REYRA🍁 [TERBIT]

Від lonjwiiin

2.1M 91.2K 3.7K

[SEBAGIAN PART DIHAPUS] "Bisa nggak, sih, lo diem? Sehari aja jangan ganggu gue!" "Lo mulai duluan. Yang kasi... Більше

P R O L O G
✓SIAL
✓MEMBINGUNGKAN
✓KUNJUNGAN BK
✓KEJUTAN
✓HUKUMAN LAGI
✓TWINS
✓RITUAL GIBAH
✓SERIOUSLY? KECEPETAN
✓CEWEK JAGOAN
✓MARRIED
✓BENERAN ISTRI?
✓RUMAH BARU
✓TELAT PLUS SIAL
✓SORRY CHEL
✓SI ANAK BARU
✓LABRAK
✓HUKUMAN ZT
✓PSICO
✓MASALAH
✓AGRESIF
✓JALAN
✓INI MALMING?
✓TAMU BULANAN
✓BIMBANG
✓TURNAMEN
✓ORANG YANG BERBEDA
✓CAST REYRA
✓BERUBAH
✓DATE
✓RENCANA
✓BELAJAR BERSAMA
✓USBN
✓CEMBURU?
✓HARI LEO
✓2 HATI
✓MABUK
✓TERUNGKAP
✓GRADUATION
✓SADAR
✓RETAK
✓KEPERGIAN
✓LEMBARAN BARU?
✓TEMAN BARU
✓TITIK TERANG
✓NEW YORK
✓PERTEMUAN
EPILOG
EXTRA PART CHECK
[GS1] OPPOSITE CHARACTERS & TRAILER
[GS2] OTHER SIDE
INFO TERBIT
VOTE COVER
OPEN PRE-ORDER NOVEL
MASIH OPEN PO
Tersedia si shopee
PROMO GEBYAR

✓BAIKAN NIH?

36.5K 1.7K 45
Від lonjwiiin

Hidup itu nggak kayak kupu-kupu yang berterbangan tanpa arah. Hidup kita itu beda salah jalan dikit aja pasti tersesat tanpa tau jalan pulang. - REYRA'18.

🍁-Happy Reading-🍁

Hari minggu ini Rey tidak berniat untuk pergi kemana-mana. Rasa malasnya sudah mengalahi semuanya. Rey keluar dari kamarnya dengan langkah yang lambat. Menjelajahi pasar malam kemarin membuat kakinya pegal-pegal.

Rey menyipitkan matanya melihat kearah ruang tamu. Rachel sedang duduk disofa dengan asiknya menonton kartun di televisi, tangannya tak henti-henti mencomot kripik singkong.

Dengan gerakan cepat Rey ikut duduk disamping Rachel. Ia juga mengambil kripik singkong di meja dan berakhir masuk kedalam mulutnya. Ketika ingin mengambilnya lagi Rachel langsung menjauhkan darinya, seolah-olah kripik itu hanya untuknya.

"Bagi-bagi lah. Nggak boleh pelit. Sini!" gerutu Rey, tangannya masih berusaha mengambil kripik singkong ditangan Rachel.

Rachel menggeleng. "enggak! Ini punya gue."

"Bagi dikit aja, nanti sore gue pergi ke minimarket beliin lagi cemilan yang banyak buat lo."

Rachel menaikan sebelah alisnya, dari gerakannya Rey tau kalau gadis di sampingnya tidak percaya.

"Janji gue beliin buat lo. Terserah kalau lo nggak mau percaya."

Lagi dan lagi Rachel menatap bola mata Rey mencari sebuah kejujuran. Rachel mengangguk, meletakan kembali kripik singkong tadi ke atas meja.

"Awas aja lo bohong, gue pastiin mulut lo nggak bisa ngomong lagi!" ancam Rachel.

Rey mengangguk setuju. Jari tengah dan jari telunjuknya ia angkat membentuk 'peace'. Tanpa lama tangannya terus memasukan kripik singkong tadi kemulutnya.

Entah mengapa Rey merasa lehernya sakit, ia menyenderkan kepalanya dibahu Rachel. Tidak peduli respon terkejut dari sang empu.

