ZenEga

Por KRV_tripeople

198K 18.3K 3.3K

Season 1 [End] Season 2 [On Going] Kisah ini, tentang Zenata Aurora Syahfilla, yang begitu membenci cowok ber... Mais

[ZenEga 00]
[ZenEga 01]
[ZenEga 02]
[ZenEga 03]
[ZenEga 04]
[ZenEga 05]
[ZenEga 06]
[ZenEga 08]
[ZenEga 09]
[Visual Tokoh]
[ZenEga 10]
[ZenEga 11]
[ZenEga 12]
[ZenEga 13]
[ZenEga 14]
[ZenEga 15]
[ZenEga 16]
[ZenEga 17]
[ZenEga 18]
[ZenEga 19]
[ZenEga 20]
[ZenEga 21]
[ZenEga 22]
[ZenEga 23]
[ZenEga 24]
[ZenEga 25]
[ZenEga 26]
[ZenEga 27]
[ZenEga 28]
[ZenEga 29]
[ZenEga 30]
ZenEga QnA
[ZenEga 31] END
ZenEga 2 [00]
ZenEga 2 [01]
ZenEga 2 [02]

[ZenEga 07]

6K 636 98
Por KRV_tripeople

Note Author!

Budayakan klik 🌟 sebelum membaca dan Comment setelah selesai membaca.

Seorang penulis akan mencintai para pembacanya, jika kalian mau menghargai hasil karyanya :)

"Terkadang apa yang di lihat dengan mata dan di dengar oleh telinga, tak selamanya sejalan dengan realita."

"ZENEGA"

BAB 7

"Ini bunga, coklat sama boneka nya mau di apain Zen?" tanya Rachel sembari berjalan dengan sedikit kesusahan karena di tangannya banyak sekali barang dari Zega.

Zena mendengus dalam langkahnya, tangannya terkepal hingga buku-buku jarinya memutih. Saat ini Zena tak mau di ganggu, namun sepertinya Rachel tak mengerti akan hal itu.

"Lo deng--" Rachel menghentikan ucapannya karena sedetik kemudian dia terjatuh saat Zena tiba-tiba berhenti di depannya tanpa berucap. "Aw!"

Rachel terjatuh diikuti barang-barang dari Zega untuk Zena. Rachel meringis sembari mengusap pantatnya yang mendarat dengan sempurna di lantai koridor.

"Ih lo apa-apaan sih?! kalau mau berhenti kasih tau kek, jangan berhenti sembarangan!sakit tau!"

Zena menatap datar Rachel. Merasa di tatap akhirnya Rachel pun menoleh dan sedikit takut dengan tatapan Zena yang terlampau datar dan tajam.

"Bisa gak sih lo gak usah banyak ngomong?!" Zena bertanya dengan nada menyindir yang begitu kentara membuat Rachel refleks mengangguk.

Lalu Zena melirik barang-barang Zega yang terjatuh di samping Rachel. "Terserah lo itu barang mau di apain, kalau perlu buang atau gak bakar sekalian biar gak nyampah."

Zena meninggalkan Rachel yang masih terduduk di lantai koridor. Persetan dengan semua barang itu! Yang terpenting sekarang Zena harus cepat-cepat menjauhi cowok yang bernama Zega itu agar hidupnya ini kembali aman.

🍁🍁🍁

"Jadi gimana Ga..."

Cowok dengan tubuh shirtless itu
melirik Vikar sekilas, lalu bergerak mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk kecil. Kemudian ia berjalan ke arah sisi ranjang, sebelum ikut menjatuhkan tubuhnya di sana bersama Gilan, Vikar, dan Galaksi.

Sedangkan dua teman lainnya yaitu Johan dan Aam, mereka duduk beralas karpet warna merah sambil asik bermain PS.

"Lo masih punya nyali buat jadiin Zena cewek lo?" tanya Vikar.

Zega menaikkan sebelah alisnya dan terkekeh pelan. Ia masih ingat betul bagaimana cewek bernama Zena itu mempermalukan dirinya di hadapan seluruh siswa-siswi Ribana High School.

"Kalian percaya atau enggak? kalo gue bisa bikin Zena bertekuk lutut di hadapan gue suatu hari nanti," ucap Zega seraya menatap langit-langit kamarnya.

"Gue sih, pasti percaya," sahut Vikar yang di susul kata 'setuju' oleh lainnya kecuali Gilan.

"Lo gimana Lan?" tanya Aam matanya masih sibuk menatap layar TV yang menampilkan permainan game adu tinjuh.

"Ga."

Jawaban singkat Gilan membuat Zega mendengus kesal serta melemparkan handuk kecil miliknya ke wajah Gilan.

"Tai!" sungut Zega.

Cowok itu bangkit dari posisi nyamannya dan bergerak menuju lemari pakaian. Di ambilnya baju abu-abu polos, kemudian dalam gerakan cepat Zega meloloskan pakaian itu melewati lehernya.

