"Hah?! Terus lo diam aja gak kasih tau ke Gaffriel kalo gebetan nya kayak setan? Ih lo harusnya kasih tau Na kasihan Gaffriel dapet gebetan macem setan gitu kelakuan ih, manaan caper banget geli gue dengernya," cerocos Keera di tengah teriknya cahaya matahari yang masuk ke dalam mobil.
Aku dan Keera sedang jalan-jalan menyusuri Jakarta berkulineran seraya saling bertukar cerita karena beberapa minggu ini aku dan Keera hanya saling sapa-sapaan saja di kampus dikarenakan kami yang sibuk nugas. Keera sangat geram mendengar ceritaku tiga minggu lalu saat double date dengan Gaffriel dan Malika. Reaksi Keera sungguh sesuai dengan ekspektasiku. "I-iyaa... gue mau ngasih tau tapi kayak kasihan tapi kesel gitu loh Ra sama Gaffriel. Mungkin suatu saat gue kasih tau, tapi sekarang-sekarang gak usah deh kayknya,"
Keera mendengus, "Ck, lebih kasihan nanti dia udah sayang banget sama si Kedelai hitam pilihan Na,"
Inilah yang membuatku bimbang karena posisiku sangat serba salah tapi di lain sisi Keera benar. "Yaudah entaran lah kalo gue ada waktu buat ngobrol berdua sama dia, gue mau ngomongin soal Arden nih Ra,"
"Hah? Apaan? Eh btw parkir sini aja ya, panas gak sih?" Keera membelokan setirnya memarkir mobil dekat pepohonan menghindari teriknya matahari di luar. "Iya sini aja, lo mau apaan?" Tanyaku melihat di belakang mobil banyak sekali berjejer penjual makanan kaki lima.
"Kayaknya gue mau beli bakso deh atau gak nasi gila tuh enak kayaknya,"
Aku menatap ke belakang mencari makanan yang ada disana, "OH! Ih ada ketoprak mau ketoprak aja deh gue,"
"Oke, gue yang turun aja. Bentar ye." Keera turun memesan makanan meninggalkanku sendiri di dalam mobil. Aku menghela menatap layar ponselku melihat adanya pesan dari Arden dan juga ada Darrel entah tumben-tumbenan memberiku pesan biasanya hanya sekedar dari grup saja.
G. Arden: Na, ntar malem di mana?
Anna Derulia: Di apart, kenapa mau ke apart?
G. Arden: Iyaa hehe, kangenn sama kamuu ntar mau ada yang aku omongin juga sih
Anna Derulia: Hikss di kangenin mulu jimayu aww, okaii kabarin aja
Jujur setiap Arden bicara 'ada yang mau diomongin' aku selalu deg-degan karena takut mendengar soal Raven atau apalah itu. Akhir-akhir ini aku selalu overthinking dan tentu ini tidak baik bagiku.
Darrl: Annaaa mau ketemu lo doongg kosong kapan?
Anna Derulia: Hmm... besok kayaknya sih kosong, kenapa Rel? Tumbenan nih...
Darrl: Mau ada yang gue omongin ke lo ehe. Oke besok ya gue jemput lo
Anna Derulia: Okaii! Kabarin aja ya
"Nih ketoprak lo," Aku menoleh meraih ketoprak yang dibawa oleh Keera. "Iiihh, makasih Keera. Makanan lo mana?" Tanyaku melihat Keera hanya membawa ketoprakku dan es saja.
"Ntar di bawain sama minum kita, duluan aja,"
"Ih, gak lah. Yaudah sambil nunggu nih gue mau ngomongin Arden sama lo,"
Keera memberikan es yang ia belikan padaku, "Nih. Ada apa?" Aku meraih es tersebut dan memulai pembicaraan. "Umm... jadii lo tau kan gue yang ke rumah Arden? Gue tuh nahan banget mau cerita ke lo soalnya dari kemaren kita sibuk tugas dosen kan... gue juga lagi pusing dan gak mau buat lo ganggu," ujarku memulai pembicaraan.
