Turn (Never lose hope)

By Alqishthi

346K 34.4K 3.8K

"Sebutkan 3 permintaan mu" Monica tertawa sinis, Air matanya terjatuh bahkan disaat ia merasa sangat terpuruk... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Give Away (Turn)
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Pengumuman Give Away
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Penting untuk di baca
Bab 59
Bab 60
Bab 61
Bab 62
Bab 63
Bab 64
Bab 65
Bab 67
Bab 68
Bab 69
Bab 70
Bab 71
Bab 72
Bab 73
Bab 74
Bab 75
Bab 76
Bab 77
78
Bab 79
Bab 80
Bab 81
Bab 82
Bab 83
Bab 84
Bab 85
Bab 86
Bab 87(Last)
Extra Part
Extra part 2
😌
New Story
😇😇😇
Turn move
PO (Loveless)
The Author
SKY
La Vendetta💜
Another Lemon Tree
Kutoroka
Level 2

Bab 66

3K 419 43
By Alqishthi

Monica tak bisa menghentikan gerakan kakinya saat ini,tentu saja karna Ia merasa gugup sekaligus takut. Ia sungguh tak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini. Pasti ada penjelasan, Richard pasti memiliki penjelasan.

Kepala Monica reflek menoleh saat pintu ruangan Richard terbuka. Ibu Richard keluar lebih dulu,lalu di ikuti yang lainnya.

"Mommy duluan ya.. Kamu masih mau di sini kan lusi?"

Wanita cantik bernama Lusi itu menganggukan kepalanya dan tersenyum.

"Rich.. Kamu jangan lupa antar Lusi pulang nanti"

Richard hanya diam tanpa sautan apapun, Ia menatap Monica yang juga menatap dirinya.

"Rich..?"

"Richard pasti mengantar ku mom.. Iya kan rich?" Ucap Lusi dan mengalungkan tangannya kepada lengan Richard.

Richard mengangguk singkat, Ibu Richard pun meninggalkan mereka. Monica sedikit membungkuk sebagai tanda hormat. Willy ikut mengantar sang ibu. 

Richard melepaskan tangannya, "willy akan mengantar mu pulang" ucap Richard dingin.

Wajah Lusi memerah malu Ia menoleh ke arah Monica yang tanpa sengaja masih menatap mereka.

"Rich.. Aku tau kamu ngga suka sama aku, tapi apa paling tidak kamu bisa menjaga harga diri ku.. Masih ada seketaris mu disini" ucap Lusi pelan dan lembut.

Monica pun cepat-cepat mengalihkan pandangannya dan akan pergi kalau saja Richard tak memanggilnya.

"Monica masuk ke ruangan saya" ucap Richard dan masuk ke dalam meninggalkan Lusi juga Monica.

Monica dengan tak enak hati berjalan menuju ruangan Richard. Ia sempat terhenti di depan Lusi.

Lusi tersenyum ramah sekaligus malu.

"Hei.. Maaf belum sempat memperkenalkan diri aku lusi.." Ucap Lusi dan mengulurkan tangannya. 

"Oh.. Iya bu.. Saya Monica"

Lusi tersenyum lagi,  "apa aku terlihat setua itu? "

"Engga bu.. Maksud saya.. "

"Lusi saja..  Panggil saja Lusi"

"Baik.. Mba Lusi.. "

Lusi tersenyum lebih lebar, "baiklah..terdengar lebih baik.."

"Emm..saya permisi ke dalam dulu ya mba.." Ucap Monica

Lusi menganggukan kepalanya, Monica sudah akan masuk namun Lusi kembali memanggilnya, Lusi menggigit bibir bawahnya merasa tak enak.

"Emm..Monica apa kamu bisa merahasiakan yang tadi..?"

Monica mengangguk dengan cepat. "Tentu bu.. Mba maksud saya."

"Makasih ya.. Itu cukup memalukan untuk ku.. " ucap Lusi

"Monica apa kamu tidak akan masuk!" Teriak Richard dari dalam ruangannya.

"Mba Lusi maaf saya harus masuk dulu.."

"Ohh iya.. Sekali lagi makasih" ucap Lusi tulus.

Monica menganggukan kepalanya, dan masuk ke dalam ruangan Richard.

"Monica aku.."

"Apa kamu harus berteriak seperti itu?" Tanya Monica

Richard menggeleng, "aku minta maaf, aku tidak maksud membentak mu.. Aku.."

"Bukan tentang aku, tapi tentang dia. Aku sudah terbiasa mendengar bentakkan mu.. Apa kamu juga harus mempermalukannya di depan ku?"

"Monic?"

"Apa menurut mu semua orang itu sama seperti mu? Tidak punya hati"

Richard menaikan satu alisnya Ia sungguh terkejut mendengar ucapan Monica.

