HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔

By Diviyayaya__

6.3M 678K 107K

[SUDAH TERBIT + PART MASIH LENGKAP] "Ck! Gue bakal bikin lo nggak betah!" "Dan gue bakal tetep jagain lo." ... More

PROLOG 🥀
BAB 1 : Bodyguard?
BAB 2 : Gebetan
BAB 3 : VL-Guard
BAB 4 : Bad Luck
BAB 5 : Mantan?
BAB 6 : Donat
BAB 7 : Nobar ++
BAB 8 : Razia
BAB 9 : Again
BAB 10 : Again (2)
BAB 11 : Anak kita
BAB 12 : Different
BAB 13 : Rapuh
BAB 14 : Depresot
BAB 15 : Its Hurt
BAB 16 : Tragedy
BAB 17 : Incident
BAB 18 : Leave?
BAB 19 : A Hug
BAB 20 : Impostor
BAB 21 : Message
BAB 22 : Warning
BAB 23 : Puzzles
BAB 24 : Accident
BAB 25 : Broken
BAB 26 : Broken (2)
BAB 27 : Broken (3)
BAB 28 : See you!
BAB 29 : Nothing
BAB 30 : Filosofi
BAB 31 : Peneror
BAB 32 : A news
BAB 33 : Bahaya!
BAB 34 : Bahaya! (2)
BAB 35 : I Miss u
BAB 37 : Transisi
BAB 38 : Te Amo
BAB 39 : Pecah (?)
BAB 40 : Kecewa
BAB 41 : Dilema
BAB 42 : Tipuan
BAB 43 : Predator
BAB 44 : Dilema (2)
BAB 45 : Sejarah
BAB 46 : Menguak
BAB 47 : Memori
BAB 48 : Selidik
BAB 49 : Skandal
BAB 50 : Topeng
BAB 51 : Kelabu
BAB 52 : Death
BAB 53 : Dendam
BAB 54 : A Fact
BAB 55 : Sadness
BAB 56 : Is Lost
BAB 57 : Doubt
BAB 58 : Selidik (2)
BAB 59 : A Truth
BAB 60 : Ineffable
BAB 61 : Sketsa
BAB 62 : Psikopat
BAB 63 : Psikopat (2)
BAB 64 : Khawatir
BAB 65 : Dihantam
BAB 66 : Touched
BAB 67 : Flashback (1)
BAB 68 : Flashback (2)
BAB 69 : Perlawanan
BAB 70 : Menantang
BAB 71 : Berakhir
BAB 72 : Berduka
BAB 73 : Monster
BAB 74 : Regret
BAB 75 : Destroy
BAB 76 : Destroy (2)
BAB 77 : Wound
BAB 78 : Revolusi
BAB 79 : Winner
BAB 80 : Balasan
BAB 81 : Balasan (2)
BAB 82 : Dibantai
BAB 83 : Dibantai (2)
BAB 84 : Gugur
BAB 85 : Pamit
THE ENDING
Extra Part 3 (Last)
Info Terbit!!!
Vote Cover + Tanggal PO!
Open Pre-Order!
SQUEL!
SPECIAL OFFER (PO2)

BAB 36 : Opinion

60.1K 6.9K 1.2K
By Diviyayaya__

Cerita ini ditulis oleh tangan yang tak pernah kamu genggam. Terimakasih :v

***

Sebuah kekeliruan jika berasumsi bahwa yang diam itu lemah. Ketahui lah, badai paling ganas muncul dari laut yang tenang.❞ —Hei, Bodyguard!

***

Author Pov

Kesalahan besar yang Rayyan lakukan malam ini adalah mengira jika sikap pendiam Keyla akan bertahan lama.

Tetapi ekspektasi tidak seindah realita. Beberapa minggu tak bertemu ternyata sama sekali tidak ada perubahan. Baru satu jam lalu gadis itu menangis, kini Keyla kembali menjadi perempuan tidak tahu diri, minus adab serta spek Abu Lahab seperti wujud semula.