"He'em, kenapa ape cepet kepo gue nyet,"
"Jadi... DYLAN KENAPA CAKEP BANGETTT RAAA ANJIR DEMI DEH GUE— ADUHH BUNDAA GUE AGAK IRI YA SAMA CEWEK YANG DYLAN SUKAIN BERUNTUNG BANGET GAK SIH? IH FIX BANGET COWO BANDUNG CAKEP." Cerocosku dengan teriakan heboh membuat Keera menggeleng kepala tidak percaya.
"BANGSAT GUE KIRA ADA CERITA APA ANJIR. Tapi... IYA SIH EMANG DYLAN CAKEP WOY GUE PERNAH KETEMU. Tapi kan cowok lo juga orang Bandung bego, maksud lo si Arden produk gagal emak bapaknye? Kurang ajar lo."
Aku tertawa padahal maksudku tidak begitu. "Gak gituuu, ih sumpah Dylan kasep pisan mana lucu lagi suaranya telfonable banget... aduhh kayak baca novel gue rasanya,"
"Iyaaa pake bahasa sunda gitu, ya, kan?! Kadang-kadang engga juga sih, ah kacau deh si Dylan,"
Aku tertawa ternyata aku tidak sendirian. Dylan kenapa kamu masih tujuh belas tahun... aku tidak pedofil kan? Gak amit-amit. Senyumku berubah menjadi serius ketika teringat sebenarnya topik utama yang ingin kubicarakan bukan soal Dylan melainkan Raven. Aku menatap Keera yang tengah meraih piring yang di bawakan oleh penjual dan juga minuman. "Tapi serius ini serius...." ujarku memulai memakan pesananku.
"Hmm... apaa?" Sahut Keera menatapku sambil menyuapkan dirinya. "Jadi... waktu mau pulang ada Raven dirumah Arden, nangis sambil meluk dan dari yang Dylan denger si Raven mau cerai..."
"HAHHHH? APAAAN SIH SI CABE NGAPAIN MELUK-MELUK IH EMANG DRAMA BANGET TUH LONTE YA! KESELL GUE. TERUS NGAPAIN DIA BEGITU HAH?! NGAJAK BALIK?!" Kesal Keera penuh emosi membuatku cukup terkejut karna tidak menyangka akan emosi Keera yang sangat meluap.
"Hehh! Lo ya jangan asal ngomong Cabe sama Lonte ih gak baikk. Yang gue denger dari Dylan sama Arden sih ya dia mau kayak jelasin semuanya lebih detail soal dulu dan cerita soal perceraian dia gitu sih,"
Keera geleng-geleng kepala tidak percaya, "AWAS AJA POKOKNYA AWAS SI LONTE MINTA BALIK DAN ARDEN DENGAN BUCIN NYA MAU. GUE BAKARRRR." Kesalnya. Aku tersenyum kecut mendengar Keera bicara 'Bucin' seakan Arden sangat cinta mati dengan Raven hingga sangat mungkin akan bisa kembali dengan Raven.
Aku menghela gusar dan kembali menyuapkan makananku dengan suapan besar, membicarakan ini sangat butuh tenaga yang banyak. "E..eehhh Na pelan-pelan makan nya ih, gue tau emosi gue juga emosi Na tenang-tenangg..." kata Keera menepuk pundakku dibalas anggukan dariku.
Keera ikut menghela, menyenderkan dirinya ke pintu mobil. "Tapi yaa... Arden orangnya dewasa banget semoga aja dalam keadaan begini dia bisa berfikir jernih sih. Maksudnya, dia udah bisa dapetin lo masa dia milih buat sama Raven lagi yang gak ada ahklak begitu? Ya kan Na? Gue gak bisa janji Arden gak bakalan balik apa gimana karena gue tau banget gimana Arden pas sama Raven sampai putusnya mereka, gue tau banget Arden sebegimananya sama Raven.... tar gue coba ulik dari Alan ya? Tenang aja Na, gue juga berharap dia gak bodoh."
