My Love Lucifer (END)

By Muzillah

1.7M 104K 1.7K

Amandine Gillard, seorang putri dari Perdana Mentri Belgia sangat mencintai tunangannya Jordan De Vos seorang... More

Meet the character
Prolog
CHAPTER 1 | Interview with the Lucifer
CHAPTER 2 | Daily Life
CHAPTER 3 | Slut
CHAPTER 4 | Naughty Kids
Chapter 5 | Malmedy
Chapter 6 | He's Home
Chapter 7 | Family Dinner
Chapter 8| Wedding Dress
Chapter 9 | Uneasy
Chapter 10 | Waiting
Chapter 11 | The Proposal
Chapter 12 | Weird
Chapter 13 | Visit
Chapter 14 | Motivation
Chapter 15 | Just having Fun
Chapter 16 | Antagonis
Chapter 17 | I Hate
Chapter 18 | Who ?
Chapter 19 | What's wrong ?
Chapter 20 | Staying Up Late
Chapter 21 | Please Don't!
chapter 22 | Anger
Chapter 24 | Invitation
Chapter 25 | Wedding Day
Chapter 26| Our Journey Has Just Begun
Chapter 27 | Something Strange
Chapter 28 | That's Right
Chapter 29 | Sweet Night
Chapter 30 | Good Morning Lucifer
Chapter 31 | Irritate
Chapter 32 | Bastard From London
Chapter 33 | What if ?
chapter 34 | Devil Wishper
Chapter 35 | Jealousy
Chapter 36 | Date
Chapter 37 | Couple's Fight
Chapter 38 | Hungaria
Chapter 39 | Miss Me ?
Chapter 40 | I Miss You
Chapter 41 | None of Your Business
Chapter 42 | Shameless
Chapter 43 | What is That ?
Chapter 44 | Broken Heart
Chapter 45 | Always There
Chapter 46 | Relieved
Chapter 47 | Feel Guilty
Chapter 48 | Silent

Chapter 23 | Skeptical

26.4K 1.8K 35
By Muzillah


Setelah Amandine kembali kekamar, kini hanya tinggal Jordan dan Teressa. Jordan kembali menatap Teressa saat wanita itu meringis kesakitan.

"ssshhh.... Dasar bar-bar" ringis Teressa sembari memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh Amandine.

Jordan menarik pundak Teressa hingga mereka kini berhadapan. Tangan kanannya memegang dagu Teressa dan menggerakkan wajah Teressa kiri dan kanan.

Tak hanya wajahnya, bahkan kini penampilan Teressa tampak mengenaskan. Amandine, wanita kejam itu.

Jordan memperhatikan lagi penampilan Teressa, rambutnya acak acakkan, pipinya memar bahkan kancing kemeja milik Jordan yang dipakai oleh Teressa pun hampir lepas.

Tunggu, Teressa memakai kemejanya? Jordan tidak pernah membiarkan wanita memakai kemejanya seperti ini. Wanita wanita itu akan merasa special jika Jordan melakukan itu, termasuk Teressa. Jordan hanya menganggap Teressa sebagai partner senang senang nya, tidak lebih.

Jordan menatap intens pada Teressa, muncul sesuatu dibenaknya. Jelas sekali ini semua direncanakan oleh Teressa. Ada masalah apa sebenarnya dia dengan Amandine ?

Ingin Jordan menanyakan itu pada Teressa, namun hal itu hanya tertahan diujung lidahnya saja. Jika ia bertanya pada Teressa, bisa saja wanita itu berbohong.

"Aku rasa sebaiknya kau pulang dan beristirahat" Ujar Jordan lalu merapihkan rambut Teressa yang acak acakkan.

Teressa tersenyum lalu memeluk pinggang Jordan "kau tidak mau mengobati Lukaku ? wajahku sakit" ucapnya dengan nada manja.Bahkan setelah dihajar habis habisan oleh Amandine, wanita ini masih bisa bersikap seperti itu pada Jordan.

Jordan tidak menjawab, ia lantas menoleh kearah kamar Amandine. Ada hal yang lebih penting yang harus dia lakukan sekarang.

