Bloodstains (1D's Vampire Sto...

By paynefiction

191K 11.5K 218

" Meeting you was fate, Becoming your friend was a choice, but falling in love with you, ... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Final Chapter
Author's Note

Chapter 32

2.7K 212 4
By paynefiction

~Nathalie Pavin's POV~


Coba tebak apa yang aku lakukan sekarang? Well, mulutku ternganga lebar setelah mendengar penjelasan singkat dari Liam. Lelaki itu masih terduduk tepat di sampingku—dengan matanya yang berubah jadi hitam pekat dan tatapan penyesalan yang dalam.

"Aku sudah cukup mendengar ceritamu. Itu sangat mengerikan dan mengharukan." aku memutar mataku kearahnya, Liam masih saja diam sebelum akhirnya balik menatapku.

"Aku masih membenci Jack. Aku ingin membunuhnya, tapi rasanya—terlalu munafik."

"Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Aku sebangsa dengannya. Itu artinya aku sama-sama butuh darah dan kebutuhan akan darah itu benar-benar menyiksaku pada tahun pertama. Well, aku akhirnya sadar bahwa Jack cukup bijak dengan kata lain ia memanfaatkan kelebihan yang dimilikinya untuk mendapatkan buruan. Tak setiap minggu ia mencari buruan, bahkan ia hanya berburu untuk sekali dalam setahun."

"Bagaimana dengan keluargamu? Ayahmu, Adam, dan Nicola?"

"Jack tak menyentuh mereka sama sekali. Aku pergi dari rumah setelah kejadian itu—sampai sekarang aku tak pernah kembali."

Aku menelan ludahku dengan rasa mengganjal diselanya. Jadi intinya Liam menjadi vampire karena salah satu dari mereka membunuh ibunya kemudian ia balik dijadikan vampire agar merasakan penderitaannya?

"God bless you Li," tuturku. Saat itu juga aku menegakkan badan, menatap setiap jengkal anugrah Tuhan yang berada bersamaku. Garis wajahnya sempurna dan tanpa cela meskipun aku menyadari ia punya perbedaan—kelebihan dan kekurangan.

"Aku bisa menemanimu tiap malam disini." sahutnya.

Jadi selama ini, apa yang aku baca di novel bisa terwujud? Apa Liam sama seperti Edward? Ah—hal itu makin membuatku penasaran.

"Ceritakan vampire ability apa saja yang kalian miliki?" desakku.

"Jangan bocorkan rahasia ini ada siapapun." desisnya. Aku berusaha untuk menelan ludahku sekuat tenaga. Well ini rahasia besar antara diriku, Liam dan sahabatnya.

"Harry bisa membaca pikiran, Louis bisa memberi penglihatannya pada orang lain, Zayn membaca masa depan, Sarah sama seperti Zayn tapi masih satu tingkat dibawahnya, Perrie punya kelebihan untuk memberikan rasa sakit pada orang yang ia kehendaki sementara aku—kelebihanku adalah mengubah alur pikiran."

Aku terduduk diujung ranjang dengan tatapan tak percaya. Selama ini Liam memyembunyikan rahasia besar dariku. Ini gilasungguh! Aku ingin menariknya keluar dari drama memusingkan ini dan hidup bahagia bersamanya. Apa mungkin jika kehidupanku nantinya akan makin rumit dan tak ada celah untuk keluar darinya?

"Tenanglah—aku dan Harry tak bisa membaca pikiranmu."

Liam mengulurkan tangannya padaku seakan ia mengajakku untuk duduk lebih dekat dengannya.

"So, apa rasa cinta itu masih ada dalam dirimu? Maksudku—aku berbeda darimu."

Aku sempat terhenti. Mulai berpikir bahwa akankah kisah cintaku benar-benar seperti apa yang ada dalam novel Twilight? Tapi tanpa harus mengacu pada satu hal itu, aku mencintai Liam tanpa syarat. Sejujurnya bahkan aku rela mati untuk Liam atau mengorbankan darahku untuk kekasihku itu. Soal apakah aku akan berakhir seperti Isabella Swan atau tidak—itu urusan belakangan, yang jelas aku menerima Liam apapun keadaannya.

"I love you with all my heart." aku memberanikan diri untuk menatap matanya yang menurutku sangat indah.