"Emangnya lo gak takut lagi di tolak Zena kek tadi pagi?" Kini Johan yang bertanya.

"Gak ada kata 'takut' apa lagi 'menyerah' dalam kamus seorang Zega!" senyum miring tercetak jelas di sana, "Dan penolakan tadi? Itu gue anggap sebagai awalan untuk menaklukkan hati seorang Zena. Kita liat sama-sama dalam satu bulan ini, kalau gue gagal jadiin Zena pacar gue. Gue pastiin mobil sport beserta motor kesayangan gue buat kalian semua."

"Serius lo?!" Vikar berseru heboh. Matanya berbinar penuh senang, dalam hati ia berdoa kalau dalam satu bulan ini Zega gagal menjadikan Zena kekasihnya.

Berbeda dengan Galaksi yang berharap bahwa Zega harus cepat-cepat menjadikan Zena kekasihnya dan mencampakkan cewek itu setelahnya.

"Lo hanya akan hancur dalam permainan yang lo ciptakan. Gak ada hati yang bisa lolos dari cinta dan lo akan terjebak di dalamnya tanpa bisa keluar dari permainan itu sendiri."

Gilan berucap memperingati Zega, namun sepertinya hanya dianggap angin lalu oleh cowok itu. Menghela napas lelah, Gilan beranjak keluar dari kamar Zega.

Dilain sisi, Galaksi tersenyum miring ketika melihat Zega sedang melakukan high five bersama Vikar, Aam dan Johan. Galaksi berseru dalam hati. Lihat saja nanti, bisakah Zega menjalankan taruhannya tanpa menggunakan embel-embel hati atau cinta? Kalau tidak, setidaknya Galaksi bisa bersyukur karena dendam nya pada Zena bisa terbalas kan lewat perantara Zega.

"Wah, rame banget ini rumah berasa di pasar malam gue."

Suara berat itu tiba-tiba terdengar membuat Zega dan lainnya menoleh. Seorang pria berjalan dengan setelan kantor dan tak lupa sebuah tas laptop dia pegang di tangan kirinya, sedangkan di tangan kanannya dia membawa dua plastik besar yang berisi cemilan dan barang-barang kebutuhan lainnya.

Mendengar itu Zega memutar bola matanya malas sedangkan yang lain mengerutkan kening.

"Siapa Ga?" tanya Johan mewakili semua pertanyaan yang muncul di benak teman-temannya.

"Abang gue." Zega menjawab malas.

"Ooh." Semua orang kecuali Zega dan Abangnya mengangguk dan membulatkan mulutnya.

"Lo parah banget sih Ga, gak kasih tau ke temen-temen lo kalau lo punya Abang yang ganteng dan kece badai kayak gue." Abang Zega menyisir rambutnya. "Jahat lo!"

Zega berdecih. Jangan tanyakan dari mana sifat Zega yang narsis, pede tingkat dewa, sok cool, sok ganteng itu, tentu saja dari Abangnya lah! Sifat Zega sebelas dua belas sama Abangnya, tapi bedanya Zega lah yang paling narsis di banding Abangnya.

"Kenalin, gue Ghazero Angkasa Biru, Abang dari Zeganda Angkasa Langit." Zero memperkenalkan dirinya pada teman-teman Zega. "Gue adalah orang terkece, terganteng, tertampan, dan ter-teran asal kalian tahu."

Zega memutar bola matanya malas. "Udah ah, sana lo ke kamar, ganggu orang lagi main aja." Zega mengambil alih stik PS dari tangan Aam membuat cowok bertubuh gempal itu memekik tak terima.

"Berisik!" sungut Zega ketika Aam mulai melancarkan aksi berteriak nya.

Zero mencebikkan bibir. "Jahat banget lo sama gue, gue pecat jadi adek baru tau rasa lo."

"Bodo, gue aja malu punya Abang kayak lo. Narsis!"

Zero melotot lalu melepas kantung plastik beserta tas laptop nya dan menjewer telinga Zega. "Gue kutuk jadi patung pancoran mau lo?!"

"Ah! Iya, yayaya..." Zega memekik kesakitan.

"YAH YAH YAH BOOMBAYAH." Tiba-tiba saja Johan berseru sambil mengangkat kedua tangannya dan meninju udara kosong. "YAH YAH YAH BOOMBAYAH, YAH YAH YAH YAH, BOOM BOOM BA, BOOM BOOM BA oppa!"

Mereka terkejut bukan main ketika melihat Johan yang berteriak sambil memutar lengannya dan memutar kepala seperti trio macan.

Melihat itu semua orang bergidik ngeri, takut-takut si Johan kesurupan. Vikar langsung merebut gelas dari tangan Aam lalu meminumnya dan kumur-kumur dengan air putih itu. Ditatapnya Johan dan disemburkan nya air itu.

Brush!

