Bloodstains (1D's Vampire Sto...

By paynefiction

191K 11.5K 218

" Meeting you was fate, Becoming your friend was a choice, but falling in love with you, ... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Final Chapter
Author's Note

Chapter 31

2.7K 214 6
By paynefiction

~Liam Payne's POV~

Tepat seperti apa yang aku bayangkan sebelumnya, Nathalie akan meminta penjelasan itu dariku. Sekarang tak ada hal yang harus di tutupi darinya.

Menyesal?

Aku sama sekali tak merasakan penyesalan itu. Justru aku bersyukur karena tak usah repot memberitahunya. Ia telah mengetahui forbidden secret yang selama ini mati-matian kami tutupi.

"Aku tau segalanya." tukas Harry yang berdiri sendirian di teras depan.

"Kau melihatnya kan? Semuanya telah terbongkar." aku memutar bola mataku sarkastik sembari memainkan kunci mobil yang masih dalam genggamanku.

"Kau beruntung—Nathalie cukup cerdik dalam memanfaatkan kesempatan. Harus kuakui bahwa kau memang hebat." Harry menyeringai tajam.

Aku lelah berbasa-basi masalah Nathalie lagi. Ada sedikit beban yang mengganjal dihatiku. Aku tau jika ini adalah hal terbaik daripada aku harus terus menyimpannya. Tapi siapa seorang yang tak merasa menyesal ketika ada yang tau soal rahasianya? Apalagi ia adalah orang yang paling dicintai.

**

"Sttt—Nathalie," gadis itu masih memainkan laptopnya sebelum menoleh kearahku. Ia terfokus, sama sekali tak bergeming bahkan butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya ia menyadari keberadaanku.

"What are you doing there?" ujarnya terkejut. Nada suaranya  meninggi, aku segera memberinya kode agar mengecilkan volume suaranya.

"I just want you to know."

"But—" suaranya tercekat. Ia mondar-mandir layaknya orang yang sedang kebingungan, ia juga menggigit ujung kuku ibu jarinya—mungkin ini untuk pertama kalinya aku melihat Nathalie yang tampak bingung dan gugup.

"Please, let me in." tukasku dengan nada memohon.

Nathalie menghentikan geraknya, lalu menatapku seakan ia sedang menimbang keputusannya lagi.

Perlahan, gadis itu berjalan menjauh lalu mengunci pintu kamarnya. Dirinya terduduk di tepian ranjang dengan mata yang masih menatapku dan memberi pandangannya agar aku segera masuk.

Nathalie menghembuskan napasnya perlahan, punggungnya ia biarkan tersandar di dinding. Mata coklat keabuan miliknya menatapku intens—berharap bahwa aku segera menjelaskannya. Saat itu aku melirik sekilas kearah laptopnya yang tergeletak diatas kasur.

How to Make A Vampire Hate Your Blood. Judul artikel itu terbaca jelas olehku. Sontak Nathalie menutup laptopnya dan menaruh benda tersebut di meja sebelah ranjang. Jujur aku hampir saja tertawa terbahak karena judul artikel itu. Memang apa yang akan manusia itu lakukan jika bertemu vampir? Membuat vampir benci dengan bau darah mereka—Tak mungkin, bahkan darah adalah hal paling pokok yang kami nikmati untuk bertahan hidup.

"Aku hanya ingin. Oh Tuhan, kenapa kau tiba-tiba muncul? Huh," Nathalie setengah menjambak rambutnya frustasi sementara aku menunggu reaksi selanjutnya, tapi tetap saja kami saling diam.

"Aku akan ceritakan sebab awal aku menjadi vampir." lanjutku kemudian. Ia mendongakkan kepala, matanya menatapku seakan meminta agar aku segera menceritakan semuanya.


-FLASHBACK ON-

Mom melangkahkan kakinya ke kamar terlebih dahulu sementara aku dan seorang kakakku yang lain masih berdiam di ruang tengah sambil membaca buku yang dibeli Dad di bazar tahunan kemarin.

"James, apa kenapa kau belum tidur?" tanya Dad yang sontak membuatku berjingkat kaget.