Bahkan ucapan Keera saja tidak memberiku harapan. "Tapi Mama nya udah suruh gue sama Arden nikah cepet-cepet... gue jadi serba salah kalo semisalnya gue tolak ntar Arden ngerasa gue kayak Raven dan ujungnya gue bakal ninggalin dia, terus dia milih Raven yang ya udah pasti bakal mau. Tapi kalo gue terima? Ngampus gue pasti berantakan lagi... serba salah Ra, kenapa sih..."
Keera menaruh piringnya ke dashboard lalu memelukku erat. "Annaaa... it's okay i know it's hard for you. Gue tau lo kepikiran banget soal ini cuma jalanin aja Na, selama dia masih sama lo gak usah pikir macem-macem. Percaya aja ya? Kalo dia yang terbaik dia gak akan ninggalin lo kok gampangnya sih gitu, kalo dia milih buat sama Raven... ya amit-amit tapi lo tau kan dia gak baik buat lo? Udah ya Na, kita jalanin bareng-bareng ya!"
☄️☄️☄️
Aku menarik ganggang pintu apartemenku dan mendapati Arden dengan senyum manisnya melambaikan tangannya padaku. "Hai sayang!" Sapanya seraya mendorongku masuk ke dalam apartemen dan memelukku, "kangen..." percayalah senyumku mengembang saat itu juga.
"Nih, aku bawain cemilan banyak buat Anna biar gak overthinking terus, biar moodnya juga naik." Katanya memperlihatkan paper bag besar. Aku tertawa meraih cepat paper bag tersebut, "BANYAAKKK BANGETT AAAHH, MAKASIHH ARDENN GEMES BANGETT!" Jeritku kembali memeluk Arden.
"Sama-sama sayang... eh aku mau ngomong Na,"
Aku menoleh cepat jantungku kembali berdegup kencang tanpa bicara sedikitpun menunggu Arden melanjutkan ucapannya. "Ginii... aku mau balapan mobil terus aku mau kamu liat, mau gak? Temen balapku bawa pasangannya kok entar kamu gak sendiran perempuan disana,"
Aku menghela astaga.. kupikir apa. "Boleh... kapan?"
"Besok malem,"
"Oke, siangnya aku mau pergi dulu tapi,"
"Hah? Kemana?"
"Ketemu Darrel,"
"Lah? Ngapain?"
"Gak tau... dia mau ada yang di omongin,"
"Apaan dah, di telpon gak bisa apa? Kenapa harus ketemuan deh,"
"Hah? Yaa... enggak tauu, emang kenapa?"
"Aneh aja, dia udah punya pacar kan?"
"Iyaaa,"
"Terus kenapa ketemuin nya kamu."
"Ih... gak tau mungkin ada yang mau di omongin,"
"Yaudah aku yang anter aja,"
"Hah? Nggaak ngapain, Darrel kan temen aku Den tenang aja."
"Ya kan kamu tau aku trauma."
"Yaa... kan— Darrel udah punya Jezzy?"
"Ya kalo gitu kenapa gak di telpon aja Anna? Kenapa harus ketemuan?"
Aku menghela, Arden cukup sensitif soal ini karena itu juga aku sudah jarang bertemu Gaffriel karena aku tidak ingin ada masalah dengan mereka berdua apalagi mereka satu kampus. Tapi itu wajar kan? Arden punya masalalu yang buatnya trauma. Aku harus mengerti, ya kan?
"Den... percaya ya? Kayaknya Darrel mau ketemu langsung karna banyak yang mau di bicarain mungkin menyangkut soal Jezzy..." Kataku mencoba menjelaskan kemungkinan maksud Darrel.
"Yaudah terserah, pulang aku jemput."
"Iyaaa sayang."
☄️☄️☄️
Jam menunjukan pukul lima sore dimana aku sudah bersama Darrel di sebuah kafe tengah Jakarta dan berbincang banyak sekali yang benar, ternyata soal Jezzy. Darrel akan segera melamar Jezzy dan Darrel membutuhkan saranku mengingat dulu aku sudah lalui bersama Cameron walaupun tidak ada acara melamar. Aku turut bahagia dengan Darrel dan Jezzy yang akan berlanjut ke jenjang lebih serius. "Oke pokoknya lo harus dateng ya, Na. Sumpah makasih banyak saran lo ya, lo tau kan gue anaknya humoris gak ngerti romantis-romantisan..."
