VOTE DULU YA
**
Mr. Milton mendengarkan cerita Naya dengan seksama, seringkali diikuti dengan gerakan tangannya diatas kertas—menyalin suara Naya dalam bentuk tulisan.
Benang kusut itu mulai terurai. Satu demi satu persoalan mulai terjawab. Mengapa Naya bisa setuju menikah dengan Ken, bagaimana Ken memperlakukan Naya, termasuk adanya perjanjian tertulis diatas pernikahan mereka.
Gadis itu mengungkapkan semuanya. Sesekali terdengar ia tersengal karena kembali mengingat perlakuan Ken.
"Nona.. Tenang ya, bersabar lah sedikit lagi.. Ini akan segera berakhir.."
Mr. Milton sudah terbayang rencana untuk membebaskan Naya.
Naya tidak perlu menunggu setahun untuk mengakhiri sandiwara pernikahannya. Surat perjanjian diatas pernikahan itu akan menjadi kartu AS mereka. Dengan bukti adanya perjanjian itu , sangat memungkinkan bahwa pernikahan Naya dan Ken dianggap batal.
Lagipula, Mr. Milton tahu Ken tidak akan mengindahkan perjanjian itu. Sejak awal pria itu memang tidak berniat melepaskan Naya. Toh hanya dalam hitungan hari perjanjian itu semestinya berakhir.
Tak terasa memang. Sudah hampir satu tahun Naya berhasil bertahan hidup dengan seorang monster.
Mr. Milton harus membuat persiapan matang dan cepat. Malam itu juga ia langsung menjelajahi internet. Mencari tahu firma-firma hukum paling kompeten.
Seyogyanya, Mr. Milton menyadari Ken adalah pria yang cerdik. Ia memahami manusia pada dasarnya selalu lemah dengan kekuasaan dan harta. Di pengadilan Ken mampu membuat sesuatu yang salah menjadi benar dan yang benar menjadi salah. uang pandai menggelapkan mata dan hati orang lain. Namun Mr. Milton tak kalah cerdik, ia akan berperang bersenjatakan kemarahan publik. Ia akan membalas perlakuan buruk Ken kepada Naya dengan mengekspos semua kebusukannya.
Sesungguhnya, Ini era dimana kita bisa menuntut keadilan hanya dengan satu ketukan jari. Cukup dimulai dengan satu unggahan. Kemudian, Naya bisa mendapatkan dukungan dari seluruh penjuru dunia dengan mudahnya.
Bila itu merupakan kasus yang cukup disorot, Harta dan sogokan tidak akan lagi bisa menolong Ken di meja hijau.
Kebiadabannya akan menjadi tajuk hangat dalam berita-berita. Kemudian, reputasi mentereng Ken sebagai seorang CEO perusahaan ternama akan hancur.
Mr. Milton sadar, rencananya akan berimbas pada saham EltCorp. Lebih dari separuh umurnya sudah didedikasikan untuk membantu Ed membesarkan nama EltCorp. EltCorp sudah menjadi bagian dari Mr. Milton. Tapi bila itu satu-satunya jalan untuk menebus kebebasan Naya, Mr. Milton akan melakukannya. Ia tahu, Ed pun akan melakukan hal yang sama dan ia bersedia mewakili mendiang sahabatnya itu.
Yang terpenting, alur rencananya tidak boleh kacau. Jangan sampai tebalik. Jika saja, ia lebih dulu membuat geger dunia dengan berita Ken, sangat mungkin terjadi bila nyawa Naya akan lebih dulu dihabisi. Sebelum sampai ke tahap mempermalukan Ken, Mr. Milton sudah harus bisa mengenggam Naya disampingnya. Memastikan perempuan itu aman.
Mr. Milton sudah menghadapi persidangan beberapa kali sebagai perwakilan EltCorp. Tidak heran, ia memiliki segelintir teman-teman pengacara. Namun kasus Naya akan sangat berbeda dengan persidangan yang pernah ia hadiri. Pada akhirnya, mr. Milton menemukan orang yang ia rasa tepat.
Diantara banyaknya informasi pengacara yang cakap, Mr. Milton cukup terkesan dengan salah satu nama pengacara kondang. John Vernon. Kebanyakan kliennya adalah para artis Hollywood. Dia juga seorang penulis fiksi. John Vernon adalah orang yang paling tepat untuk membela Naya. Khususnya karena Mr. Milton paham betul, John Vernon orang yang cukup mahir menggiring opini publik.
Setelah berhasil mengontak John dan berpanjang lebar atas keperluannya, mereka pun membuat janji pertemuan besok pagi di kahve—salah satu coffee shop di pusat kota. Ditatap muka singkat itu, mereka hanya perlu mensinkronkan informasi,sebelum kemudian bergegas ke kepolisian untuk membuat laporan dan mengirim tim untuk mengevakuasi Naya. Setelah Naya dipastikan aman, mr. Milton baru akan menyebarkan fakta-fakta itu secara daring, guna menghindari permainan kotor Ken
Rencana-rencana itu sudah terbayang sempurna. Sampai Mr. Milton mulai teringat bahwa Naya belum menghubunginya sama sekali.