"Aku masih ingin membacanya lagi Dad," sahutku. Ia hanya menggelengkan kepala lalu beranjak untuk kembali memejamkan matanya di sofa.

Aku terlahir sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Kedua kakakku bernama Adam dan Nicola, sedangkan Adam telah menikah dan pergi meninggalkan kami untuk bekerja di Birmingham. Sementara Nicola membantu Mom di rumah. Dad bekerja di sebuah gudang penyimpanan sementara Mom bekerja di sebuah toko kelontong sebagai pekerja paruh waktu. Bisa dibilang ekonomi keluarga kami sangatlah pas-pasan.

"Lebih baik kau segera tidur dude—dan pikirkan bagaimana caranya agar kita dapatkan uang banyak besok." Aku sempat melirik kearahnya.

Memang akhir-akhir ini keluarga kami sering meminjam uang untuk kebutuhan pokok yang makin mendesak, ditambah lagi biaya untuk pengobatan Dad karena penyakit TBC yang sering kambuh.

Akhirnya aku melangkahkan kaki dengan gontai menuju satu-satunya kamar di rumah ini. Rumah sederhana ini dibangun 35 tahun yang lalu dengan satu kamar tidur, satu dapur, dua kamar mandi, dan ruang tengah. Artinya, kami tidur dalam satu kamar yang mirip dengan asrama. Ada 5 bed dalam 1 kamar yang cukup luas.

Aku hendak memutar knop pintu kamar saat tiba-tiba aku mendengar suara teriakan dari dalam, sontak aku mendorongnya dan melihat Mom dengan keringat bercucuran yang membasahi kening.

"What's happen Mom?" tanyaku khawatir. Aku langsung berada tepat disisinya sebelum Mom menyadari hal itu.

"Entahlah—tapi Mom merasa seperti ada yang menyentuh leher." Sontak saja aku bergidik ngeri, merasa bahwa ada sesuatu yang tak beres disini. Mom masih saja mengusap lehernya, Mom tampak sangat terkejut.

"Jangan di pikirkan, aku akan ada disini Mom." tukasku perhatian lalu Mom mengelus kepalaku dengan lembut dan penuh perhatian.

Tak lama kemudian, aku beralih ke bed milikku yang letaknya bersebrangan dengan bed tempat Mom biasa tidur. Wanita itu langsung menarik selimut tebalnya menutupi seluruh tubuh dan hanya menyisakan sedikit dari bagian kepalanya yang terlihat dari sini.

Perlahan tapi pasti, mataku mulai tertutup.. Rasa kantuk itu benar-benar tak tertahankan.

Sampai tiba-tiba aku melihat sekelebat bayangan hitam. Well, aku tak begitu mempedulikannya karena mataku benar-benar menyuruhku untuk segera memejamkannya dan larut dalam tidur yang lelap.

"James!" aku mendengar suara tercekat dari Mom. Sontak aku terduduk dan menatap kearahnya.

Sesosok pria dengan jubah hitam panjang yang menutupi tubuhnya. Kulihat sosok Mom yang seakan meminta tolong padaku, wajahnya mulai berubah pucat pasi—baru saja aku menyadari bahwa pria itu menghisap darah Mom.

"Go to the hell!" seruku cepat. Tubuhku langsung terlonjak dan beralih ke sisinya. Aku berusaha untuk menarik jubahnya dan milihat wajah asli lelaki itu. Tapi sayang, hal itu gagal.

Yang masih aku ingat, pria itu punya mata yang berwarna merah—kelam dan menyiratkan sejuta penyesalan dan kekecewaan.

"Mommy!" teriakku sekuat tenaga. Lelaki itu menoleh kearahku sekilas sebelum akhirnya menghilang tanpa jejak.

Aku melihatnya...

Sosok itu, aku yakini sebagai Jack Curtis. Hell no!

"Mr. Curtis?" teriakku. Mulutku masih saja menganga, ditambah rasa ketidak-percayaanku soal Mom.

Wanita itu tak lagi bernapas.. Sungguh, seketika aku ingin membunuh diriku sendiri..

