KANAYA

By bilkata

426K 20.4K 1.5K

Kenzio Eemert, pria dengan wajah adonis yang akan dengan senang hati dipahat wajahnya oleh para pematung tern... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Hai
Part 33
Part 34
hello
THE LAST RECORD
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
PART
Part 44
Lanjut?
Part 45

Part 25

5.5K 336 17
By bilkata

if you read this part, please leave vote and comment <3 !

"Kurasa sikapmu sedikit kelewatan." Dr.Brown membuka manset tensimeter yang membalut bagian siku dalam Naya. Tensimeter digitalnya memperlihatkan angka 70/40. Itu angka yang sangat rendah.

"She is not dead anyway."

"But she could." Ucapan Dr. Brown terdengar datar, tapi cukup menyadarkan Ken bahwa perbuatannya memang sedikit kelewatan. Ken sendiri yang pada akhirnya akan kesusahan bila sampai membuat wanita itu terbunuh. Balas dendam dengan membunuh sangat tidak seru.

Setelah Alfa, kali ini giliran Naya yang menerima hukuman.  Perempuan itu ditemukan sudah tidak sadar di dalam kurungan besi menyerupai sel tahanan. Kurungan berbentuk kubus itu terletak dibelakang halaman rumah—dekat dengan kandang anjing penjaga. Sepintas penampakannya pun sama dengan kandang binatang bertaring itu. Hanya saja Naya ditempatkan dalam kurungan lebih besar. Cukup menampung tujuh orang dewasa sekaligus.

Kerangka besi berbentuk kubus itu tidak beratap, tak pula berdinding. Hanya beralas semen yang terpisah dari bagian jeruji itu sendiri. Siapapun yang tinggal disana akan melepuh sewaktu matahari terik menyengat, menggigil setiap hujan turun—belum lagi kalau cuaca sedang berangin. Tampaknya seekor anjing justru diperhatikan lebih baik dibanding Naya yang notabene seorang manusia, sebab hewan itu punya hunian kecil dibalik jerujinya. Sementara Naya tidak dibekali apapun. Bahkan pakaian yang dikenakan tidak diganti sejak pertama datang ke sel.

Jatah makan datang setiap pukul tiga petang dengan mangkuk stainless, ditambah semangkuk berbeda untuk air minum. Jatah makannya tidak lebih dari sekali. Untuk itu Naya harus berhemat. Menyisakan sedikit untuk dimakan malam. Agak payah untuk menghemat jatah air. Apalagi untuk orang yang gampang merasa haus seperti Naya.

Biasanya Naya tidak pernah suka hujan. Hujan kerap memantik memori berkesan dalam ingatannya. Kenangan bersama ayah ibunya sewaktu Naya kecil, kenangan-kenangan manis bersama Ed ketika dewasa dan juga kenangan bersama Alfa. Sebenarnya seluruh kenangan itu disimpan dalam folder bahagia. Tapi ntahlah, masa-masa bahagia itu justru menyesakkan hati setiap diingat. Mungkin karena orang-orang yang ia bayangkan tidak lagi ada di sisinya. Satu persatu pergi meninggalkan Naya seorang diri.

Saat menyaksikan butiran hujan dari langit turun, Naya membayangkan dibalik bentang langit abu-abu ada ayah ibunya yang mengawasi. Bila memang ada kehidupan begitu kematian, Naya ingin menyusul mereka. Ia pun sempat berencana membiarkan dirinya mati kelaparan. Naya mungkin menghendaki kematiannya, tapi alam bawah sadarnya menampik, meresponnya dengan mengaktifkan insting bertahan hidup. Untuk apa repot-repot  menampung air hujan yang turun demi memenuhi dahaganya bila benar-benar mendambakan kematian. Jauh di dalam lubuk hatinya, Naya masih menyimpan harapan, hidupnya akan membaik.

Semestinya ini hari kelima Naya di dalam sel, tapi ia tumbang hari ini. Hujan turun begitu deras. Gemuruh petir menakutkan terdengar saling bersahutan. Naya duduk bertinggung mendekap lututnya disudut sel. Ujung jari-jarinya tampak keriput, tubuhnya menggigil hebat. Padahal tadi malam ia tidak melewatkan jadwal makan dari sisa makanan sorenya.

