EX

By laevanter

148K 6.5K 148

Dunia itu berputar. Di dunia berlaku yang namanya hukum alam. Artinya, apa yang kau lakukan ke orang, baik at... More

Prologue
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
Thirty One
Thirty Two
Thirty Three
Thirty Four
Thirty Five
Thirty Six
Thirty Seven
Thirty Eight
Thirty Nine
Forty
Forty One
Forty Two
Epilogue
VS Gallery

Twenty Five

2.5K 111 0
By laevanter

Hari Rabu.

Belasan mobil jeep terlihat sudah menunggu di depan pintu masuk hotel. 250 murid Olympus High School kelas 10 sudah siap dengan tas ransel besar yang terlihat berat nan padat di punggung masing-masing. Mereka mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang berwarna gelap sekaligus sepatu trekking khusus mendaki ataupun sandal gunung. Beberapa ada juga yang mengenakan jaket mereka dan topi maupun beanie.

Setelah ketua pelaksana Tour Week dan salah satu agen wisata Gunung Semeru memberikan sedikit instruksi, rombongan Tour Week kelas 10 pun melakukan doa bersama demi lancarnya perjalanan wisata mereka menurut agama dan keyakinan masing-masing. Beberapa menit kemudian, satu-persatu murid-murid itu pun menaiki mobil jeep yang tersedia, lantas meluncur menuju lokasi wisata mereka yang sesungguhnya; Desa Wisata Ranu Pane di kawasan kaki Gunung Semeru.

********************

Setelah 3 jam perjalanan, akhirnya rombongan Tour Week kelas 10 pun tiba di Desa Ranu Pane di kawasan kaki Gunung Semeru. Cuaca sejuk menyambut kedatangan mereka. Mereka segera berbaris rapi di lapangan yang cukup luas yang dikelilingi oleh pepohonan dan beberapa rumah. Salah satu agen wisata Gunung Semeru berusia kira-kira 30 tahunan bernama Doni, memberitahu beberapa pengumuman, seperti peraturan-peraturan main selama mereka berada di homestay Desa Ranu Pane ini dan jadwal pendakian.

For your information, Desa Ranu Pane terletak di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Desa ini merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Dari tempat ini, kita bisa melihat Gunung Semeru yang berdiri megah dengan kaldera di sekitar kawah dan menjadi salah satu tempat favorit bagi pencinta pendakian ke Gunung Semeru karena Ranu Pane merupakan salah satu lokasi transit trekking pendakian ke Ranu Kumbolo dan jalur hiking ke Gunung Semeru. Bisa dikatakan jalur melalui Ranu Pane ini adalah jalur yang paling aman untuk dilalui dan merupakan jalur eksplorasi. Di sepanjang jalur ini kita bisa menikmati indahnya padang rumput Ranu Pane yang masih sangat liar dan indah.

"Kita akan bermalam di homestay sampai besok. Esok harinya pukul 8 pagi setelah sarapan dan bersiap-siap, kita semua akan melakukan pendakian pertama menuju Ranu Kumbolo yang merupakan transit sementara sebelum ke Kalimati, Arcopodo, dan yang terakhir, Puncak Mahameru. Perjalanan ke sana bisa memakan waktu selama 4 jam berjalan kaki. Nanti juga kita akan berhenti di setiap pos yang sudah disiapkan untuk beristirahat sejenak. Ada 4 pos yang akan menunggu kita selama perjalanan menuju Ranu Kumbolo nanti. Persiapkan mental dan fisik kalian, Anak-anak! Pendakian ini tidak main-main. Walaupun kalian mengunjungi wisata Gunung Semeru untuk berlibur, namun kalian akan mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pengalaman dari wisata ini. Mengerti?"

"Siap, mengerti!" anak-anak menjawab serempak. Mereka mendengarkan pengarahan dari Doni dengan antusias.

"Bagus. Nanti saat di Ranu Kumbolo, kalian akan beristirahat sekaligus berkemah dan bermalam di sana. Jangan mengambil apapun yang kalian temukan selama perjalanan! Patuhi instruksi dan perintah dengan baik, jangan terlepas dari barisan dan rombongan. Ah, satu lagi, dilarang menggunakan celana jeans selama pendakian. Mengerti?"

"Siap, mengerti!" lagi-lagi anak-anak menjawab serempak, begitu pula beberapa guru yang ikut dalam pendakian, yang bertugas menjaga dan memantau seluruh kegiatan murid-muridnya.