"Kau yakin? Harus kau tau Nathalie, aku adalah budak dari keabadian, dan para manusia itu adalah budak dari keyakinan. Termasuk kau."

Aku menggeleng tak mengerti. Apa maksud budak keabadian dan keyakinan itu?

"Sudahlah—lebih baik sekarang kau tidur." sergahnya. Aku mendekat kearah Liam kemudian tangan lelaki itu melingkar pada pinggangku. Rasa nyaman langsung menyergapku.

"Aku tak bisa tidur sebelum kau menceritakan semuanya."

Liam menghembuskan napasnya perlahan. "Well—apa yang ingin kau tanyakan padaku?"

Aku kembali memutar rekaman dalam memoriku terutama soal isi di novel Twilight yang pernah aku baca.

"Apa kau bernapas? Apa kau makan? Apa kau benar tak tidur? Apa kau benar kuat seperti yang ada di novel yang pernah aku baca?" aku menarik sebuah bantal dan menaruhnya dalam pangkuanku untuk lebih terfokus dan lebih nyaman mendengarkan penjelasan Liam.

"Hampir semua yang ada di novel itu benar. Soal bernapas, makan, tidur, dan kekuatan itu. Tapi aku dan sahabatku tak berkilauan ketika tersorot sinar matahari." aku menatapnya bingung sembari memberi tatapan lalu-apa-yang-akan-terjadi?

"Tubuh kami akan memerah atau kau biasa menyebutnya dengan melepuh. Maka dari itu kami selalu menghindari kontak langsung dengan sinar matahari."

Aku mengerti, jadi selama ini ia dan sahabat-sahabatnya selalu menutup tubuh mereka dengan jaket atau blazer di musim panas hanya untuk menutupi kekurangannya? Okey Nathalie, ini bukan Forksini London. Jadi matahari akan bersinar terik saat musim panas.

"Kalau kau tak makan, lalu mengapa kau selalu mengajakku makan malam? Apalagi ketika kau menyatakan cintamu padaku?" tanyaku bingung. Satu hal yang menjadi pertanyaan terbesarku.

"Aku sengaja melakukannya untukmu Nathalie. Just for you." bisiknya lembut di telingaku. Aku sedikit tersipu, ia melakukannya demi aku. Benarkah?

"Oh Liam, kau sungguh membuatku malu." Liam makin mengeratkan pelukannya. Perlahan tapi pasti kepalaku bersandar pada dada bidangnya sementara sebelah tanganya memeluk tubuhku dengan erat.

"Kau tau—aku sangat mencintaimu Nathalie. Kau punya kelebihan dan aku baru menemukannya pada dirimu. Kau sulit ditebak apalagi dikendalikan. Tak semua orang sepertimu, kau berbeda dan kau sempurna dimataku. Love you with all of my heart, Sweetheart. Good night and nice sleep. I'll be there for you 'till the morning." bisiknya lagi. Mataku semakin berat, ingin rasanya aku segera terlarut dalam mimpi indahku dipelukan Liam. Meskipun  tubuhnya dingin, tapi pelukannya berhasil membuatku merasa hangat.

"Aku harap kau tak akan pernah meninggalkanku seperti halnya Edward meninggalkan Bella.. Kau akan selalu berada di sampingku kan? Aku harap cinta kita lebih abadi dibanding kisah mereka Liam." aku mendongakkan kepala kearah Liam sebelum akhirnya lelaki itu tersenyum kearahku dan perlahan mengecup bibirku dengan lembut. "Of course Sweetheart. We can make a better way." tak lama kemudian, aku terlarut dalam suasana tenang dan sepi yang berhasil menidurkanku dalam pelukan Liam.

***

Aku terbangun dari malam yang menurutku cukup panjang. Baru saja aku membuka mata dan menyadari bahwa Liam telah pergi dari kamarku. Entahlah—mungkin ia pulang lebih awal agar tak ada orang yang tau keberadaannya.

Langkah kakiku langsung tertuju pada kamar mandi. Seusai itu aku langsung menuju ruang makan untuk menyapa Dad, Mom dan Katrina sebelum berangkat ke sekolah. Aku pikir hari ini akan berjalan cukup menyenangkan.