Johan terdiam dengan mata tertutup. Vikar dan lainnya tersenyum lega saat melihat Johan yang mulai tenang, tak seperti tadi.

Namun mereka terkejut saat melihat Johan membuka mata dan menampilkan matanya yang merah. Johan mengusap wajahnya yang basah dengan telapak tangan dan menatap tajam mereka, lebih tepatnya ke arah Vikar.

Vikar memegang gelas itu dengan tangan gemetar saat Johan melangkah mendekat ke arahnya. Sedangkan yang lainnya berlari ke luar kamar tanpa membantu Vikar.

"J-jo, g-gue g-gue..."

"AING MAUNGGGGGG!" teriak Johan di depan Vikar lalu dia mencengkeram bahu Vikar dengan kuat.

"AING MAUNG! AUUUU!" Johan mengaung bak serigala sedangkan tubuh Vikar bergetar dari ujung kepala hingga kaki. Tak terasa celana lelaki itu basah.

"Huaaaa! Mamaaaa!" Vikar menutup matanya. Melihat Vikar yang menangis, Johan tertawa terbahak-bahak dan menepuk-nepuk kepala Vikar dengan keras.

"Hahaha! April Mop heh?"

Vikar langsung melotot saat mendengar perkataan Johan. Di jitaknya kepala Johan hingga cowok meringis.

"Ketipu lo, hahahaha." Johan tertawa terbahak-bahak hingga matanya mengeluarkan air. Vikar mengelap matanya dengan kasar dan menjitak kepala Johan sekali lagi.

"Eh, bentar-bentar," Johan berusaha memegang perutnya untuk meredakan tawa. Namun sedetik kemudian dia mengerutkan kening. "Apaan nih? kok basah? terus anget-anget lagi."

Johan menghentak kakinya pelan. Sedangkan Vikar tersenyum malu dan menggaruk tengkuknya. "Itu pipis gue."

"APA?! LO NGOMPOL?!" teriak Johan tak tanggung-tanggung.

Vikar mengangguk kecil.

"ISH! JOROK BANGET SIH LOOOOOO!" Lalu Johan melirik kakinya yang basah. "HUAAAA... KAKI GUE UDAH GAK SUCI LAGIIIIIIIII!"

Johan berlari dengan mengangkat sebelah kakinya ke arah kamar mandi. Sedangkan Vikar menggaruk tengkuknya.

"Emang salah ya kalau ngompol?"

"Itu sih Johan ngapain lari sampe pincang kek gitu?" tanya Gilan yang kebetulan tak tahu menahu tentang kejadian tadi.

"Gak tau." Vikar membalas seadanya.

Gilan menaikkan bahunya acuh lalu memilih duduk di depan televisi dan membuka makanan ringan yang tadi dia bawa. Namun terdiam saat hidungnya mencium sesuatu.

"Bau apaan nih?" Gilan mengendus sekelilingnya. "Kok kayak bau pipis sih?"

Vikar menggaruk pipinya, wajahnya memerah menahan malu. "G-gue yang ngompol, hehe."

"WHAT?! ARE YOU KIDDING ME?!"
Gilan melotot tak percaya.

"I'm serious."

"LO BILANG APA TADI? LO NGOMPOL?!"

Zega berteriak dan masuk ke dalam kamar. Di tatapnya Vikar tajam, sedangkan yang di tatap hanya cengengesan.

Lalu Zega menatap karpet merahnya yang basah. "GUE GAK MAU TAU LO HARUS BERSIHIN KAMAR GUEEEEE!"

Semua orang menutup kupingnya sedangkan Vikar hanya bisa mengelus dada. "Salah gue apa ya Tuhan?"

"Gue gak bakal lupain lo bulan April! awas aja." Vikar menggerutu. Lalu dengan kesal dia mengambil pel dan mulai membersihkan kamar Zega.

🍁🍁🍁

HALOOO, KAMI KAMBEK EGEN

KANGEN ZENA?

ZEGA?

ATAU AUTHOR?

WKWK, BTW SERU GAK PART INI??

FEEL DAPET KAGAK??

TERIMA KASIH YA BUAT KALIAN YANG UDAH STAY DI LAPAK INI, SEMOGA SUKA;3 DAN TUNGGU CERITA SELANJUTNYA YANG AKAN DI PUBLISH DI LAPAK INI....

OKE, SEE YOU NEXT PART GUYS 💕💕

Note: Babang Zega bakalan rindu kalian, para ciwi-ciwi yang cetar membahana ulala. Stay tone di ZenEga guys! Lop yu 😍😍

Repost 28 Desember 2022

Continuar a ler

Também vai Gostar

MAHESA Por anotherfavgirl23

Ficção Adolescente

273K 21.7K 23
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
MARSELANA Por kiaa

Ficção Adolescente

796K 41K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
Kak Elang: ELAZEL Por Ejl_Jk

Ficção Adolescente

5M 378K 53
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
477K 5.3K 6
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...