Gadis itu kini tengah menikmati makanannya di dalam mobil Rayyan, dengan tiga belas jenis jajanan alun-alun hasil memoroti lelaki itu. Keyla nampak fokus mengunyah, sesekali mengusap ingus dan air matanya yang tak berhenti keluar. Persis seperti orang pinggiran yang kekurangan makanan. Memprihatinkan.

"Kenapa?" Keyla menatap Rayyan risi. "Kenapa lo liatin gue gitu? Jangan bilang lo nggak mau lagi nafkahin gue?!"

Rayyan menggeleng, lelaki itu menyenderkan sisi tubuhnya ke arah jok. Memperhatikan seraya mengunyah permen karet dengan wajah lempeng. "Suudzon mulu!" 

"Nanya doang njir, bukan suudzon!" balas Keyla sewot. Ia kembali makan, karena adegan sedih tadi cukup menguras tenaga.

"Nah gitu dong ngegas. Kan keliatan kalau Keyla gue—Keyla asli maksudnya balik lagi." Rayyan dengan cepat mengoreksi. Ia mengalihkan pembicaraan. "Oh ya, lo belum jawab. Ini ngapain malem-malem di jalan sendirian?"

"Cari angin," balas Keyla. "Sekalian mau ke hotel tadinya," tambahnya, karena gadis itu memang tidak berniat tidur di rumah.

"Lho?" Rayyan semakin ambigu. "Ngapain ke hotel?"

"Tidur lah,"

Rayyan tertohok, wajah lelaki itu nampak shock sekaligus pias. "T-tidur sama siapa, Key?"

Seketika Keyla tersedak hebat. Pertanyaan Rayyan barusan seperti mengira dirinya akan melakukan sesuatu yang iya-iya. P maksud?!

Keyla mengusap sudut bibirnya yang basah oleh air minum, lalu menatap galak. "GUE OPEN BO, BOD! OPEN BO! Karena lo pergi, nggak ada yang nafkahin gue, jadinya cari sugar daddy kaya raya. Apa lo?! Mau booking?! Tarif-nya mahal kalau buat lo!"

Rayyan tergelak sesaat.

"Ini muka lo kenapa?" tanya Rayyan setelah menyingkap sejumput rambut Keyla yang menghalangi sisi wajah gadis itu. Ia sudah ingin menanyakan hal ini dari awal. Wajar saja, luka lebamnya terlalu banyak dan jelas. Mustahil jika Rayyan tidak gagal fokus.

Keyla meringis secara tidak sadar, bahkan disentuh sepelan ini saja masih terasa sakit. "Kalau gue bilang ini hasil jatoh apa lo bakal percaya?"

Rayyan menggeleng. "Enggak."

"Kenapa?"

"Karena jelas ini lebih ke hasil pukulan." Rayyan menjawab membuat Keyla terperangah. Gadis itu diam. Ia tidak berani menatap ketika lelaki itu mengapit pelan kedua pipinya menggunakan jari, lalu meluruskan padangan Keyla ke arahnya. Mata Rayyan memicing ragu. "Bener, kan?"

"Lo—" Keyla mengerjap rikuh. "Darimana lo yakin bisa ngomong gitu?"

Rayyan memandang kosong, lelaki itu mendekat membuat jarak keduanya sedikit terkikis. "Gue udah dikenalin luka fisik dari kecil, Keyla. Dari pukulan berat sampe ringan. Tamparan keras atau pelan. Gue nggak sebodoh itu sampe nggak bisa bedain mana luka disengaja atau nggak."

Jelas saja. Jatuh seperti apa sampai luka babar belurnya seperti dihajar habis-habisan oleh orang?