"Ish, lo ngapain sih nyender-nyender? Berat nih!" sinis Rachel, bahunya terus diangkat-angkat agar Rey tidak lagi menyender pada bahunya.

Tapi Rey hanya berdecak. Rey berfikir dirinya itu seperti virus, Rachel tidak mau disentuh ataupun berdekatan dengannya. Apa salahnya coba??

"Leher gue sakit, bentar doang elah pinjem bahu lo."

Ikhlas tidak ikhlas Rachel mengalah. Biarkan saja bahunya terkena virus Rey, tolong ingatkan ia nanti sore harus mandi kembang tujuh rupa untuk menghilangkan virus Rey agar tidak menyebar.

Rachel berdeham. "lo masih pacaran sama Nanda?" tanyanya tiba-tiba. Matanya masih diarahkan pada televisi.

"Lo kata siapa?"

Satu hal yang paling Rachel benci saat bertanya malah ditanya balik. "kata Nanda. Kenapa nggak lo akuin aja kalo Nanda balikan sama lo? Kasian dia sakit hati tuh." cibir Rachel saat ini matanya sudah beralih pada Rey.

Sedangkan Rey membelalak tak percaya. Isu murahan apa ini. Rey akui dulu waktu ia masih kelas 10, ia merasa khilaf berpacaran dengan Nanda.

"Najis! Gue balikan sama Nanda. Kapan Nanda bilang itu ke lo?"

"Kemarin lusa, waktu gue lagi di taman." jawab Rachel, sedikit kesal melihat kripik singkongnya habis tak tersisa. Tapi tidak apa nanti sore ia akan dibelikan lagi.

Aneh. Rey memincingkan matanya, tetap posisinya masih menyenderkan kepalanya dibahu Rachel. "lo dilabrak sama Nanda?"

"Enggak! Kuker banget Nanda labrak gue, lagian gue nggak pernah takut sama dia. Sekali tiup bedaknya luntur." Rachel tertawa terbahak-bahak, bahkan matanya semakin menyipit.

Rey tersenyum dan tekekeh. "tau deh yang jagoan mah." ejek Rey.

Suasana kembali hening lagi. Hanya suara tayangan kartun di televisi yang terdengar saling saut-menyaut.

"Chel?" panggil Rey.

Gadis itu hanya berdeham, tidak berniat mengalihkan matanya dari televisi.

"Lo jangan terlalu deket sama si Devan deh, gue liat dia orangnya nggak baik." ucap Rey sedikit berbisik.

Rachel membelakakan matanya. "kata siapa lo? Enggak usah suudzon gitu sama orang." ketus Rachel.

Rey berdecak. Susah sekali sih dirinya meyakinkan Rachel untuk tidak berdekatan dengan Devan. Ia tidak suka Rachel dekat dengan Devan itu intinya.

"Udah keliatan dari mukanya, cakep tapi ngeselin."

"Dih nyindir diri sendiri. Itu sih lo kali, udah jelek-ngeselin-aneh bin ajaib." celetuk Rachel.

"Lah gue mah ganteng, unyu, humoris, baik hati, idaman para wanita di dunia."

Rachel memasang wajah ilfeel. Kalo tidak ia tahan sudah dipastikan ia akan muntah di wajah Rey, tidak perduli wajah kali-laki itu semakin jelek. Menurutnya Devan jauh lebih tampan dari siapapun.

Rey berusaha mencari topik lain. "Chel, inget jangan deket-deket sama Devan, kalo lo nggak mau liat wajah Devan bonyok-bonyok karena gue." peringatnya.

"HAH!" tapi Rachel menjawabnya jauh dari kata santai.

Rey bergeming, kepalanya sudah tidak dia senderkan dibahu Rachel. Ia sengaja menghadapkan tubuhnya agar berhadapan dengan Rachel.

"Gue bilang gitu karena gue mau lindungin lo!"

Tuhan tolong sadarkan cowok tengil dihadapan Rachel ini. Apa dia sudah gila ingin melindungi Rachel. Kesambet apaan cowok tengil dihadapannya bersikap sok baik padanya, jangan-jangan Rey kerasukan setan pasar malam jadi seperti ini.

"Gue nggak butuh perlindungan lo! Bisa jaga diri sendiri gue." Rachel berbicara dengan angkuh, seolah-olah dia itu wanita kuat bisa melindungi diri sendiri tanpa bantuan orang lain.