"Tidak ada obat dirumahku ini, jadi sebaiknya kau mengobatinya dirumahmu" pungkas Jordan dengan senyum kecil diwajahnya.

Teressa mengerucutkan wajahnya sebal. "Kalau begitu cium aku" pintanya lagi tak mau kalah.

Jordan mendengkus saat mendengar permintaan Teressa, lalu mencium pipinya agar wanita itu cepat pulang.

Semua kejadian itu disaksikan oleh Amandine dari balik pintu kamarnya. Bagaikan luka yang ditaburi garam, sakit sekali rasanya.

Amandine terluka, tapi pria yang dicintainya malah membelai mesra wanita lain. Amandine terluka, tapi Jordan malah memberikan kecupan manis pada wanita lain. Setidaknya itulah yang diartikan oleh Amandine.

Amandine menutup pintu kamarnya, lalu berjalan tertatih menuju sofa kecil dikamarnya. Lukanya harus diobati, darah berceceran disetiap jejak langkah Amandine.

Namun bukan itu yang membuatnya sakit, justru hal yang menyakitkan adalah luka yang tidak kelihatan oleh mata.

Ceklek...

Pintu kamar Amandine terbuka, tampak Jordan masuk kekamarnya menenteng alat P3K ditangan kanannya.

Airmata yang tadi hampir saja keluar, seketika masuk kembali.

Melihat wajah Jordan, kembali mengingatkan Amandine akan adegan mesra yang baru saja terjadi antara Jordan dan Teressa.

Amandine lalu membuang pandangannya keluar jendela, sungguh dia tidak ingin melihat Jordan saat ini.

"Kau akan membiarkan lukamu begitu saja ?" omel Jordan yang kini terduduk dilantai sambil memegang kaki Amandine.

"Jangan sentuh Aku brengsek!" Maki Amandine, lalu menarik kakinya yang dipegang oleh Jordan.

Tapi Jordan dan Amandine adalah spesies yang mirip, tidak ada yang mau kalah. Jordan menarik kembali kaki Amandine dan menahannya.

Amandine tak bersuara, matanya memindai tindakan Jordan yang kini berlagak khawatir dengan nya. Padahal baru sesaat lalu dia memeluk mesra wanita lain.

"Lalu ? apa kau akan membiarkan darahmu habis begitu saja ?" Tanya Jordan, suaranya terdengar kesal. Sungguh, apa yang ada didalam pikiran wanita ini ?

Saat pandangan mata mereka bersitatap, Amandine langsung memalingkan wajahnya lagi.

"bukan urusanmu !" Balas Amandine singkat. "Aaaaahhhhhhhhh" Teriak Amandine pelan saat Jordan mencabut kaca yang menancap disana.

Mata Jordan ngeri menatap luka dikaki Amandine, pasti sakit sekali. Darah mengalir dari sana, terlihat lukanya cukup dalam dan ini tidak cukup jika hanya dengan dibalut perban saja.

"kau memang sudah gila" geram Jordan, apalagi saat melihat Amandine tidak bereaksi apa apa saat kacanya di cabut.

Setelah Jordan membalut luka Amandine dan memastikan darah tidak keluar untuk sementara waktu, pria itu dengan sigap berdiri dan menarik Amandine dari sofanya.

"Apa yang kau lakukan ?" Tanya Amandine kaget saat Jordan dengan tiba tiba saja menggendongnya.

Jordan tidak menjawab apa apa, pria itu berjalan menuju kearah luar dengan menggendong Amandine.

"Turunkan aku bodoh ! aku tidak sudi digendong olehmu !" Jerit Amandine. Jordan tidak peduli, bahkan jika Amandine berteriak dan memecahkan gendang telinganya. Wanita ini harus segera mendapat pertolongan.

Saat menggendong Amandine keluar kamar, mata Jordan sempat mengamati lagi suasana dirumahnya. Ceceran darah Amandine bagaikan tanda jika telah terjadi pertumpahan darah disana.

Saat Jordan mendudukkan Amandine didalam mobil, mengertilah Amandine kemana Jordan akan membawanya.

"Kau tidak perlu membawaku kerumah sakit !" ketus Amandine.

Jordan yang tengah menyetir sendiri mobilnya terheran heran mendengar ucapan Amandine. Bagaimana bisa wanita ini masih bersikap angkuh disaat seperti ini ?