"Look at this. Tangan kiri lo bengkak, kulit kening sama sudut bibir lo sobek, mata lo juga memar. Bonyok sewajah-wajah gini lo sebut hasil jatoh?" kata Rayyan penuh perhitungan, tatapan matanya berubah nyalang. "Lo dianiaya seseorang?"

Keyla menelan ludahnya kasar. Salah besar membohongi Rayyan. Dia seperti seorang Bodyguard. Instingnya dibuat kuat. Dilatih peka terhadap situasi, cara berpikirnya kronis, juga pintar membedakan perkara. Keyla sadar itu.

"Siapa?" Rayyan berujar tanpa ekspresi, lelaki itu memegang lengan Keyla agar bersuara. Tidak ada emosi dalam nada bicaranya, masih sama setenang genangan air. Hanya saja cara berbicara lelaki itu terdengar menohok. Malah Keyla yang pias di sini. Benar kata Kaivan, Rayyan punya aura intimidasi tajam yang berbeda.

"Gue tanya sekali lagi." Rayyan bersuara kembali. Ia ingin tahu. "Orang tolol mana yang berani ngehajar lo sampe segininya?"

"Nggak tahu," balas Keyla seadanya. Ia tidak mau menyembunyikan apapun.

"Nggak tau?"

Keyla menggeleng, ia mendengus gusar. Tidak tahu bagaimana mendeskripsikan wujud lelaki itu. Terlalu sukar untuk dijabarkan. "Nggak bisa liat mukanya. Dia pakek topeng."

Rayyan tidak mengeluarkan kata untuk saat ini. Dia diam, memasang pendengaran baik-baik ketika Keyla bercerita. "Tapi dia cowok, kayaknya sepantaran kita. Gue juga nggak paham. Kenapa dia ngincar gue? Gue salah apa sama dia, Ray?"

Keyla menunjuk wajahnya sendiri. "Ini bekas kemarin malem. Waktu itu sempet dateng ke rumah, cuman keburu ada Mama. Tapi dia bilang...." Keyla menarik napasnya berat. Ia nampak risau tak tentu. "Gue harus celaka. Dia mau bunuh gue, ya?"

"Nggak usah ngomong yang aneh-aneh," tegur Rayyan tak mau membuat gadis itu berpikir terlalu jauh. "Gue tau lo overthinking, tapi itu malah bikin lo nggak tenang. Jangan keliatan takut, nanti orang gila itu makin kesenengan."

"Jadi ... gue harus apa sekarang?" tanya Keyla.

Rayyan menunjuk makanan yang belum habis itu menggunakan dagunya. "Lanjutin makan." Lelaki itu dengan tenangnya membuka box donat. "Buat malem ini, jangan dulu mikirin apa-apa. Gue tau lo capek."

Keyla mengangguk, gadis itu dengan senang hati menghabiskan jajanannya sekarang. "Lo bener. Gue emang butuh makan yang banyak, karena menghadapi masalah hidup juga harus pakek tenaga."

"Nah! Itu lo tau. Yaudah lanjut makannya," kata Rayyan.

"Oke Ray!" kata Keyla mengalihkan atensinya ke bawah. 

Rayyan mengamati luka Keyla yang sedemikian parah. Redup mata lelaki itu menggelap, bersamaan dengan sudut bibirnya yang terangkat sinis.

—oOo—

"Hello, Kakak!"

Sapaan itu terdengar ketika Rayyan baru saja membuka pintu kamar saudaranya. Lelaki itu cukup terkejut ketika melihat Kaivan sudah berdiri dengan wajah berseri. Sedikit cringe memang, ditambah dengan kehadiran Devan dan Azka tanpa diduga malam ini. Rayyan tidak tahu dua temannya itu datang juga untuk menginap.

Rayyan bingung menyahut bagaimana. Mata lelaki itu mengarah pada ketiganya. "O-oh ... Hai."