Aku tertawa dengan anggukan kepalaku mengingat juga gaya pacaran Darrel dan Jezzy sangat seru dan tidak menye-menye. "Paham banget gue kok, tenang aja Rel,"
Darrel tersenyum simpul, "Gimana sama Arden? Oh iya, Arden gak masalah kan gue ajak lo ketemu?"
Deg. Wah, tidak mungkin aku begitu jujur bilang Arden sangat sensitif kemarin membahas pertemuan ini. "Enggak kok... tenang aja Rel gak usah nahan deh sama gue," celutukku bercanda.
"Oke, oke, gue takut aja soalnya lo kan pernah izin gak bisa terus-terusan main sama gue dan lain-lain karna trauma Arden, gue jadi kepikiran kan hahah,"
"Ih enggaakk... kan udah lama juga gak ngumpul masa sekali doang sama lo gak boleh juga,"
"Iya sih, bagus sih kalo dewasa gitu pemikirannya. Soalnya kalo soal trauma ya... tau lah keras banget pola pikirnya. No offense ya Na, gue jadi kurang suka pas Arden bilang lo gak boleh banyak main sama gue dan lain-lain... maksud gue lo baru sama dia anjir, Bapak lo aja gak masalahin, cuma ya yaudahlah ya trauma..." ujar Darrel begitu blak-blakan membuatku sedikit terkejut. Darrel mempunyai pemikiran begini apakah yang lain juga begitu? Bagaimana pendapat Kak Ben kira-kira? Pasti mereka sangat kecewa, entahlah.
Aku juga tidak banyak nimbrun grup bahkan bertukar kabar dengan Kak Ben sudah jarang padahal dulu Kak Ben sudah seperti selayaknya Abang bagiku. "Gimana ya... gue ngerti sih Rel gue juga mungkin bakal punya pemikiran yang sama kayak lo kalo Jezzy begitu... cuma, gimana ya... Anna susah jelasinnya Rel,"
Darrel tersenyum dengan helaan, ia mengusap lenganku, "It's okay selama Arden juga bisa buat lo bahagia, why not? Yang kita mau juga lo bahagia kok Na, kita coba ngertiin keadaan. Lo tenang aja ya, lo harus tetap bahagia pokoknya tapi jangan sampe lupa sama kita, awass loo jelekk,"
Aku terkekeh, "Aw gemes nya Darrel. Kak Ben gak marah kan? Apa lagi sibuk? Kok udah jarang chat gue? Mau ngechat takut ganggu apa gimana gue..."
"Ben? Oh... um.. iyaa dia sibuk belakangan ini Na. Tar gue sampein deh ke dia kalo ketemuan, oke?"
Aku mengangguk, "Oke Rel."
"Oke, mana Arden udah sampe?"
"Udah nih di Zenly udah di pintu masuk,"
"Yuk pulang... once again thank you Anna!"
"Anytime Darrel..."
Pukul 18.02 aku sudah berada di mobil Arden berjalan menuju ke Arena balap. Suasana di mobil tidak seperti yang kukira, ternyata Arden kembali hangat dan tidak banyak bicara soal pertemuanku dengan Darrel ia hanya bertanya pertanyaan basic saja. "Anna aku mau ngomong serius nanti abis balapan ya,"
"HAH? Eh... apa ada apa? Soal apa?" Lagi-lagi kata-kata itu terucap dari bibir Arden dan jantungku layaknya ingin melompat saja.
"Soal... ini serius banget sih Na... tapi nanti aja ya, aku mau fokus balap dulu,"
Aku menghela, "Oke... hati-hati ya Den balap nya, bawanya pelan-pelan aja,"
Arden tertawa membuatku mendengus kesal, "HEH MANA ADA BALAPAN PELAN-PELAN ANNAAA, ITU TEST SIM APA GIMANA," Aku menepuk jidatku. Oh iya, bodohnya. Aku menyengir, "Ehe, iya yaa... maksud aku ya pokonya.. hati-hati deh ah. Ban nya gak botak kan?" Tanyaku serius.