"Baiklah kalau begitu. Setelah ini kalian langsung masuk ke homestay masing-masing dan memakan makan siang kalian yang sudah disiapkan di sana. Setiap homestay terdapat seorang guru dan seorang agen wisata, termasuk saya. Untuk nomor rumahnya dan letak di mana homestay kalian berada, bisa dilihat di selebaran yang tadi rekan saya berikan sebelum perjalanan ke sini. Selebaran itu penting, berisi peraturan-peraturan selama pendakian, apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, peta yang menggambarkan Gunung Semeru dan lokasi-lokasi peristirahatannya, dan langkah-langkah pertolongan pertama yang bisa dilakukan jika tiba-tiba saja terjadi sesuatu yang darurat. Barisan dibubarkan!"

Dan setelahnya, murid-murid pun balik kanan, bubar. Mereka mencari homestay masing-masing. Homestay yang ada di sana sederhana saja, namun cukup besar dan nyaman, kebanyakan terdiri atas dua lantai dan bisa menampung dua kelompok sekaligus. Ditambah beberapa kasur tambahan untuk mereka jika tidak cukup tidur di kamar.

********************

Malamnya, beberapa murid OHS kelas 10 memutuskan untuk menggelar tikar di lapangan yang tak jauh dari homestay mereka, bersantai sembari menatap langit yang dipenuhi oleh bintang-gemintang. Mereka mengenakan jaket tebal dan penutup kepala. Walaupun suhu di luar dingin menggigit, namun itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk menikmati pemandangan malam. Bulan sabit menggantung indah di antara bintang-bintang. Mereka bercakap ringan, sebagian ada yang mengabadikan momen damai itu dengan kamera mereka.

Sherlyn sendiri berebahan menatap langit di sebelah Kinta. Mereka membicarakan banyak hal, termasuk persiapan untuk esok hari.

"Gue gak sabar deh buat besok," ujar Kinta. Sherlyn mengangguk setuju. "Ini pertama kalinya gue hiking."

"Gue juga," timpal Sherlyn. Namun sesaat kemudian, raut wajahnya berubah. "Tapi gue takut. Kalo kita kesesat nanti gimana?"

Kinta tertawa pelan melihat wajah khawatir sahabatnya. "Haha, gak usah konyol deh. Semua agen wisata di Gunung Semeru ini berpengalaman, berkali-kali mereka naik-turun gunung. Semua bakal baik-baik aja, Lyn. Kita bakal seneng-seneng."

Sherlyn hanya mengangguk. Masuk akal juga kata-kata Kinta. Tiba-tiba, beberapa orang yang berkumpul di atas tikar tak jauh dari tempatnya berebahan berbicara rusuh, menarik perhatian Kinta dan Sherlyn.

"Eh, JNHS juga di homestay ini ya?" tanya salah satu anak.

"Iya. Kenapa emangnya?" anak lainnya menyahut.

"JNHS udah sampe di sini, baru aja sampe. Gue tadi sempet liat temen gue yang sekolah di sana."

Sherlyn yang diam-diam menguping terkelu. Ia tahu JNHS, dan ia juga tau salah satu muridnya. 'JNHS beneran bakal sama-sama OHS selama Tour Week ini. Itu berarti ... Alice juga ada dong?'

Sherlyn memang sudah tahu soal Alice dan Vigo. Ia pertama kali melihat Alice ketika di Turner Café. Saat itu Sherlyn duduk bersama Devon, dan Vigo tiba-tiba memasuki kafe itu dengan Alice. Sherlyn juga sempat mendengar berita bahwa Alice dan Vigo berpacaran, namun karena saat itu Sherlyn sudah memiliki hubungan dengan Devon, jadi ia tidak mau mengambil pusing. Singkatnya, ia tidak peduli. Dengar-dengar juga mereka sudah putus sejak beberapa bulan yang lalu.

'Sial, kenapa gue malah mikirin Alice-Vigo? Bodo amat lah, terserah mereka mau pacaran atau nggak, bukan urusan gue ini. Tapi, kemungkinan besar Vigo sama Alice bakal ketemu lagi dong?' batin Sherlyn. Ia menjadi kesal sendiri. Ia bangkit, segera berdiri dan mengenakan sandal yang dibawanya dari rumah. Kinta menatapnya heran.

"Lo mau ke mana, Lyn?" tanya Kinta yang masih berebahan.