Sempat bertahan beberapa menit, lambat laun tubuhnya semakin condong bersandar ke sel. kepalanya berat, mata hingga desah nafasnya pun terdengar demikian. Pandangan Naya berubah hitam, bukan lagi spektrum warna warni yang terlihat disana. Derasnya hujan semakin sayup-sayup terdengar sampai akhirnya tak terdengar sama sekali.

Sekitar satu jam lebih kemudian Julius mendatangi sel, tampak kerepotan dengan lengan kiri yang menyangga baki berisi makanan tatkala tangan kanannya memegang payung. Mendapati keadaan Naya dipojok sel, Julius pun mendekatinya ragu-ragu. Ia lalu menyenggol bahu Naya dengan dengkul.

Tak ada tanggapan. Naya tidak bereaksi. Julius lantas membopongnya masuk ke rumah dan segera menghubungi Ken.

"Ada apa?" Suara Ken saat itu terdengar tergesa-gesa. Telefon genggamnya berdering ketika ia tengah memberi pengarahan ditengah-tengah meeting.
"Dia pingsan. Aku sudah membawanya ke dalam rumah."

Semudah itu Ken kemudian meninggalkan meeting dan pulang kerumah. Hanya dalam selisih beberapa menit darinya dr. Brown juga tiba. Ken memang sudah sibuk menghubungi dokter itu dalam perjalanan tadi.

Pertama kali melihat Ken, dr. Brown langsung menjuruskan pandangan penuh arti.  "Apa kau segitu terburu-burunya?"

Godaan dr. Brown membuat telinga Ken memerah. Ia sendiri baru sadar belakangan, Saat mendengar kabar Naya tadi dirinya langsung tergesa-gesa meninggalkan meeting hingga menimbulkan huru-hara.

Bila melintas saja dia sudah sangat mencuri perhatian, ditambah tadi ia berlari-lari di dalam gedung hingga membuat para personel EltCorp bingung. Security ikut panik dan menyusul Ken yang menerobos hujan begitu saja. Niat hati ingin memayungi bos besar itu. Pada akhirnya Ken tidak sempat dipayungi sama sekali. Sekarang separuh kemejanya terlihat basah karena terguyur hujan.

dr. Brown menyorongkan tangannya yang menengadah. "Berikan aku baju ganti." Ia lalu teringat hal lainnya yang juga penting, "Oh, jangan lupa pakaian dalamnya."

Ken dan Julius bahkan baru sadar Naya masih mengenakan pakaian basah. Pelayan rumah langsung mengantarkan handuk bersama barang-barang yang diminta dr. Brown dan menyerahkan semuanya pada sang dokter.

dr. Brown menarik kaos Naya hingga perut rata perempuan itu terlihat, dengan cekat Ken malah menariknya turun.

"I'll do it my self."

dr. Brown yang mengangguk kemudian bergeser untuk memberi ruang. Ia bersidekap menunggu Ken melucuti pakaian Naya. Namun Ken tidak juga bergerak. Ia malah menatap dr.Brown dengan pandangan mengusir. Belum cukup mengerti, Ken kemudian menunjuk pintu dengan mengangkat dagunya.

"seriously?" dr.Brown bertanya dengan nada tidak percaya. "I'm her doctor."

"apa seorang dokter harus melihat pasiennya seperti itu?"

"Okay. Whatever." dengus Dr. Brown sebal sambil menggelengkan kepala.

Memang, bagi seorang dokter bukan hal istimewa melihat wanita tanpa busana. Tapi ntahlah, Ken tidak senang membayangkan tubuh Naya dilihat orang lain.

Kaos Naya sudah berhari-hari digunakan. Begitu lusuh, karena tiap hujan mengguyur kemudian Naya bersandar,dia seperti menyeka tiang-tiang jeruji. Beberapa spot noda tampak melekat disana. Ken berhasil meloloskan benda itu melewati kepala Naya, berikut celana panjangnya. Tersisa bra dan panties bewarna hitam yang amat kontras dengan kulit porselen Naya yang tampak belang di area lengan yang tidak terselimuti, begitu pun punggung kaki. Tidak heran, mengingat beberapa hari belakangan Naya memang bertelanjang kaki dibawah terik mentari.