"Iya. Lo cuman butuh perlindungan Devan. Dia hebat ngebela lo saat lo di labrak Nanda. Sedangkan gue nggak peduli sama lo." Rey berbicara santai tapi setiap kalimatnya menohok.

Darimana cowok itu tau kalau Rachel sempat dilabrak Nanda. "lo kenapa sih? Jadi aneh gini. Tiba-tiba nggak bolehin gue deket sama Devan, terus berlagak sok mau ngelindungin gue! Plis, jangan childish."

"Gue nggak suka lo deket sama dia! Pokoknya gue nggak suka! "

Rachel memutar bola matanya sebal. "emang gue pernah larang lo deket sama Nanda? Gue juga biasa aja, lo nggak ada hak ya buat larang gue deket sama Devan." cibirnya.

"Lo cemburu ya sama Nanda? Jadi Rachel suka sama gue nih?" goda Rey. Ia terkekeh saat melihat wajah Rachel memerah. Bukan karena malu tapi karena kesal.

"Dih, pede gila lo! Mana mungkin gue cemburu sama lo! Lo kali yang suka sama gue. Buktinya pake suruh gue jauh-jauh dari Devan." ledek Rachel, tangannya tak tinggal diam ikut mencoel-coel pipi Rey.

"Serah deh lo mau bilang apa. Lo harus jauhin Devan! Dia nggak baik buat lo. Oke?" Rey memasang wajah melasnya, siapasih orang yang tidak tega jika melihat wajah Rey.

Rachel menghembuskan nafasnya kasar. Berpikir berulang kali, ada apasih dengan Rey saat ini? Memangnya Rey sudah jauh lebih mengenal Devan? Menyapa saja Rachel tidak pernah liat.

Diambang rasa bimbang. Masih bingung mau menuruti permintaan Rey atau membiarkan saja. Kepalanya terasa pusing untuk apasih cowok disampingnya itu diciptakan kalo hanya membuatnya tersiksa.

"Enggak! Gue nggak mau tuh nurutin permintaan gaje lo!" tolak Rachel mentah-mentah. Terserah dia lah mau berteman dengan siapa saja, selama orang itu baik. Orangtuanya saja tidak pernah melarangnya dalam bergaul.

Rey berdecak. Susah sekali sih membuat Rachel percaya padanya. Tapi ia sendiri juga tidak tau sifat Devan itu seperti apa. Intinya iia tidak akan pernah merasa senang kalau gadis disampingnya dekat dengan Devan.

Rachel langsung beranjak masuk ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah katapun untuk Rey.

Sedangkan Rey hanya bisa menghela nafas kecewa. Baru saja tangannya ingin menyentuh remot untuk memindahkan acara televisi, suara dering telepon menghentikannya.

Tertulis jelas nama seseorang yang mengganggu acara kecewanya ini. Ternyata Regan yang meneleponnya, lalu dia langsung menekan keatas tombol hijau.

Rey mendekatkan handphonenya ke telinga. "Apa?"

"Sini oii, kerumah gue. Ada Marcel ama Leo, hari minggu lo malah diem aja di rumah, bertelor lo?" ajak Regan, bahkan Rey bisa mendengar suara tawa Leo dan Marcel. Dasar sahabat missqueen dan menyebalkan.

"Mager gue Gan. Kalau kesana mau ngapain?" tanya Rey dengan tampang polos tak berdosa sesuci pantan kadal, hoho. Back to topic

Regan berdecak. "ketemu mama mertua lo lah. Selama nikah kan lo nggak pernah ketemu mertua lo! Udah buru kesini, pulsa gue abis nih bangsat! Lo aja nggak pernah mau beliin."

"Ogah amat gue beliin lo pulsa. Kan lo yang nelpon gue bego! gue kesana. Terpaksa nih."

"Dasar medit lo! Cepetan setan kesini lo! Sampe lima menit nggak dateng, persahabatan kita putus." ancam Regan. Leo dan Marcel malah mengatakan 'Mampus' untuk Rey.