"Gue mau keliling-keliling dulu, bosen gue. Kalo udah jam makan malem, Line gue aja," jawab Sherlyn seraya merapatkan sweater pinknya. Kinta hanya mengangguk, membiarkan Sherlyn berjalan sendirian di jalan setapak sekitar homestay mereka.

********************

Entah sudah berapa jauh Sherlyn berjalan pelan di jalan setapak desa itu. Beberapa warga asli yang memang tinggal di Desa Ranu Pane menatapnya, lantas melemparkan senyuman. Sherlyn balas mengangguk sopan, menyapa sekilas. Warga desa itu pasti sudah terbiasa dengan orang-orang asing dari luar kota yang menginap sementara di desa mereka sebelum esoknya berangkat mendaki Gunung Semeru.

Sherlyn terus berjalan, melewati beberapa homestay lainnya yang terlihat ramai. Banyak remaja seumurannya di sana, namun ia tidak mengenalnya. Mereka semua pasti murid-murid dari Jakarta National High School. Sherlyn terus melangkah tak peduli, sampai akhirnya ia tiba di salah satu tikungan jalan setapak kecil di dekat sana yang sepi suasananya.

Baru saja Sherlyn ingin berbalik lagi karena jalan itu benar-benar sepi, sebuah suara tak jauh dari tempatnya berdiri sedikit membuatnya terkejut. Suara itu terdengar lirih dan pelan, namun ia tetap bisa mendengarnya dengan jelas karena jalan itu sangat sepi. Entah apa yang memotivasinya, namun Sherlyn malah bergerak ke belakang sebuah pohon besar, bersembunyi.

"Gue kangen lo."

Sherlyn mencoba mengintip dari balik pohon, siapakah gerangan yang sedang berbincang di tempat sepi seperti ini.

"Bukannya lo benci sama gue?"

Sherlyn tersentak. Ia mengenali suara yang satu itu, bahkan sangat. Jantungnya berdegup keras. Sepertinya ia tahu siapa dua orang yang sedang berbincang itu, laki-laki dan perempuan. Sherlyn melongokkan kepalanya. Dan benar saja perkiraannya. Terlihat di kedua matanya, Vigo yang berdiri tepat di depan seorang gadis cantik yang ia ketahui sebagai Alice. Padahal JNHS baru tiba di Desa Ranu Pane. Mereka cepat sekali bertemunya.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Sherlyn dapat melihat wajah sedih Alice yang menggeleng. "Gue berusaha keras untuk benci sama lo, tapi akhirnya gue sadar, gue gak akan bisa benci sama lo."

"Terus, sekarang mau lo gimana?" tanya Vigo. Nada suaranya datar.

"Cuma kangen. That's all," balas Alice. Ia tersenyum samar. "8 bulan kita nggak ketemuan, nggak kontak-kontakkan lagi. Wajar kan kalo gue kangen?"

Vigo terlihat mengusap rambutnya dengan kikuk. "Gue gak pantes dikangenin. Mending lo kangen sama orang lain."

"Tapi kalo gue maunya kangen sama lo gimana?"

"Kalo kangen kenapa lo ngejauh?"

"Karena seperti yang tadi gue bilang, gue berusaha untuk ngebenci lo. Tapi gue gak bisa, Go. Selama 8 bulan ini gue selalu kepikiran lo."

Sherlyn meneguk liurnya. 'Mereka sebenernya masih pacaran apa udah putus sih?'

"Gue mau kita deket kayak dulu," lanjut Alice.

Vigo menghela napas pelan, menatap Alice penuh arti. "Semua udah berubah, Lice. Mungkin kita bisa aja temenan kayak biasa, tapi nggak bisa kalo harus kayak dulu. Gue nggak mau nyakitin cewek lagi, termasuk lo. Gue NSA sekarang, No String Attached."

"Tapi perasaan gue nggak berubah sama sekali buat lo, Vigo. Gue nggak peduli lo NSA atau no relationship, no available, or everything. Ini perasaan gue, ini hati gue, gue gak bisa maksain hati gue untuk nggak suka sama lo," balas Alice cepat. Vigo terkesiap. Dan entah mengapa Sherlyn ikut terkesiap. Belum sempat Vigo membuka mulutnya untuk membalas kata-kata Alice, gadis itu sudah mendekati tubuh Vigo terlebih dahulu, memeluknya erat. Sherlyn yang melihatnya menutup mulutnya, menahan keterkejutannya. Vigo yang dipeluk tiba-tiba juga terlihat terkejut, namun berusaha untuk terlihat senormal mungkin. Lelaki itu hanya terdiam, tidak membalas pelukan Alice.