"YANNN SYETANNN AIMISSYUUUUU! PELUK KANGEN DULU SAMA ADEK LO YANG PALING MEMPESONA SEJAGAT RAYA INI!" Kaivan berseru lantang. Lelaki itu mendekat tanpa aba-aba, lalu memeluk Rayyan erat sekali.

"Lo pasti kangen gue, kan? Iya, Yan. Gue sadar rasa rindu lo itu terlalu besar buat diungkapkan. Udah nggak usah diperjelas." Kaivan memasang wajah dramatis seraya berlagak mengusap air matanya heboh. "Ini ceritanya gue terharu gaes, hiksrotttt!"

Rayyan menyorot Devan yang masih berdiri di sana. "Lo apa kabar, Dev? Belum digebukin massal sama 23 pacar lo itu?"

Air muka Devan nampak sedih, lelaki berjalan mendekat, lalu mengusap-ngusap pundak Rayyan penuh prihatin. "Kenapa lo nggak bilang sih positif covid selama ini? Lo takut kita ngejauhin lo, ya? Enggak, Yan! Enggakkkkkk! Lo jangan suudzon!"

Rayyan nyaris tersedak oleh air ludahnya sendiri. "Covid, ya?"

Azka mengangguk. "Iya! Untung aja Kai ngasih tau kalau lo lagi isolasi di rumah bapak kedua lo!"

Rayyan menoleh pada Kaivan membuat lelaki itu hanya menyengir tanpa rasa dosa. Kaivan membantin. "Ya Allah, maksud Kai itu Rayyan positif banyak duid. Bukan covid. Bercanda, Ya Allah. Jangan dimasukin hati."

"Ini hadiah gue atas kesembuhan lo! Mwah!" Devan tau-tau mengecup sebelah pipi Rayyan, hal yang membuat lelaki itu tercenung lama.

"WEHHH! LO SUCIIN PIPI SODARA GUE!" Kaivan memekik tak terima. Rayyan sudah tidak lagi polos dan sucih. "AWASS WOEE DEVANNN BELOKKK! BAPTIS DIA BAPTIS! CEVETAN!"

Azka menoyor kepala lelaki itu sadis. "DIRUQYAH ATURAN BUKAN BAPTIS, SALAH SERVER!"

"INI JARAK KITA SEDEKAT NADI MASIH AJA TERIAK-TERIAK! GUEBLEKKK EMANG!" Protes Devan ikut-ikutan. Lelaki itu mendapat serangan dari Kaivan dan Azka secara bergantian karena tidak sadar diri.

Lengkungan di bibir Rayyan tertarik ke atas dengan jelas. Tanpa paksaan. Ia tersenyum sebentar, sebelum berganti dengan tawa pelan namun renyah. Menghasilkan eye smile saat kedua matanya menyipit. Gadis manapun pasti akan terpana saat melihatnya.

Disaat larut dengan tingkah absurd teman-temannya, suara tertawa orang lain membuat lelaki itu tiba-tiba mengantupkan kembali bibirnya. Rayyan sontak diam. Hanya Rayyan saja, yang lain tidak. Baik Azka, Devan atau Kaivan masih sibuk membuka jajanan yang dibawa lelaki itu.

Kepala Rayyan menoleh ke samping, mendapati seseorang yang ia kenali tengah berdiri di sampingnya. Seketika suasana hatinya menjadi memburuk.

Dalam penglihatan orang normal, di ruangan itu hanya ada empat orang. Tetapi bagi Rayyan, mereka ini berlima. Ditambah seseorang yang mirip dengan wajahnya waktu lalu. Rayyan hanya menatap dingin, memperhatikan sosok dirinya sendiri yang penuh dengan luka lebam juga bersimbah darah itu. Mengerikan.

"Nggak capek ngikutin gue?" tanya Rayyan tidak lebih dari sekedar bisikan. Lagi. Dirinya tak sadar berbicara sendiri sekarang.