"Monica aku melakukan itu untuk mu. Aku mau kamu tau kalau aku dan dia..." Bela Richard yang langsung saja di potong Monica.

"Aku tidak butuh itu rich" Ucap Monica yang seketika saja membungkam Richard.

Keduanya terdiam dan saling menatap untuk sesaat. Monica menguatkan dirinya untuk tidak menangis atau bahkan tidak berkaca-kaca.

"Kamu lebih marah karna sikap ku padanya? Bukan karna aku dengannya?"

Monica tak menjawab Richard hanya terus menatap Richard lekat.

"Apa kamu juga tidak merasa terkejut ataupun sedih? Bukankah kamu harus menuntut penjelasan dari ku?"

"Kenapa harus?" Tanya Monica

Richard tak percaya mendengar ucapan Monica.

"Kenapa harus? Apa kamu sedang mabuk monica? Apa ini cara mu marah pada ku?"

"Kenapa juga aku harus marah?" Tanya Monica

"Kamu memang paling tahu cara menyakiti hatiku. Baiklah, apa dengan begini perasaan mu membaik?"

Monica tak menjawab lagi, Ia hanya menatap Richard entah dengan tatapan apa.

Richard maju satu langkah dan Monica refleks mundur satu langkah.

"Monica..ini tidak seperti yang kamu pikirkan aku bisa jelaskan apa yang terjadi dengan aku dan wanita itu"

"Lusi.. Wanita itu punya nama dan namanya Lusi" ucap Monica tenang

"Apa kamu sudah gila? Apa penting siapa nama wanita itu? Kekasih mu di kabarkan bertunangan dengan wanita lain dan siapa nama wanita itu masih sangat penting untuk mu hah?!" Bentak Richard yang sungguh tak tahan lagi menghadapi Monica.

Monica tersenyum tipis, senyum yang lembut namun nampak terluka.

"Lalu aku harus apa? Menangisi mu? Berteriak-teriak menuntut penjelasan? Meminta mu memilihku? Atau menangisi mu seperti orang bodoh?" Tanya Monica yang tak dapat di jawab Oleh Richard

"Sejak awal kita sudah sama-sama tau ini akan terjadi. Kekasih mu bukanlah calon istri mu. Pria seperti mu akan berpacaran dengan siapapun lalu menikahi wanita yang sudah di tentukan. Ini dunia mu, dunia yang sudah di design bahkan sebelum kamu sempat di lahirkan. Kita tau dan paham itu ." Ucap Monica lagi.

"Aku mengerti dan tidak keberatan. Karna itu aku meminta mu untuk tidak begitu dekat dengan keluarga ku.. Karna mereka tidak akan mengerti, mereka akan berkhayal bahwa kisah kita akan berakhir bersama. Aku yang bukan siapa-siapa menjadi istri dari seorang putra mahkota. Aku sungguh tidak membutuhkan penjelasan kamu Rich.. Aku mengerti.."

Richard mengepalkan tanganya, Ia tau Ia yang bertunangan. Namun mengapa Justru Ialah yang merasa di campakkan. Mata Richard pun sudah berkaca-kaca berbeda dengan Monica yang justru tersenyum lagi.

"Ya meskipun harus aku akui kalau aku terkejut. Aku tidak tau hubungan kita akan sesingkat ini.. Tapi sudahlah, jika bukan sekarang nanti juga akan terjadi bukan?" Ucap Monica dengan nada suara yang di buat ceria.

"Bukannya kamu mencintai ku?"

Monica mengangguk, "kamu juga kan... Tapi kita bisa apa? Ya seperti inilah hidup.. Ayolah Rich.. Jangan bersikap seolah ini masalah besar"

"Seolah?"

Monica menganggukan kepalanya, "sudahlah.. Dan tolong jangan perlakukan Lusi seperti tadi apalagi di depan ku atau orang lain. Dia tidak tau apa-apa Rich."

Richard mengusap wajahnya dan mencoba untuk menahan air matanya. Ia tidak tau mengapa Ia ingin sekali menangis di saat Monica justru terlihat baik-baik saja.

"Jadi kamu ingin aku melepaskan mu lalu menikahinya?" Tanya Richard

Monica tertawa geli, "yaiyalah..apalagi? Mau memperjuangkan kisah kita.. Oh ayolah Richard sudah cukup bermainnya. Jangan membawa ini menjadi serius. Bagaimana mungkin kamu memperjuangkan ini? Apa menurut mu seekor ikan bisa tinggal di darat? Sebeda itu Dunia kita Rich"

Wajah Monica sungguh nampak baik-baik saja dan itu semakin menyakiti Richard.

"Lihat aku dan jawab..  Apa kamu ingin aku menikahinya? " Tanya Richard  lagi. 

Monica berjalan mendekat kepada Richard, Ia mengusap bahu Richard lembut lalu mengangkat kepalanya agar dapat menatap Richard. Ia tersenyum lagi lebih lembut dan tulus.