Dan entah mengapa, perasaan itu kembali datang memenuhi hati Sherlyn. Pandangan Sherlyn mengabur. Kedua matanya memanas. Jantungnya berdegup kencang. Emosinya naik tiba-tiba. Entah mengapa, seluruh tubuhnya memanas melihat itu.

Sherlyn menggeleng kencang. Ia sadar ia tidak bisa melihat itu lebih lama lagi. Apa yang dirasakannya kini sama seperti dirasakannya 9 bulan yang lalu, ketika melihat Vigo dan Sherlyn bersamaan memasuki Turner Café. 'Lyn, sadar! Lo udah punya Devon. Untuk apa lo ... cemburu?'

Ya, ia cemburu. Entah mengapa ia harus merasakan hal itu lagi. Entah mengapa, ia tidak akan pernah bisa melihat Vigo bersama gadis lain, padahal dirinya sendiri sudah bersama lelaki lain. Sherlyn refleks mundur selangkah, tak sengaja menginjak dedaunan kering yang malah menimbulkan perhatian kedua manusia tersebut. Alice refleks menolehkan kepalanya, dan Vigo melepas paksa pelukan Alice, menoleh juga ke arah Sherlyn yang berdiri dengan kikuk sembari menggerutu tertahan, kenapa kakinya harus menginjak daun bodoh itu yang menyebabkannya ketahuan.

"Sherlyn?" Vigo menyebut nama Sherlyn pelan. Sherlyn mendongak, menatapnya. Alice menatap Vigo dan Sherlyn bergantian. Suasana canggung menyelimuti mereka bertiga.

Sherlyn buru-buru menetralkan suasana. Ia melenturkan otot-otot tangannya. Wajahnya gugup. "Ah ... V-Vigo? Gue ... gue kebetulan lagi lewat aja di sekitar sini, bosen di homestay, hehe. Eh, itu temen lo? Halo," Sherlyn berusaha memasang wajah seceria mungkin. Ia melambai sambil nyengir lucu ke arah Alice yang masih berwajah bingung, kemudian gadis itu langsung tersenyum saat Sherlyn menyapanya.

Di bawah temaram lampu jalan yang sudah meredup, bisa Vigo lihat sedikit gurat kesedihan di kedua mata anjing milik Sherlyn. Vigo yakin sekali Sherlyn melihat Alice memeluknya tadi.

Sherlyn mendekati mereka berdua, lantas mengulurkan tangannya kepada Alice. "Gue Sherlyn. Lo?"

Alice—masih dengan wajah bingungnya, menerima uluran tangan itu, menjabatnya. "Gue Alice, murid JNHS. Jadi lo yang namanya Sherlyn? Gue rasa kita udah pernah ketemu deh," balas Alice, tersenyum manis.

Sherlyn pura-pura terkejut, "Oh ya? Di mana? Gue nggak inget, hehehe. Perasaan lo doang kali ah, muka gue kan pasaran. Btw, salam kenal, Alice!"

Alice mengangguk, tetap tersenyum. Dalam hati, Sherlyn habis-habisan memuji gadis di depannya ini. Lihat saja, Alice begitu sempurna secara fisiknya. Wajahnya cantik. Tubuhnya tinggi semampai bak model-model. Kulitnya putih mulus. Wajahnya pun seperti wajah gadis blasteran, ditambah warna rambutnya yang cokelat gelap alami. 'Pantes aja Vigo pacaran sama dia. Dia secantik ini sih,' batin Sherlyn, sedikit minder di hadapan Alice yang lebih tinggi darinya.

"Lo ngapain di sini?" suara Vigo memecah keheningan. Ia memandang Sherlyn tajam.

"G-Gue ... gue lagi jalan-jalan aja. Kan tadi gue udah bilang. Eh, ketemu kalian. Kebetulan banget kan? Maaf ya, gue jadi ngeganggu kalian berdua gini, kayak nyamuk, hehe," Sherlyn kembali memamerkan cengirannya. Vigo mengalihkan wajahnya, memaki-maki dalam hati. Memalukan sekali. Sherlyn melihatnya berpelukan dengan Alice—lebih tepatnya, Alice yang memeluknya. Dan ia menyesal, kenapa ia tidak langsung melepaskan pelukan itu saja? Vigo malah membiarkan Alice memeluknya begitu lama.