Ia pun beralih ke dapur, meracik kopi untuk menunda kantuk.
Besok adalah hari penting, dimana persiapan untuk bebas dari jeratan Ken yang selama ini selalu mereka diskusikan ditelefon akan benar-benar terwujudkan. Sebenarnya, tidak ada lagi hal yang perlu didiskusikan. Mr. Milton sudah yakin, rencana mereka sudah tersusun matang. Tapi setidaknya, sebelum eksekusi besok, ia perlu mendengar suara Naya. Walau hanya semenit, sekedar saling menyemangati. Ia butuh mendengar suara Naya untuk melegakannya. Bahwa semuanya baik-baik saja.
Sampai waktu menunjukkan pukul dua dini hari, Naya masih belum menghubunginya. Sebelumnya, gadis itu tak pernah melewatkan satu malam pun sejak ia berhasil menggunakan telefon lama Ed.
Mr. Milton mulai menyadari. Something is off. Bukan lagi kafein dari kopi yang membuatnya terjaga.
Mr. Milton mendesak sang pengacara untuk memajukan waktu pertemuan mereka ketika Keadaann sudah dirasa darurat. Mereka memutuskan langsung bertemu di kepolisian.
mr.Milton sudah bersiap meninggalkan rumah mendahului terbitnya matahari pagi.
Penampilan serba kusut sudah tak kasat mata bagi mr. Milton yang sehari-harinya selalu berpenampilan necis. Saat ini laki-laki itu sudah tak peduli atas kerapihan.
Belum sempat Mr. Milton tancap gas, ia langsung tersadar ada mobil station wagon terparkir di rumah tetangganya yang tinggal disebelah persis. Ia tahu itu bukan mobil Mr. Adam, tetangganya yang seorang veteran perang.
Dengan gugup Mr. Milton memperhatikan dari spion, mobilnya. Di dalam station wagon bercat putih,tampak seorang laki-laki tengah menyesap sebatang rokok dengan syahdu dibalik bangku kemudi. Tangannya menjulur keluar kaca yang terbuka lebar.
Mr. Milton memastikan mobilnya sudah terkunci dengan benar. Sambil menjalankan mesin dan perlahan meninggalkan area perumahannya, ia pun mengontak John Vernon.
"Kurasa aku sedang dibuntuti." Ia berbicara dengan audio mobil yang menghubungkannya dengan John.
"Bisakah kau aktifkan lokasimu?"
Mr. Milton mengikuti instruksi sang pengacara, lalu dengan nada khawatir berpesan.
"Jika aku tidak bisa menemuimu hari ini, kumohon, lanjutkan perjuanganku untuk Naya. Aku sudah bersumpah pada gadis itu. Bila aku tidak selamat, percakapan ini akan menjadi kesaksianku." Mr. Milton mulai merasa pelupuk matanya basah. Tangannya bergetar di kemudi mobil. Station wagon itu masih membuntutinya dibelakang.
"Hari ini tanggal 13 Agustus, jam empat pagi, aku, Milton Luuk, sedang dibuntututi seseorang yang kuyakini berniat mencelakai diriku. Saat ini aku tengah menuju kepolisian untuk memberikan kesaksianku—,"
BRAK!!
Bunyi itu cukup keras. Station wagon itu menghantam bumper belakang mobilnya. Mr. Milton berusaha keras menjaga keseimbangan, namun hantaman kedua membentur lebih agresif ,mobil Mr. Milton berputar 180 derajat sebelum akhirnya menabrak sebuah pohon.
Sensor mobil lansung mengirim sinyal untuk mengembangkan airbag ketika benturan kuat itu terdeteksi. Mr. Milton baik-baik saja. Tidak ada cedera serius. selain sedikit memar pada sikunya. Kendati begitu, benturan itu cukup mengguncang Mr. Milton hingga membuatnya tidak sadarkan diri.
Karena hari masih terlalu pagi. Hanya ada dua mobil yang melewati jalanan itu—berisikan rombongan muda-mudi. Mereka menepi dan berusaha membantu. Meski sebagian dari mereka bahkan tidak mampu berjalan lurus karena pengaruh alkohol. Lebih parahnya, tak satupun dari mereka menyadari adanya keganjalan saat ambulance datang sepersekian menit dari waktu kecelakaan.
Mr. Milton ditandu ke dalam box ambulance. Di tengah perjalanan ia mulai membuka mata. Dalam pandangannya yang kabur, Mr. Milton mendapati seorang pria berseragam teknisi medis duduk di sisinya. Sambil duduk, pria itu seolah membalas tatapan Mr. Milton.
Wajah pria itu tidak menunjukkan suatu ekspresi. Penglihatan Mr. Milton yang kabur, membuat bayangan si pria misterius seolah membelah dua. Sampai pada akhirnya semua itu menjadi hitam.
Mr. Milton tidak sadarkan diri.