"Lah, lo kira gue jin bisa ngilang. Lima menit doang lo kira__"

Tut... Tut... Tut

Sialan. Rey berdecak, memang sialan sahabatnya ini belum selesai dia mengoceh sudah dimatikan teleponnya. Ia langsung berjalan masuk ke kamar, mengambil jaket bahan yang berwarna putih tulang. Untungnya iaa sudah memakai celana levis panjang, jadi tidak perlu lama-lama mengganti pakaian.

"Chel, gue ke rumah mama lo dulu." ijin Rey.

Gadis itu tadinya sedang memainkan handphone seketika langsung mengalihkan pandangan. "mau ngapain ke rumah mama gue?"

"Mau ketemu Regan, gue pergi dulu." Rey tidak sempat mendengar perkataan Rachel. Ia langsung menyambar kunci mobil yang tergeletak di meja ruang tamu.

Regan mematikan teleponnya secara sepihak. Dia dan kedua sahabatnya tertawa terbahak-bahak. Mungkin mereka bertiga di fonis penyakit jiwa. Yang namanya manusia tidak ada yang tau.

"Anjir lo Gan, anceman lo gila banget." ucap Marcel.

"Kalo nggak gitu sih Rey mana mau kesini sih, harus di ancem dulu dia mah." cibir Regan, tangannya masih memegangi perutnya yang sakit karrna terlalu banyak tertawa.

Leo menghentikan tawanya. Menoleh ke Marcel dan Regan. "nggak kebayang ege mukanya Rey pas Regan bilang gitu. Dia pan paling nggak bisa kalo kita bawa-bawa persahabatan putus, terlalu sayang dia sama kita." celetuknya tiba-tiba.

"Najis gue mah di sayang Rey. Kayak nggak ada cewek aja di dunia ini." Regan bergidik jijik.

Marcel menatap Regan dengan tatapan menggoda. "dia maunya di sayang sama Alena. Tembak napa sih, nggak gentel banget lo jadi cowok." ejeknya.

"Ada waktunya lah. Nggak mungkin sekarang."

"Gue rebut juga tuh Alena." cetus Leo yang disetujui Marcel.

"Bangsat! Lo tuh cocoknya sama Jessica. kayaknya lo berjodoh sama dia, yang satu cerewet terus lo nya konyol. Pasangan serasi udah."

Leo memasang wajah ingin muntah mendengar nama Jessica yang tadi Regan sebutkan. "kalo di dunia ini cuman ada dua cewe, antara Lucinta Luna sama Jessica. Gue lebih milih Lucinta Luna, dia mah masih bagus itunya gede. Si Jessica? Suara doang gede, punyanya mah rata."

Marcel tertawa, matanya mengerjap berkali-kali. "Asu, kalau jodoh mah kagak ada yang tau Yo."

Regan dan Marcel tertawa puas, Leo hanya mengerucutkan bibirnya. Dia begitu suka kalah kalau berdebat dengan Regan dan Marcel. Sepertinya dia memang tidak pandai dalam bidang apapun.

Sedangkan dilain tempat.

Rey turun dari mobil sport merahnya, berjalan santai mendekati pintu rumah mertuanya yang tertutup.

Tok
Tok
Tok

Dia hampir menunggu satu menit karena pintu belum juga terbuka. Saat hitungan ke tiga menit akhirnya pintu terbuka. Disana berdiri mama Rachel, mungkin sekarang ia menyebutnya mama mertua. Astaga, Rey juga masih merasa seperti mimpi di umur 17 tahun ini mempunyai mertua.

"Lho Rey, kamu kesini sama siapa? Rachel mana? Kamu naik apa?" Rey yang baru sampai saja sudah dihujami banyak pertanyaan.

Rey menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal. "Rey sendiri ma. Rachel ada di rumah kok, Rey bawa mobil." balasnya. Menjawab satu-persatu pertanyaan mama mertuanya.

Ajeng tersenyum, dia menyuruh menantunya itu k hubungan kamu sama Rachel? Kalian kok nggak pernah telepon mama?"

Mendengar pertanyaan itu Rey membalas senyuman mama mertuanya dengan senyuman tipis. "maaf ma, Rey sama Rachel suka lupa. Hubungan aku sama Rachel baik kok ma." jelasnya.