"James?" suara Dad menggelegar di seantero ruangan. "Helena?" teriak Dad disusul dengan suara jeritan dari Nicola.

"What's happen James?" Nicola tampak panik, sementara aku menatap Dad yang justru tersenyum pahit—hal gila macam apa ini? Kenapa Dad sama sekali tak menampakkan keterkejutannya?

"Aku yakin Mr. Curtis yang melakukan semuanya." tukasku lemah. Air mataku perlahan mengalir, aku tak dapat membendung semua kekecewaanku—bagaimana bisa aku melupakan keberadaan Mom disisi lain bed milikku? Bagaimana bisa aku tak menjaganya dari makhluk malam yang seringkali berkeliaran disini? God damned!!

"Mr. Curtis?" Nicola meninggikan suaranya. "lebih baik kita segera mengurus jenazah Mom." tukas Dad datar, tapi aku bisa melihat semburat penyesalan, kekecewaan, dan kehilangan yang amat besar dalam matanya. Aku yakin Dad sengaja menutupi perasaannya.

"Kau bilang mengurus jenazahnya? Aku harap kau turuti keinginanku. Bawa Mom ke rumah sakit sekarang!" seruku. Aku tak berpikir soal biaya yang akan aku keluarkan sekarang, hanya satu hal yang ingin aku lakukan untuk Mom—aku ingin Mom segera sadar. Mom belum meninggal.

Aku tak peduli saat Dad menatapku tajam, memang ucapanku tadi terdengar tak sopan. Tapi jujur aku hanya ingin Mom kembali sehat dan bisa bersama kami sekarang juga.

"Mau apa lagi James? Mom sudah pasti tak bernyawa! Apakah kau pikir makhluk sepertinya akan membiarkan Mom hidup?" suaranya terdengar parau dan sangat pelan, lebih mirip bisikan lebih tepatnya.

***

Semua orang telah kembali pada tujuan mereka masing-masing sementara aku masih saja berdiam diri disini. Tepat disamping pusara Mom—aku menyadari bahwa wanita itu telah benar-benar tak ada disisi kami. Tubuhnya telah ditempatkan dalam peti dan kini gundukan tanah itu telah menguburnya. . . Mengubur kenangan indah kami selama ini.

Nicola tak lagi terisak seperti kemarin, ia menatap nanar pusara Mom sementara tangan kekar Dad merangkulnya. Dibelakang Nicola, berdiri sosok Adam dengan Veronica. Adam yang selama ini selalu dekat dengan Mom seakan tak mempedulikan kepergiannya. Apakah selama ini mereka menyembunyikan sesuatu dariku? Kenapa mereka tampak menerima dengan kepergian Mom yang mendadak dan mengejutkan?

"Kau tak pulang?" tukas Alex. Lelaki itu menyentuhkan jemarinya pada pundakku.

"James. Kami akan ceritakan satu hal padamu." tukas Dad kemudian. Aku mendongakkan kepala menatapnya sebelum tubuhku benar berdiri sejajar dengannya. Pelan tapi pasti, aku menuruti kemauan keluargaku.

"Mom meninggal karena janjinya pada Mr. Curtis." tukas Dad dengan wajah serius.

"What the hell is goin' on?" desisku. Aku menatap mata Dad dan kedua saudara kandungku dengan intens.

"apa yang kalian sembunyikan dariku?"

"James—Kau tau bahwa Mom pernah menderita penyakit parah beberapa tahun silam. Seingatku kau baru berusia 9 tahun kala itu." mata Nicola dan Alex saling beradu, aku melihat mereka yang tampak gugup dan takut.

Kucoba mengingat semua hal yang telah terjadi. Memang saat itu Mom pernah sakit parah, sampai pada suatu hari Mom tak sadarkan diri. Tubuhnya pucat pasi dan hampir sekujur tubuhnya kaku. Tapi saat itu Mom masih bernapas.

"Mom memberikan darahnya pada Mr. Curtis karena pria itu punya kelebihan. Kau harus tau bahwa ia adalah seorang vampire yang diberi kelebihan untuk menyembuhkan penyakit. Tapi sebagai balasannya ia meminta darah dan menghisapnya sampai habis tak bersisa." setika itu aku terkejut mendengarnya. For God's sakeHe's such a jerk! Fucking damned..