"Nggak kok, lo gak ganggu. Lagian kita juga kebetulan ketemu di sini, terus ngobrol-ngobrol deh," kilah Alice. Ia dan Vigo memang bertemu secara tidak sengaja, tak jauh dari tikungan jalan itu. Dan Alice langsung mengajak Vigo berbicara di tempat itu yang memang sepi.

Sherlyn mengangguk, "Oh, gitu. Ya udah, kita jalan-jalan bertiga aja, gimana? Gue denger gak jauh dari sini ada yang jual roti bakar sama minuman jahe hangat. Kayaknya enak diminum malem-malem gini. Yuk!" ajak Sherlyn. Ia berdoa dalam hati semoga Alice dan Vigo menolak ajakannya, jadi ia bisa cepat-cepat pergi dari taman itu.

"Ayo—"

"Gak usah," Vigo memotong ucapan Alice cepat. Alice menatapnya tidak mengerti. Sherlyn sedikit menghembuskan napas lega.

"Ya udah, kalo gitu—"

"Sekarang udah masuk jam makan malem. She, kita harus ke homestay," lagi-lagi Vigo memotong ucapan Sherlyn. Baru saja Sherlyn ingin mengelak—karena sebenarnya ia ingin menjauhi Vigo dan Alice—terutama Vigo, Vigo sudah keburu menyambar pergelangan tangannya. "Ayo. Lama." Dan setelahnya, Vigo langsung menyeret Sherlyn paksa, menjauh dari Alice yang hanya bisa terdiam, menatap mereka berdua dengan tatapan terluka.

********************

"Ah, lepasin gak?!" Sherlyn menghentakkan genggaman tangan Vigo dengan kuat setelah jauh dari tikungan jalan yang sepi itu. Langkah mereka berdua terhenti. Sherlyn menatap Vigo tajam. "Lo sadar gak sih apa yang udah lo lakuin, hah?"

Vigo mengernyit, tidak mengerti. "Gue? Gue ngajak lo ke homestay, buat makan malem."

"Bukan ituuu!" Sherlyn menghentakkan kedua kakinya, geregetan dengan respon tak pedulinya Vigo. "Lo gak liat ekspresi Alice tadi apa? Kenapa sih lo kejam begitu sama cewek secantik dia?"

"Apa lo bilang?" Vigo tersulut emosi, menahan Sherlyn pas di mata. "Mau secantik apapun dia, nggak ngaruh She buat gue," lanjut Vigo.

"Tapi dia pacar lo kan? Kenapa lo tega sama pacar lo sendiri?" Vigo yang tadinya sempat mengalihkan wajah, kini menatap Sherlyn kembali dengan kedua mata terbelalak. "Lo selalu kejam ya?"

"Siapa yang bilang—"

"Bodo!" potong Sherlyn cepat. "Gue gak suka ya lo bersikap kayak gitu ke cewek lain, Go. Cukup gue aja yang pernah dapet kekejaman hati lo." Dan setelahnya, Sherlyn segera berjalan cepat, menjauh dari Vigo.

Vigo mengacak rambutnya dengan frustrasi. Kesalahpaham yang sempat berakhir itu kini kembali lagi. 'Fuck! Padahal gue sama Alice gak ada hubungan apa-apa dari awal. Sial, kenapa Sherlyn ikut kemakan gosip gak jelas itu sih? Baru aja hubungan pertemanan gue sama dia kembali baik. Baru aja gue sedikit bahagia karena bisa bersikap kayak dulu lagi sama dia.'

********************

Hari Kamis.

Pagi-pagi buta, mereka sudah bangun dan bersiap-siap. Setelah melaksanakan sholat shubuh (bagi yang muslim) dan mandi, beramai-ramai mereka memakan sarapan yang sudah disiapkan oleh agen wisata. Tepat jam 7 pagi, mereka melakukan sedikit pemanasan dan olahraga pagi untuk persiapan hiking.

Dan selama itu, Vigo maupun Sherlyn tidak saling berbicara. Sherlyn marah pada Vigo, entah mengapa ia harus marah pada lelaki itu. Vigo sendiri gengsi untuk menegur gadis itu duluan. Lagipula ia bukan convo-builder yang baik. Selama ini orang-orang yang hampir selalu memulai percakapan, bukan dirinya. Diam-diam, Vigo selalu memperhatikan apapun yang Sherlyn lakukan; sarapan, bercermin, memakai sepatu, pemanasan, mengobrol dengan teman-temannya, dan lain-lain.