Ajeng menghela nafasnya. Syukurlah anaknya dan menantunya itu semakin dekat. "kamu makan dulu ya Rey, mama udah masakin cumi sama udang." tawar Ajeng.

Langsung saja Rey menggeleng, bukannya ia tidak mau tapi tujuannya kesini untuk bertemu para sahabatnya bukan numpang makan.

"Rey mau ketemu Regan ma, mungkin nanti Rey cobain masakan mama. Rey keatas dulu ma." setelah mendapat anggukan Rey melangkahkan kakinya menuju kamar Regan. Tanpa mengetuk pintu ia langsung masuk saja.

"Ah, lama banget datengnya lo." sinis Marcel. Mulutnya tak henti-henti mengunyah makanan ringan yang disediakan Regan.

Tidak memperdulikan ucapan Marcel, anggap saja angin berlalu. Rey lebih memilih mendudukan bokongnya di karpet lantai sebelah Regan.

"Ngapain sih lo pada pake ngancem-ngancem gue. Karena gue punya jiwa solidaritas tinggi aja makannya rela dateng kesini." cibir Rey, tangannya melepaskan jaket putih tulang miliknya. Ia merasa hawa di kamar Regan panas.

"Heleh tai!"

"Sok solid lo tempe!"

"Enek gue dengernya, bagi kresek pengen muntah gue!"

Sudah biasa bagi Rey dihina seperti itu. Anggap saja mereka semua suci Rey penuh dosa.

"Woy, tau nggak lo? Si Regan mau nembak Alena." celetuk Leo yang berada disamping Rey.

Rey menaikan sebelah alisnya, terdiam dan berlanjut tertawa. "kesambet apaan lo sampe mau nembak Alena? Wah, lo diem-diem aja tau-tau deket sama Alena."

"Anjing emang Leo! Lemes banget mulutnya. Belum pernah gue tabok sih!" gerutu Regan.

Rey mengambil cemilan manis dari tangan Regan. Memasukan satu persatu kemulutnya. Handphonenya sedang dimainkan oleh Leo, biarkan saja ia mau mainkan handphonenya yang penting tidak mengganggu.

Leo menyernyitkan keningnya, tiba-tiba tertera nama 'Harimau ngaum' menelepon Rey. Dia sempat berpikir Harimau ngaum itu siapa? Apa mungkin otaknya yang terlalu kecil sehingga sulit untuk berpikir.

"Harimau ngaum sapa nih? Nelpon lo. Selingkuh ya lo?" selidik Leo. Dia tidak memberikan handphone yang dipegangnya pada Rey. Sebelum Rey menjawab pertanyaannya ini.

Rey bungkam. Baru ingat, kemarin ia sempat mengganti nama kontak Rachel. Tanpa aba-aba ia mengambil kasar handphonenya. Tak tunggu lama Rey Langsung saja mengangkat telepon Rachel.

"Apa Sayang?" Rey menjawab telepon Rachel dengan suara yang dilembut-lembutkan. Sengaja ia ingin memanas-manasi sahabatnya.

"Apasih sayang-sayang!" untungnya Rey mengecilkan volume suaranya, jadi mereka tidak tau kalau Rachel malah merasa ilfeel. Bisa-bisa ia akan ditertawakan habis-habisan.

"Sayangg, kamu mau ngomong apa? Aku udah nunggu nih." tanya Rey sok imut. Para sahabatnya menatapnya dengan mulut terbuka.

Terdengar decakan dari Rachel. "Mama tadi ngasih tau gue katanya dia masak cumi sama udang. Lo bawain nanti pas pulang!" pintanya.

Rey mengangguk, walaupun Rachel tidak akan melihat anggukannya. "udah itu aja? Kamu tumben banget mau masakan mama, kamu ngidam ya? Masa langsung jadi sih? Padahal tadi malem kita baru buat lho." Rey terkekeh, ia juga tidak mengerti kemana arah pembicaraannya.

"Lo kenapa sih? Buat apa coba? Gue itu lagi laper bukan ngidam. Bener-bener udah gila ya lo? Jangan lupa beliin cemilan kayak janji lo tadi!"

"Iya sayang, kamu tunggu ya. Aku mainnya juga nggak lama." Rey langsung mematikan teleponnya secara sepihak.