"Dan kau lihat bahwa semenjak itu Mom dapat kembali sehat seperti semula. Ia selalu berjuang mengumpulkan uang untukmu. Your Mom, she's an angel.." lanjut Dad lagi.

Jadi selama ini Mom hidup hanya untuk mengumpulkan uangnya demi diriku?

"Lalu kenapa Mr. Curtis menghisap darah Mom sekarang? Maksudku—memang Mom memberikan batas waktu untuknya?"

"Hari ini tepat 9 tahun setelah kejadian itu. Mom telah berjanji untuk menyerahkan darahnya untuk Mr. Curtis dalam jangka waktu yang sesuai dengan usiamu kala itu. Jadi, saat usiamu menginjak 18 tahun. . . Mom telah tiada."

Itu sudah cukup jelas. . . Aku menatap wajah mereka satu per satu. Semburat kepedihan dan kehilangan tergambar disana. Kakiku melangkah keluar dari rumah, memilih untuk menghilangkan semua perasaan bersalahku soal kepergian Mom.

*

Marelyn and Curtis Bar menjadi tujuanku. Dimana aku bisa bertemu dengan pemiliknya yang bernama Jack Curtis--lelaki yang berhasil menghabisi nyawa Mom.

"Jerk!" aku memukul keras meja bar yang sontak membuat semua pengunjung menoleh kearahku, mereka semua menatapku heran karena—Well, bar ini diperuntukkan bagi orang berusia 21+ dan yang pasti orang-orang kaya. Beruntungnya ada seorang pengusaha yang berhasil aku ikuti dan membuatku bisa berada disini.

"Well—Mr. Payne?" tukasnya datar. Tapi tatapan matanya berbeda, lebih tajam dan warna matanya yang merah kelam.

"Follow me dude." ia menarik kerah bajuku dan membawaku kesebuah ruangan yang cukup luas. Ia menghempaskanku pada sebuah sofa panjang.

"Mana sopan santunmu Mr. Payne?"

"Kau mengapa membunuh Ibuku? Apa kau benar-benar gila? Kau harus meminta maaf pada keluargaku, atau aku akan membunuhmu!"

"Oh—Kau ingin membalasnya? Huh—kau bodoh Payne, justru kau yang harusnya yang minta maaf padaku. Beraninya kau datang kemari, apa kau tak sadar berapa usiamu?" ia memicingkan mata kearahku penuh dengan tatapan cemooh disana.

"Aku tak sudi jerk! Kau telah membunuh ibuku! Kau harus pergi ke neraka!"

"Aku yakin, Ayahmu telah salah mendidikmu."

"Dan jangan berani-berani kau menyentuh mereka barang sejengkal-pun. Kau akan berhadapan denganku--ingat jerk, aku kemari untuk membalaskan demdamku karena ulahmu dan bukan karena kekuargaku yang menyuruh, semua ini atas kemauanku."

"Hah—lebih baik kau ucapkan selamat tinggal pada duniamu. Dan rasakan apa yang selama ini aku rasakan, Payne."

Sontak aku terperanjat ketika taring tajamnya menusuk nadi pada leherku. Tubuhku memanas dan semuanya terasa sangat menyakitkan. Rasa panas menjalar keseluruh tubuhku, aku memberontak. Saat itu tawa licik menggema keseisi ruangan.

"Jika memang ini yang kau mau, aku merubahmu jadi sepertiku. Agar kau tau bagaimana rasanya menahan haus dari darah manusia yang sangat mudah kau temui."

-FLASHBACK OFF-


»»»»»»»»»»»»»»»«««««««««««««««


Akhirnya sampe juga di chapter flashback-nya Liam! Di next chapter Liam bakal jelasin tentang rahasia-rahasia yang dia sembunyiin dari Nathalie selama ini.

So, masih setia nunggu next chapter kan?

I don't need silent readers here. But I need your VOTE or COMMENT(S)

~Big Hug, Mrs. Payne {}

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 35.5K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
752K 69.1K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
32.1M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
9.8M 886K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...