukan karena mendengar peringatan sunyi Shinsou, Bakugou tidak sengaja melihat pada Midoriya ketika dia mendarat setelah melompat menghindari serangan Muscular.

Dia melihat Midoriya terlihat aneh dan nampak kesakitan. "Deku! " panggilnya.

Suaranya membuat Todoroki dan Muscular yang tengah saling serang dan bertahan, menoleh ke arah yang sama.

"Midoriya? " Todoroki bergumam pelan saat melihat gadis itu.

Muscular mengernyit karena pertarungannya terganggu. "Hei, kalau sakit pergilah! Jangan ganggu pertarunganku! "

Bakugou melihat kondisi, Muscular terlihat tidak akan melancarkan serangan selama beberapa saat, dia memutuskan untuk berlari mendekati Midoriya.

Midoriya memang tengah kesakitan akibat sengatan pada kepalanya yang dihujam ratusan ingatan yang seolah sengaja dihilangkan darinya. Namun mendengar suara langkah kaki berderap mendekatinya, gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap kedepan dengan raut mengernyit nyeri.

Melihat Bakugou tengah berlari padanya, Midoriya sontak melemparkan sebuah pisau kecil tepat didepan kaki otoko itu.

Bakugou mengerem langkahnya dengan terkejut ketika sebuah pisau menancap pada tanah yang berjarak beberapa cm dari kakinya. Dia melihat pada Midoriya.

"Deku! Apa yang kau lakukan?! " serunya kesal.

Midoriya kembali memegangi kepalanya. Melihat sosok Bakugou dari dekat membuat ingatannya seolah semakin bergerak liar dalam kepalanya, memaksa untuk diingat segera.

Terdesak dengan kebingungannya, Midoriya akhirnya memilih berbalik dan berlari pergi dari tempat itu. Meninggalkan mereka semua.

Bakugou membelalak terkejut. "Deku–!"

Niat mengejarnya dihentikan oleh Muscular yang melompat menghadangnya. "Kau tidak boleh lari kecuali kau menang, bocah. " seringainya.

Bakugou kali ini benar-benar kesal. Dia langsung saja menyerang Muscular dengan ledakan bertubi-tubi. "Mati kau keparat besar! "

Todoroki yang baru saja menyadarkan diri dari keterkejutannya akan apa yang terjadi segera kembali membantu menyerang villain besar itu. Kali ini mereka mengerahkan tenaga sekuat mungkin untuk mengalahkannya. Agar mereka bisa segera mengejar Midoriya sebelum gadis itu terlalu jauh untuk ditemukan.

Shinsou juga bergerak menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang berpotensi memancing jawaban pendek dari Muscular.

.
.
.

Midoriya berlari cepat dari lokasi pertarungan. Fokusnya terus terganggu dengan pecahan ingatan yang menusuk.

Dia berlari tanpa arah, entah pergi kemana, yang penting dia berpikir harus menjauh untuk saat itu.

Karena dia berlari dengan pandangannya yang terus terasa tersengat, Midoriya tidak sengaja menabrak seseorang dengan keras hingga dia jatuh terduduk kebelakang.

"Ugh... "

"Kenapa kau berlarian seperti itu? Apa kau tengah dikejar? "

Midoriya mendongak dan mencoba menjelaskan pandangannya. Perlahan dia melihat sosok yang familiar.

Dabi memandang Midoriya yang terduduk di tanah dengan suasana hutan yang memendarkan cahaya kebiruan yang redup, yang tidak lain adalah ulah quirk api birunya yang membakar hutan.

"Touya-san... "

.
.
.
.
.

To be continue--

Continue Reading

You'll Also Like

428K 20.4K 43
WARNING R18 YAOI Read at your own risk. Banyak part lemonnya. Ada juga yang safe. Di update sesuai request readers, update sesuai mood Author. Requ...
7.6K 817 20
Perasaan yang digembok dan dibangun sekuat tembok. "Lo semesta gue. Jangan harap lo deket-deket sama cowok lain!!" Kata Ciara, David itu seperti huja...
657K 50.1K 32
🐰🐰🐰 Hanya menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang berusia 4 tahun dengan keluarga barunya. 🐰🐰🐰
347K 1.2K 16
story about pregnancy and birth