"Aku ingin kamu menikahinnya."

Air mata Richard terjatuh begitu saja. Bagaimana mungkin Monica tak sedikitpun menangis di saat dirinya saja sudah merasa sekarat.

Monica tersenyum lagi, "apa kamu baru pernah jatuh cinta? Itu pasti menyakitkan untuk mu. Tapi kamu akan segera baik-baik saja.. Lagi pula melepasku dan mendapatkan Lusi itu seperti jackpot tau.. " ucap Monica dan menepuk bahu Richard.

"Apa boleh aku memeluk mu sekali lagi sebelum kita putus?" Tanya Monica

Richard tak menjawab hanya air matanya yang terus terjatuh.

"Emm.. Sepertinya tidak ya.. Baiklah terimakasih sudah mau menjadi kekasih ku. Kita akhiri sampai di sini saja.. "

Monica memundurkan dirinya, setelah di jarak yang cukup. Ia membungkukan tubuhnya.

"Saya permisi keluar untuk menyelesaikan pekerjaan saya" ucap Monica yang kemudian berlalu dari ruangan Richard.

...

Dengan mantap Monica melangkah pergi dari ruangan Richard. Ia melewati mejanya dan terus berjalan pergi, matanya menatap lurus,kepalanya terangkat. Ia berbelok menuju koridor yang cukup sepi, lalu di saat Ia yakin tak ada yang melihatnya, tak ada jangkaun sisi tv langkah mantap Monica berubah menjadi goyah. Monica bahkan nyaris terjatuh kalau saja Ia tidak cepat berpegangan pada dinding.

Tubuhnya terasa lemas, Ia bahkan ta mampu lagi menegapkan dirinya. Kakinya bergetar, Monica memejamkan matanya lalu membekap mulutnya.

Ia merosot dan berjongkok di lantai,  tangisnya pun pecah meski Ia sudah membekap mulutnya sendiri. 

Baik-baik saja? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi padanya? Ia begitu bahagia kemarin memiliki Richard dan sekarang Ia harus merelakan. Meskipun Ia tau hal ini akan terjadi namun Ia tak pernah menyiapkan dirinya untuk menerima ini. Ia terus menipu dirinya bahwa Richard akan memilihnya dan berjuangan bersamanya. Ia terus menipu dirinya dengan semua khayalan-khayalan dan mimpi. Ia terus membodohi dirinya bahwa ke ajaiban itu akan datang lagi. Ke ajaiban untuk kembali memiliki Richard.

Ia berpura-pura lupa bahwa dia hanya seorang Monica. Ia bahkan bukan Risa yang mempunya keberanian untuk bertahan dan berjuang. Sejak awal harusnya Ia mengerti bahwa Richard bukan untuknya. Mengapa Ia memilih bertahan di kantor ini, harusnya hari itu. Ia tak berkerja di sini. Seharusnya Ia tak di sini dan berharap lagi.

Willy menghentikan langkahnya dan hanya menatap Monica dari jauh. Membiarkan Monica menangis,Ia tau ini pasti sulit untuk Monica. Lagi pula Ia tak memiliki daya apapun untuk membantu Monica. Dan mengapa juga Ia harus membantu Monica. Ia sendiri tak mengerti,mengapa Ia merasa hatinya juga terluka melihat Monica menangis seperti itu, sendiri.

***

Aku minta maaf banget ngga bisa sering-sering up. Mungkin kalian bosan nunggu atau apalah itu aku bener" minta maaf ya.. Maaf juga kalau cerita ini terlalu panjang.. Dan menjenuhkan..

Tapi serius sih.. Aku usahain banget untuk up cerita ini setiap harinya.. Cuma memang keadaan yang bikin aku berkendala untuk up setiap hari.

Semoga kalian masih mau baca ini dan tetap support aku ya.. Makasih banyak

Continue Reading

You'll Also Like

453K 27K 25
Kemana lagi aku dan mantan suamiku harus mencari putra kami yang hilang? ••• Shiren kehilangan putranya, Bumi, ketika kecelakaan itu terjadi. Berbaga...
17.6K 1.5K 24
Kisah cinta penuh luka dan liku dari perempuan bertubuh gempal bernama Delima, dimulai dari sebuah kebohongan yang ia ciptakan sendiri hanya untuk be...
41.7K 2.4K 49
Benar kata orang, cinta adalah hasrat suci yang penuh kegilaan. Seperti awan yang rela menjadi hujan. Layaknya pelita yang membiarkan dirinya terbaka...
24.4K 2.4K 15
Ikatan persahabatan antara Jingga dan Ratna begitu kuat, mereka bahkan tak terpisahkan meski Ratna telah tiada. Karena rasa sayangnya juga, Ratna rel...