Ada sensasi berdebar ketika Ken akhirnya membuka pengait itu, mengumbar dua gunung kembar paling menggemaskan yang pernah dilihatnya. Ukurannya memang tidak terlalu besar, tapi bentuknya sangat memikat—kencang dan bulat. Ken yakin akan terasa pas dalam genggamannya. Menegak ludah, Ken menyadari bahwa tongkat miliknya tengah menggeliat.

"Pelacur. Perempuan binal." maki Ken berusaha menumbuhkan perasaan jijik.

Alih-alih berhasil meredam hasrat, tongkat perkasa Ken justru tidak bisa berbohong. Celananya menjadi sangat sesak.

Giliran bagian bawah. Ken mulai memeloroti panties hitam tersebut dan langsung memalingkan wajahnya ketika melihat area yang ditumbuhi sedikit rambut. Jantungnya yang sudah berdebar semakin berdetak hebat. Rasanya ia sampai bisa mendengar bunyi degup jantungnya sendiri. Ini bahkan bukan kali pertama Ken melihat area Naya ini.

Kapan lagi ia punya kesempatan seperti ini. Terpikir hal itu, Ken tak lagi memalingkan wajah. Kini ditatapinya lekat-lekat Naya yang tergolek polos tanpa sehelai benang pun. Tak peduli betapa keras gelombang hasrat melanda. Kesempatan bahkan ada didepan mata.  Tetapi  Ken tak berniat menggagahi Naya. Tidak ketika wanita itu terlelap. Ken bukan pengidap necrophilia.

dr. Brown masih menunggu diluar kamar, tapi Ken bahkan melupakan hal itu. Ia yang sudah tersesat kemudian melebarkan kaki Naya.

Untuk urusan sex jam terbang Ken sudah sangat panjang. Namun, ia mengernyit bingung ditengah luapan nafsunya  yang mengebu.

Milik wanita itu seperti tidak punya akses masuk. Selama berhubungan dengan seorang wanita, Ken memang tidak pernah terlalu memperhatikan bagian intim wanita sedekat ini. Menggunakan ibu jempolnya, Ken menguak lebih jelas daerah sensitif itu. 

Saat ini Ken merasa perbuatannya benar-benar tidak waras. Tapi tetap saja, Ken begitu penasaran.

Tampak selubung melingkari sebuah titik kecil. Ken mencermati titik kecil dan selubung itu. Ternyata, inilah sesuatu yang sering menjadi tolak ukur perawan dan tidaknya seorang wanita. Ia tersenyum lebar sekali ketika menyadari segel Naya masih tertutup. Bahkan lubang senggama Naya terlihat sempurna, berukuran kecil seperti tubuh mungilnya. Artinya, Naya dan Alfa tidak pernah berhubungan sex. 

Sebelumnya, Ken tidak pernah mempersoalkan masalah segel seorang gadis. Ia justru menilai perempuan yang berpengalaman justru lebih menyenangkan ketimbang perawan yang merepotkan, Seperti Viena.  Namun bisa dikatakan, Viena cukup menakjubkan, ia belajar dengan cepat meski awalnya kaku dan canggung.

Untuk Naya, hal tersebut mungkin tidak berlaku. Sebab Ken kecewa ketika kemaren sempat meyakini Naya dan Alfa sudah melakukan hubungan itu, Meski hingga detik ini pun laki-laki itu tak mau mengakui kekecewaannya.

Pikiran Ken buyar ketika terdengar ketukan pintu diiringi seruan dr. Brown.

"Cepatlah sedikit. Kau bisa membunuh seorang dokter karena bosan menunggu."

Ken lantas mengakhiri hiburannya dan bergegas memakaikan Naya baju.

kembali dr. Brown melemparkan pandangan aneh begitu Ken keluar. Sebuah pandangan menyelidik.

"What took you so long?"

tatapan dr.Brown terhenti di ujung kemeja Ken. Ia masih ingat ketika memperhatikan kemeja Ken yang basah kuyup sebelumnya. Kemeja itu tidak mengantung keluar seperti sekarang. Seolah Ken mencoba menyamarkan sesuatu.

Ken berdehem. "Aku akan ganti juga." Jelas Ken salah tingkah.

Continue Reading

You'll Also Like

458K 38.4K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
4.9M 182K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.2M 56.7K 67
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
516K 1.7K 5
⚠️🔞 - dewasa ⚠️🔞- hubungan badan ⚠️🔞- toxic