"Pitak doang sebelah,"
Aku mendengus, "Ih, gue gampar lo ye nyet."
Arden tertawa makin pecah, ya setidaknya mencairkan suasana tegangku. "Enggaaak sayangg, aman ban mah kayak perasaan aku ke kamuu." Ujar Arden diakhiri mencubit daguku. "Ish, ban sama perasaan disamain. Fix ini mah mainan doang perasaanya,"
"Heh, asal aja lo. Ban kok di mainin sih Na? Kamu pulang-pulang nape stress, sih? Hahhaah"
"Ya kan ban di mainin..."
"Di mainin gimana? Di jadiin ayunan? Apa, sih?"
"Ituu ban kan ganti-ganti,"
"Velk kali Na?"
"Velk apa?"
"Lah itu yang ada di ban, di tengah nya kan yang kamu maksud?"
"Nah iya itu kan ban, di ganti mulu sama kamu."
"ITU VELK SAYANG BEDA SAMA BAN ASTAGA TAMPOL NIH."
"HAH? BEDA? BOONG LU."
"UDAH SALAH KEPALA BATU YA."
"Oalaah, maaf deh saya kan ikan,"
"Gapapa tetep sayang gue jadi ikan pun."
Senyumku mengembang, gombalan receh Arden mengapa membuatku tersenyum malu mulu sih. Benar-benar recehan sekali Anna.
Sampainya di Arena aku di kenalkan beberapa teman balapan Arden tak lupa dengan pasangannya juga. Tak lama juga Arden dan teman-temannya masuk ke Arena mempersiapkan mobil dan segala macamnya yang tak kumengerti. Tak lama juga Icha dan Putri yang kuingat namanya menarikku ke belakang arena membuatku bingung. "Eh? Kok gak di Arena? Kalian gak liat balapannya?" Tanyaku bingung dan merasa bodoh sekali karena baru pertama kalinya aku ke tempat seperti ini. Icha terkekeh, "Enggak soalnya rame dan juga kan lama, gue sama Putri nunggu disini tapi kalo lo mau ke depan nunggu finish terserah sih,"
Aku menggeleng cepat mengingat ramainya area arena. "Eh... nggak deng..." Sahutku cepat membuat Icha dan Putri tertawa yang entah tidak kumengerti apa.
"Lo sama kok dulu kayak gue anjir, malah gue kayak orang bego di depan berdiri pegel nunggu," Ujar Putri.
"Oalah, untung gue dikenalin sama kalian," sahutku.
"Raven dulu juga pernah kesini terus kayak lo gitu kok, tapi dia akhirnya tetap di depan nunggu finish heboh bang— EH MAAF LO PACARNYA ARDEN YA?" Jerit Icha terkejut di akhir kalimatnya membuatku tersenyum pahit. Raven lagi dan lagi. Bisakah aku tenang sehari saja? Aku saja seakan masih belum dikasih nafas karena ucapan menggantung Arden di mobil tadi.
"Sori, sori aduh maaf gue lupa. Udah lama banget kok itu sumpah kan mereka udah putus lama, cuma gue kalo nginget waktu itu lucu aja. You okay? Gue gak bermaksud..." Terlihat Icha sangat menyesal dengan ucapannya dan aku hanya menggeleng senyum. "Gapapa, tenang aja Cha." Sahutku cepat.
"Btw, Arden jago loh, dia menang mulu liat aja pasti dia menang lagi," Kata Putri terdengar mengalihkan. "Oh, ya? Menang terus dia kalo balap? Dia sering kesini, ya?"
☄️☄️☄️
Pukul 23.30
Acara balapan Arden telah selesai dan benar yang Putri bilang bahwa Arden pasti menang dan jujur mungkin aku norak, tapi aku merasa bangga banget dan merasa sekan pacaran dengan artis Hollywood di tengah acara balapan tadi. Ya, aku norak. Sekarang kami sedang mengisi perut di Pecel Ayam dekat arena karena Arden belum mengisi perutnya sejak sore tadi. Aku juga banyak pengetahuan soal balap dari Icha dan Putri oh, ya mereka cukup ramah dan baik walaupun tidak sefrekuensi setidaknya mereka cukup menemaniku disana.