Lelaki itu menolak riang. "Gue adalah lo. Kemanapun lo pergi, gue ikut."

Rayyan mendelik singkat menatap benda tajam yang tak pernah sosok itu lepas. "Turunin dulu pisau lo. Darahnya bau anyir."

"Risih? Padahal lo sendiri sering main ginian."

"Terserah," kata Rayyan. Ia tidak bisa melakukan apapun. Faktanya, sosok mengerikan ini sudah ada dari awal. Ia menemani, mengikuti, juga berjalan di sampingnya sejak lama. Terlalu lama sampai akhirnya terbiasa.

Kaivan yang mendapati itu hanya bergeming, ia sadar jika Rayyan belum sembuh dari gangguan psikisnya. Psychotic yang lelaki itu derita selama bertahun-tahun, tidak akan mudah pulih dalam waktu cepat. Butuh proses.

Masalahnya, halusinasi yang Rayyan lihat bukan sekedar halusinasi. Ini tak jauh seperti iblis yang menyesatkan, yang mana memang lahir dalam diri juga pemikiran lelaki itu sendiri. Jika Rayyan kehilangan kendali, sudah pasti kewarasan menjadi taruhannya.

Satu hal yang paling dikhawatirkan adalah ... titik di mana kejiwaan lelaki itu semakin memburuk. Di mana logika dan akal sehatnya sudah tidak dapat lagi berfungsi.

—oOo—

Keyla sudah diungsikan ke rumah Franda oleh Rayyan satu jam lalu—tepatnya sebelum Rayyan pulang ke rumah Kaivan. Lelaki itu tak mau jika Keyla menginap di hotel, agaknya Rayyan sedikit nething takut gadis itu melakukan bisnis ehem-ehem.

Tapi tidak apa-apa. Ini lebih baik baginya. Karena bagaimana pun juga, Rayyan butuh pulang ke rumah. Maka Keyla setuju-setuju saja saat dititipkan kepada Franda. Hati gadis itu sedikit mencelos, menyadari jika orang lain jauh lebih mementingkan keselamatannya daripada wanita yang menjadi figur seorang Ibu.

"Lo udah ngasih tau Mama lo, kalau lo nginep di sini?" tanya Franda setelah meletakkan tiga gelas coklat panas di dekat permadani.

Keyla menoleh sebentar. "Mau gue ilang tiga hari juga Mama nggak bakal nyariin." Gadis mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap. "Workaholic dari jaman gue orok."

"Oh iya-iya gue lupa." Franda meringis karena sadar salah bertanya. "RAAAA! SEBLAKKKNYAAAAA BAWAAAA!"

"Panas anjir! Riweuh banget!" kata Naura ketika memasuki kamar seraya membawa tiga mangkuk di atas nampan. Fyi, gadis itu juga menginap hasil gaetan Rayyan secara paksa.

Sedangkan Keyla belum beringsut turun dari atas kasur. Ia masih sibuk dengan isi pikirannya sendiri. Ada banyak pertanyaan besar yang bersarang di kepala juga benaknya. Keyla mengigit bagian dalam pipi, lalu berbalik badan. "Fran? Ra?"

"Apaan?"

"Tentang siswi yang hilang dua bulan lalu. Kira-kira, kalian tau nggak namanya siapa?" tanya Keyla terkesan mendadak. Ntah dorongan darimana gadis itu menanyakan hal tersebut.

Naura dan Franda menatap aneh, dengan cepat Keyla menggaruk sisi keningnya sebentar, seraya memasang wajah akrab agar tak terlihat canggung. "Gini, gue agak penasaran sih sama yang sering diomongin anak-anak sekolahan. Lo berdua tau?" 

"Gue kurang update sih. Nih si Naura keknya tau." Franda menyikut lengan Naura pelan. "Siapa namanya, Ra?"

Naura mengerling sebentar sambil menunggu beres mengunyah. "Kalau nggak salah denger nih ya, namanya Zi ... Zivanna Neira. Nah itu. Kelas 12 juga katanya sih."