"Sepertinya kau akan berangkat lebih awal Baby?" tukas Mom yang sedang sibuk dengan laptopnya. Tak seperti biasanya Mom membawa urusan pekerjaan sampai meja makan, itu pasti menyangkut hal penting.

"Liam sudah menunggumu di depan, Manis." Katrina melirik kearahku lalu memaksaku untuk mengikuti arah pandangannya keluar jendela. Dan benar, mobil Liam telah terparkir didepan.

Aku mengambil sandwich sebelum menenguk setengah gelas susu segar. "Aku berangkat. Bye all." aku mencium pipi Dad, Mom dan Katrina bergantian sebelum berlari keluar rumah.

"Morning Sweetheart." Liam menyapaku terlebih dahulu. Lelaki itu siap dengan winter stylenya. Oh lupakan—selagi aku mengingat kejadian semalam, ada baiknya aku segera menarik Liam untuk membawaku bertemu dengan sahabat-sahabatnya, mungkin aku akan dapat cerita lebih banyak dari mereka?

"Let's start our new way." tuturku. Liam sempat terdiam sejenak.sebelum akhirnya menarikku menuju kursi penumpang dekat kemudi. Kami berlalu menuju sekolah diselingi candaan dari Liam yang membuatku bersemangat untuk memulai hari.

"Nathalie?" sapa Perrie yang sontak membuatku menoleh kearahnya. Tangan Liam masih saja melingkar di pinggangku, membuatku merasa sedikit tak nyaman saat berhadapan dengan orang lain dalam keadaan semesra ini.

"Hey, kami ingin berbicara sesuatu denganmu." sahut Sarah yang tiba-tiba menampakkan dirinya. Entah dari mana—yang jelas Sarah sangat cepat.

Aku melirik kearah Liam sampai akhirnya ia meyakinkanku untuk mengikuti mereka. Lagipula masih tersisa waktu 20 menit sebelum jam pertama dimulai.

Music Room. Tertera dengan jelas diatas pintu, Perrie dan Sarah mengajakku kemari. Well, meskipun aku bukan termasuk anak penyuka musik tapi aku pernah sekali kemari—tentunya saat Harry memperdengarkan lagunya untukku. That was so amazing.

"Kau telah mengetahui semuanya kan?" tanya Sarah. Gadis itu berdiri mematung di ujung panggung.

Tanpa menjawab pun aku yakin mereka telah mengetahuinya. Sebuah anggukkan yang jelas membuat mereka menatapku tajam.kemudian.

"Wait—Girls, I never ever tell anyone about your forbidden secret. Trust me." tuturku dengan ada yang terdengar memohon di akhir.

Sontak Perrie dan Sarah saling melempar tatapan satu sama lain. Antara bingung dan terkejut. "Kau lebih cepat membaca pikiran kami." mereka berdua terkekeh pelan.

"Hanya itu yang akan kalian tanyakan?"

"Aku hanya berpesan untuk jaga rahasia kami sebaik-baiknya. Aku tau kau mencintai Liam Nath." sergah Sarah.

"Dan jangan buat kami berbalik membencimu." imbuh Perrie. Aku menganggukkan kepala tanda mengerti.

Kedua gadis itu lantas menarikku untuk keluar dari Music Room dan kembali menemui Liam.

Sekarang aku tau tugas berat mereka sampai rela menjemputku sepagi ini hanya untuk meyakinkanku soal rahasia mereka.

Jika Tuhan menghendaki cintaku dan Liam akan kekalkenapa tidak? Tentu saja aku akan menerimanya dengan senang hati. Apapun yang akan terjadi.




    
»»»»»»»»»»»»»»»«««««««««««««««

Kepengin bikin sekuel Bloodstains.. Ada yang minat para readers? :3

   
              
~Big hug, Mrs. Payne {}

Continue Reading

You'll Also Like

2M 328K 66
Angel's Secret S2⚠️ "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Angel's Secret- •BACK TO GAME•...
13.5M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
100K 6.6K 27
cerita ini murni karangan sang penulis. • rion x caine • bxb ( boy lovers) • sedikit 18+ ya!? • cerita ini menceritakan sebuah kerajaan vampir yang...
11.5K 1.4K 13
nikmatin aja, masih pemula (terinspirasi dari ggs returns)