Dan disnilah Arden mengeluarkan kata-kata yang membutku terdiam. Kata-kata yang tidak pernah kupikirkan akan terjadi bila bersama Arden, hal yang kupikir tidak akan terjadi. "Soo? Mau ngomong serius apa?" Jujur aku sangat menyesali mengingatkan Arden untuk bicara soal hal serius yang ia ingin bicarakan.
"Oh! Iya, bentar cuci tangan dulu... okay... jadi umm... aku tau sih kamu bakal kaget, tapi yaudah. Kamu inget gak aku pernah bilang abis dari kantor Alan dan mau langsung kerja abis ngampus?"
Aku mengangguk, mengingat ucapan nya saat pertama kali bertemu malam itu, saat ia mengantarkanku pulang. "Yaaa?"
"Aku bakal kerja di tempat kerja Alan... dan udah dari dulu di omongin sebelum sama kamu jadi udah lama banget setujuin Na. Aku juga mau disana..."
"Hah? Disana?"
"Belanda..."
Mimpi buruk lagi. Kenapa selalu mimpi buruk yang terjadi di hidupku? "Oh... really?" sahutku terdengar menciut suaranya.
"Yea, makanya aku mau ngomong ini. Pointku... aku sayang kamu Na, aku mau tunangan sama kamu, terus nikah di Belanda dan... mungkin kamu kuliah di Belanda? Soal biaya biar aku aja..."
Deg.
Sangat jelas dan berat bagiku. Bahkan aku dulu meninggalkan ITB demi biar aku bisa tinggal di Jakarta, lalu ini apa? Aku tidak memikirkan biaya kuliahku di Belanda, tapi aku memikirkan hidupku di Jakarta. Bahkan sekedar Jakarta ke Bandung saja aku lebih memilih meninggalkan Bandung demi hidupku di Jakarta yang memang kenanganku semuanya disini. Apalagi kenanganku bersama Cameron... ya dia selalu menjadi alasanku. Selalu.
"Den... ITB aja aku tinggalin, Belanda? Aku gak tau..."
"Ini masalah soal Cameron kan? Dulu ITB kamu tinggal karena Cameron juga, sampai sekarang alasan kamu tetap itu?" Suara Arden sangat tegas membuatku merinding. Ini egois... tapi aku bingung yang egois siapa... aku dengan egois soal Cameron... Arden dengan egois soal masa depannya. "Enggaa Den... mikir deh aku udah sejauh ini ngampus harus pindah? Belum lagi Belanda aku emang bisa bahasa mereka? Aku harus les dulu, aku bakal kesusahan Den... ini tuh harus di bicarakan jauh hari bukan jangka dekat." Tegasku.
"Lalu? Bentar lagi aku lulus Na, bulan depan walaupun aku tetap bakal butuh waktu buat perpindahannya,"
Aku menghela panjang, kenapa pilihannya terlalu sulit bahkan semua pilihan nya punya resiko yang besar semuanya. Salah pilih aku akan menyesal sekali pasti... untuk menentukan ini tidak bisa detik ini juga. Rasa laparku juga berubah seketika rasanya untuk sekedar minum saja tidak nafsu lagi. Akhir-akhir ini hari-hariku buruk sekali.
Arden merangkulku, mengusap lenganku. "Udah... kita omongin lusa aja, kamu juga pikir-pikir ya jawaban kamu gimana. Aku sayang banget sama kamu Na. Maaf ya, sama aku kamu jadi banyak pikiran."
Aku mendongak menatap Arden, wajah lelah Arden malam itu. Wajah nya sangat pasrah, rasanya aku ingin menangis saja. Aku mengecup pipi Arden. "Enggak kok."
☄️☄️☄️
aloo!
maaf ya update nya lama dikarenakan akun aku bermasalah kemarin' huhu dan baru bener nya 2 hari yang lalu:(
jangan lupa votes nya! 🥰❤️✨