"Sstt!" Vigo menoleh ke sebelahnya. Raka yang juga sedang melakukan pemanasan mengikuti instruksi yang diberikan Doni si Pemimpin agen wisata Gunung Semeru berbisik tepat di telinga Vigo. "Kayaknya baru kemaren lo akur sama Sherlyn—maksud gue, berantem dan bacot-bacotan lagi sama dia. Kok sekarang balik kayak orang gak kenal sih?"

Vigo membuang muka tak peduli, memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Raka.

"Oh iya, kabarnya JNHS sampe kemaren malem. Gimana? Udah ketemu Alice?" tanya Raka lagi.

Vigo mendelik jutek melihat wajah jahil Raka. Ia menghembuskan napas kesal. "Gak usah nanya-nanya. Atau kaki lo patah satu sebelom kita hiking."

Raka mengerjap beberapa kali, lantas refleks menurunkan sebelah kakinya yang tadi ia angkat mengikuti gerakan pemanasan. Ia mundur beberapa langkah, menjauh dari Vigo. Vigo tersenyum miring melihat Raka yang menciut karena ancamannya. Sepertinya anak itu trauma karena pernah kena hantamannya Vigo.

********************

"Perhatian, perhatian! Setelah ini, kita akan melakukan perjalanan panjang menuju lokasi utama tempat wisata, yaitu Gunung Semeru yang kini ada di depan mata kalian semua. Kita akan beramai-ramai mendaki gunung tersebut, singgah di Ranu Kumbolo untuk istirahat sekaligus berkemah dan bermalam nanti. Esoknya kita akan kembali bersiap menuju Kalimati dan kembali beristirahat di sana, mengumpulkan tenaga untuk tengah malamnya dan melanjutkan perjalanan ke Arcopodo serta tanjakan berpasir menuju Puncak Mahameru, tujuan akhir dari wisata kita. Semua sudah siap?" suara lantang Doni si Pemimpin agen wisata Gunung Semeru terdengar tegas dan berwibawa di langit-langit. Ia nampak gagah sekali pagi ini dengan mengenakan baju lengan panjang berlogo organisasi agen wisata mereka dan celana panjang berwarna gelap, serta sepatu khusus mendaki. Ia juga mengenakan topi dan kacamata hitam. Di punggungnya pun terdapat tas ransel berukuran besar, sama seperti yang lainnya.

"Siaaapp!!!" koor anak-anak serempak. Mereka sungguh berantusias, tidak sabar melakukan perjalanan. Wajah anak-anak itu bersinar penuh kegembiraan dan ketidaksabaran.

"Baik! Pertama-tama, kita berdoa dulu menurut agama dan keyakinan masing-masing demi keselamatan dan kelancaran acara ini. Berdoa, mulai!" seluruh kepala tertunduk, berdoa dalam hati yang terbaik untuk perjalanan mereka nanti. Mereka semua terlihat serius dan khusyuk dalam berdoa.

Tak lama kemudian, setelah kembali memastikan tidak ada murid yang ketinggalan, memastikan tali sepatu telah terikat dengan mantap, dan lain sebagainya, perjalanan pun dimulai, dipimpin oleh Doni dan rekan-rekannya. Mereka semua membentuk barisan yang panjang, tidak ada yang boleh keluar dari barisan. Di barisan paling belakang juga terdapat beberapa guru dan agen wisata lainnya, memastikan keamanan anak-anak dari belakang.

Perjalanan mereka benar-benar sudah dimulai.

********************

Continue Reading

You'll Also Like

45.2K 6.3K 32
Sejak kecil Aksal tau wajahnya tampan. Karena itulah tak sulit bagi Aksal untuk bergonta ganti pasangan. Pemuda itu juga tidak takut dengan karma ka...
26.3K 1.7K 31
#Love and Hapinness 2 Perempuan keras kepala yang bertahan dengan rasa sakit. Bukannya mengobati luka, justru membuat luka untuk dirinya. Kapan menye...
1.2M 114K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
62.1K 8.1K 63
[ALL SERIES 2] Karena terlalu disibukkan dengan pekerjaan, Erico terlambat menikah. Dia meminta sang mama untuk dicarikan calon istri. Wanita itu ber...