"Apa kau mau kakimu diamputasi ?" kesal Jordan.

"kakiku yang akan diamputasi, bukan kaki mu" Balas Amandine.

"Shit Amandine ! kau pikir aku mau menikah dengan wanita yang kakinya diamputasi ?" Amandine sungguh keterlaluan.

Amandine menatap tajam Jordan "Ahhh, jadi kita tetap akan menikah ya? kupikir kau akan membatalkannya , Kau masih ingatkan apa yang kukatakan tadi ?"

Jordan kembali menginat apa yang dikatakan Amandine tadi, harusnya Jordan marah karena Amandine mengatakan dia tidak akan menemui wanita wanita lain lagi. Itu sama saja dengan Amandine mencampuri urusannya.

Tapi...

Kenapa Jordan tidak bisa membantahnya ? harusnya dia tinggal mengatkan saja kalau dia tidak mau. Mereka tidak akan menikah, dan Jordan akan kembali bebas dengan hidupnya.

Lalu ? Kenapa dia tidak bisa mengatakannya ?

Melihat Jordan tidak menjawab membuat Amandine kesal. "mengapa kau diam saja ? apa kau sedang merencanakan sesuatu yang buruk ?"

Jordan menyisir rambutnya kasar, merasa putus asa jika ia terus mendebat Amandine. "Apa maksudmu dengan merencanakan yang tidak tidak ? tidak bisa kah kau menerima saja kekhawatiranku ini atas luka dikakimu ?"

Amandine berdecih mendengarnya. Khawatir ? apa dia tidak salah dengar ?

"Ohh, atau kau takut disalahkan ya karena Lukaku ini ?" sinis Amandine.

"Ya ampun Amandine. Terserah kau sajalah, dasar keras kepala. Bahkan kau tidak menangis disaat ada serpihan kaca menancap dikakimu !" pungkas Jordan kesal. Dia tidak takut disalahkan sama sekali.

Bahkan Jordan juga tidak mengerti mengapa dia melakukan hal ini ? mengapa juga Jordan membawanya kerumah sakit ? harusnya Jordan tidak usah mempedulikannya. Rutuk Jordan.

Saat mereka tiba dirumah sakit, Jordan tidak meletakkan Amandine dikursi roda. Ia justru menggendongnya hingga sampai di UGD.

Orang yang tidak tau pasti akan mereka berdua saling menyayangi. Memikirkan itu membuat Amandine muak.

Ini hanya akal akalan Jordan saja agar dia memiliki citra baik dihadapan umum. Jordan tidak mungkin mengkhawatirkannya.

"Kau bisa menurunkanku sekarang, tidak akan ada yang memujimu karena telah menggendongku" Sinis Amandine.

Jordan menarik nafasnya, lalu membuangnya perlahan. Mensugesti dirinya untuk tidak kesal atas kata kata Amandine.

"Lukanya tidak begitu dalam, tapi lumayan lebar. Sepertinya butuh sekitar dua jahitan" Ucap dokter yang menangani Amandine.

Sontak Jordan dan Amandine saling tatap.

Amandine menepuk dahinya, God !Bagaimana ia memakai sepatu pengantinya nanti ?

........................................................................................................................

Hari ini nggak banyak note dari author, selamat membaca gaess...

kasih semangat buat Author biar besok tetap update ya, Hihihi....


Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 142K 23
Penyesalan memang selalu datang terlambat, itulah yang Morgan rasakan setelah bercerai dengan Gwen.
5.5M 241K 52
Aku melangkah cukup lama dengan masa lalu yang kelam, aku sudah lelah berjalan di kegelapan dan kini apa aku harus kembali pada masa itu lagi? Bagai...
526K 28K 41
[COMPLETED] Highest Rank #1 -Luka Highest Rank #1 - Perpisahan Highest Rank #1 - Kehilangan Semenjak kejadian malam itu, kehidupan Rosaline berubah 1...
2.7M 151K 23
Dia mantan pacarku, Leo. Beberapa tahun tidak berkabar, membuatnya seolah - olah tidak pernah bertemu dengan diriku sebelumnya. Namun, satu persatu k...