"Zivanna?" ulang Keyla. Zivanna? Anna? Ini namanya kok mirip?

"Iya, kenapa emang?" tanya Naura ketika melihat gadis itu hanya termangu. Ia melirik sekilas pada Franda yang ikut kebingungan, lalu gadis itu memekik keras sekaligus kaget. "WEHH! JANGAN-JANGAN DIA SODARA LO YA, KEY?!"

"Kagak, Ra!" Keyla menukas tandas. "Ya kali! Mukanya aja gue nggak tau, namanya aja baru denger barusan. Gimana bisa jadi sodara gue."

"Terus kenapa lo kepo?"

"Nanya aja," kata Keyla lempeng. Ia turun dari kasur, lalu menarik mangkuk seblaknya ke depan.

Keyla berpikir. Jika benar Anna yang dimaksud itu adalah Zivanna—lalu, apa hubungannya dengan Keyla? Lelaki bertopeng itu mengatakan jika dirinya akan menjadi 'selanjutnya' seperti Anna. Baik lah, itu berarti ... menghilangnya siswi itu bukan hal biasa. Ada sesuatu yang terjadi. Gadis berdecak pelan sarat frustrasi.

Tetapi ucapan lelaki bertopeng itu juga terdengar ambigu. Darimana dia tahu jika Anna memang hilang di jalan Teratai Merah? Cara berbicaranya seperti pelaku yang sama, tapi bisa juga bukan. Aish! Ini membingungkan. Sebenarnya apa yang terjadi?

Keyla menatap kedua temannya dalam. "Mungkin nggak ya, kalau Zivanna bukan hilang biasa?"

"Iya! Bener, Key! Gue juga selalu mikir gitu. Positif thinking. Kali aja emang si Zivanna-Zivanna itu dapet kupon gratis liburan keluar negri, terus dia nyasar. Makanya nggak balik-balik. Iya, kan?!" kata Franda mantap.

"Ck!" Keyla menggeleng. "Bukan gitu."

"Terus apa?" Naura menautkan alisnya penasaran. Gadis itu cukup peka melihat gerakan gusar yang Keyla tunjukan sedaritadi. Naura mendekat. "Lo mikirnya apaan?"

"Tragedi," kata Keyla yakin. "Teror-nya berhubungan sama Anna. Zivanna Neira. Gue rasa dia kuncinya. Kasusnya aja masih belum terpecahkan."

"Pertanyaannya...." Keyla menarik napas panjang. "Dia masih hidup atau mungkin udah mati terbunuh?"

.

Kamu hanya perlu menemukan satu penjahat di sini. Hati-hati dalam memilih target. Dia paling pandai memanipulasi orang.” —Author HB

Mas Bod, auranya beda kalau udah make stelan perusahaan 😍

See you di next chapter! Komennya banyak-banyak biar update-nya cepet. Bubayyyy! ❤🔥❤

Continue Reading

You'll Also Like

522 53 21
Kamu yang memiliki luka, tolong jangan menyerah. Aku ada disini bersamamu, untuk melangkah dari keterpurukan dunia. [Hanya menyuarakan hati manusia] ...
44.6K 3.8K 36
⚠️ SUDAH TERBIT‼️ Lanjutan dari "Cerita Anggara; Tentang Arunala dan Semesta" "Jauh-jauh dari gue bangsat!" Arutala berteriak sambil terus berusaha m...
12K 686 14
kisah tentang seorang laki-laki yang memiliki iris mata coklat terang, wajah tampan, kaya raya, otak pintar dan populer. hidupnya sangat sempurna kar...
13.8K 631 28
menceritakan Jung Jeno anak ke 2 dari keluarga Jung yang terkenal ketampanan nya dingin,cuek dan arogan yang di jodohkan dengan pria polos,manis dan...