Setelah itu ia kembali duduk dihadapan sahabatnya yang masih menatapnya tak percaya. Rey mengerutkan keningnya seolah mengatakan apa yang terjadi pada mereka.

"I--tu Rachel?" Regan bertanya dengan gugup.

Rey mengangguk pelan. Tubuhnya ia senderkan ditembok. "Kenapa?" tanyanya datar.

"Lo udah akur sama Rachel?" Leo meneguk salivanya yang terasa pahit.

Lagi lagi Rey mengangguk. "Udah. Sekarang gue udah sayang-sayangan sama dia"

"HAH!" teriak mereka bersamaan.

Rey menjitak satu persatu kepala sahabatnya dengan wajah tak berdosa. "Bangsat, nggak usah teriak-teriak. Sakit telinga gue!" Cibirnya

"Kok bisa? Jangan bohong deh lo. Lo nggak berbakat dalam hal berbohong." Marcel masih pada pendiriannya untuk tidak percaya.

"Terserah lo pada, nggak percaya? Tanya sama Rachel sana." Rey bersikap tak acuh. Sebenarnya jantungnya ikut berdisko kalau sampai mereka berani menanyakan pada Rachel.

"Rachel ngidam? Lo udah gituan sama dia? Lo masih sekolah bego. Entar kalo Rachel bunting gimana?" sinis Regan. Rey hanya mengangkat kedua bahunya.

"Anjer! Gue tau lo laki-laki normal. Enak nggak sih gitu-gituannya?" tanya Leo penasaran.

Rey berdecak. Sahabatnya mudah sekali dibodohi. Dikasih makan apasih mereka? Micin? Pantesan mereka bertiga menjadi generasi Micin.

"Dih, percaya aja sih lo. Gue nggak sebodoh itu bikin anak sebelum selesai sekolah. Gue cuman bercanda, manas-manasin lo pada." jelas Rey.

"Tapi lo beneran udah akur ama dia?" lega. Regan bertanya lagi.

Rey berdeham meng'iyakan. Sahabatnya terlalu kepo.

"Eh, selama lo nikah sama dia lo udah ngapain aja?" tanya Leo. Bahkan Leo lebih mendekat pada Rey untuk mengetahui jawaban Rey.

Ia berpikir sebentar. Lalu mengangguk. "ada deh. Kalau gue ceritain nanti lo iri."

"Ah setan! Iri akutuh. Terus-terus gimana?" tanya Leo lagi. Sepertinya Leo terlalu semangat mendengar cerita berbau dewasa.

Mereka berempat bukannya main ps atau apapun malah membicarakan hal dewasa sesekali tertawa mendengar penuturan Leo yang merasa iri.

************************************

Hallo hai guys?

Gimana part ini? Yok komen yok. Komen yang berbobot ya guys, jangan cuman komen satu huruf A-B-C. Maaf banyak maunya nih aku.

Untuk para readers disana kalau misalnya nggak suka sama cerita ini jangan dipaksakan ya. Author nggak maksa buat kalian baca kok. Heheh santuy.

Votment ya guys, komen next. Ajak temen, kakak ataupun adek kalian buat baca cerita aku.

Have a nice day!!

Thanks Readers❤️

Promo dulu ya follow nih :Andini.h28

Продовжити читання

Вам також сподобається

DARSEN [Proses Revisi] Від liv

Підліткова література

671K 27.3K 42
[Sedang direvisi] Perasaan tidak ada yang tahu, kapan ia datang dan pergi. Rasa nyaman akan datang secara perlahan, saat dimana ia merasa lebih baik...
Gery & Dira [Completed] Від apa

Підліткова література

22.8K 4.8K 68
[BELUM REVISI] Part masih nano-nano 👌😀 [17+] ⭐⭐⭐⭐⭐ ADIRA ANAHSTASYA. Seorang gadis manis yang hidup sederhana, dan sejak kecil tinggal dengan nene...
Married for a will [END] Від call me En~♪

Підліткова література

2.3M 176K 81
Tentang kehidupan Vella, gadis SMA yang harus menikah dengan lelaki bernama Arion. Pernikahan yang diawali karena adanya sebuah pesan terakhir dari...
ARSYAD DAYYAN Від aLa

Підліткова література

2M 109K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...