[03] Love Two Heart [Complete]

By velove_girlie

224K 11.1K 1.4K

Lanjutan CSD (Cinta Semanis Duren) & Kasih Tak Sampai. Kehidupan rumah tangga Echa-Dirga, tidak seindah seper... More

PROLOG
LTH [01]
LTH [02]
LTH [03]
LTH [04]
LTH [05]
LTH [06]
LTH [07]
LTH [08]
LTH [09]
LTH [10]
LTH [11]
LTH [12]
LTH [13]
LTH [14]
LTH [15]
LTH [16]
LTH [17]
LTH [18]
LTH [19]
LTH [20]
LTH [21]
LTH [22]
LTH [23]
LTH [24]
LTH [25]
LTH [26]
LTH [27]
LTH [28]
LTH [29]
LTH [31]
LTH [32]
LTH [33]
END
Epilog
Extra Part 1 => Fadil 'n Viola
Extra Part 2 => Kezia 'n Rafa
Extra Part 3 = Double Frey

LTH [30]

5.4K 316 31
By velove_girlie

[VotMen Please]

Dirga terbangun dari tidurnya saat mendengar suara gedoran pintu yang sangat memekikkan telinganya. Dia mengucek-ngucek matanya untuk menormalkan penglihatannya, pria itu sempat kecewa saat melihat sisi kirinya kosong, tidak ada Echa yang dia rindukan selama ini. Padahal, jelas-jelas semalam dia memeluk erat istrinya dan dapat merasakan kalau itu semua bukanlah mimpi. Tapi, apa daya? Ternyata memang mimpi, itulah yang ada dipikirannya. Karena setiap kali dia terbangun sosok Echa selalu memghilang dari sisinya.

Dia berjalan cepat keluar kamar, ketika indera pendengarannya mendengar suara gedoran pintu yang semakin kencang ditelinganya. Dan saat membuka pintu, tiba-tiba saja... sebuah bogeman mendarat tepat diwajahnya.

Buaaaggghhh!!

Tubuh Dirga terjatuh begitu saja, tanpa ada persiapan untuk menerima bogeman dari pria tetangga sebelahnya, suami dari Rana.

"Brengsek!! Apa maksud kamu mengirim foto kamu ke hp istri saya??!" geram pak Indra, suami Rana. Dia begitu kesal saat terbangun dari tidurnya sempat mengecek ponsel Rana, dan yang dia dapatkan adalah kiriman foto Dirga saat tidur diponsel Rana. Indra menarik kaos Dirga hendak memukulnya, namun Dirga sempat menangkisnya dengan sedikit terkejut.

"Hah? Foto apa maksud Bapak? Saya sama sekali tidak mengerti. Foto apa?"

"Foto apa? Kamu bilang foto apa?! Jelas-jelas kamu yang mengirim foto itu ke ponsel istri saya!! Dan kamu? Tidak mengakuinya?? Kurang ajar!!" Pak Indra kembali memukul Dirga yang sempat lengah karena memikirkan tiap perkataan Pak Indra. Dan ternyata, Dirga sama sekali tidak mengerti dengan maksud dari ucapan pak Indra. Foto? Foto apa? Itu lah yang ada dipikiran Dirga.

Baru saja dia bangun tidur dan sudah mendapatkan hadiah yang bertubi-tubi ditubuhnya akibat ulah pak Indra yang menghajar Dirga tanpa pria itu ketahui sebabnya.

Pak Indra menghentikan aksi memukulnya, saat Rana datang menghampirinya dan menarik dirinya sambil membisikkan sesuatu ditelinganya.

'Bukan dia yang mengirim Mas, tapi Echa istrinya yang mengirim foto itu ke hp Mama'

"Apa??" Pak Indra menoleh sebentar meminta kepastian dari Rana, dan wanita itu menganggukkan kepalanya.

Reflek, pak Indra langsung melepaskan tangannya yang mencengkeram kuat kerah kaos Dirga saat Rana berbisik ditelinganya.

"Maafkan saya..." ujar pak Indra penuh penyesalan karena salah paham kepadanya dan berjalan mundur meninggalkan Dirga yang terkapar lemah dilantai. Pak Indra langsung masuk kedalam apartemennya bersama Rana.

Dirga berjalan tertatih, menahan rasa sakit diwajahnya. Dia mengambil kotak P3K dan mengobati lukanya di ruang tamu. Belum sempat dirinya meredakan kebingungan yang mendera dibenaknya, sekali lagi dikejutkan oleh sesuatu yang berada di meja dapur saat dia hendak mengambil minuman.

Dirga menyipitkan matanya, melihat 3 biji mangga muda dan kulit mangga berceceran begitu saja dimeja.

"Kapan aku makan mangga itu? Sepertinya, semalam aku dan Romi hanya minum coca cola, tidak makan mangga. Tapi, kenapa ada kulit mangga?" Dirga menggaruk kepalanya yang tidak gatal, pening. Memikirkan keanehan yang terjadi selama dua hari ini.

"Apa karena ini faktor U?? Umurku yang sudah menua sehingga membuatku bingung dengan semua yang terjadi selama dua hari ini?" bersikap masa bodoh, Dirga akhirnya memilih mengambil minuman daripada harus memikirkan sesuatu yang membuatnya sakit kepala.

Setelah minum, Dirga kembali masuk kamar. Membersihkan dirinya dikamar mandi. Dengan sangat malas, akhirnya dia mengambil kemeja kerja berwarna pink dan... Celana panjang berwarna biru muda??

Arrrggghhh...

"Ini apa-apaan?? Kenapa semua celana kerja ku berwarna hitam hilang?? Dan yang ada disini... semuanya hanya warna biru, merah, dan putih... apa aku harus kerja dengan semua warna ini? Yang benar saja!!" geram Dirga. Belum selesai masalah Echa hilang, kini dia dipusingkan dengan semua pakaian kerja yang hilang dan tergantikan dengan warna-warna cerah yang sama sekali tidak cocok untuk ukuran pria. Semalam, dia memakai kaos bermotif princess, dia masih bisa menerimanya. Tapi, sekarang? Apakah dia harus bekerja dengan warna yang cerah dan norak? Oh No!!

Dan... mau tidak mau... Dirga harus memilih satu celana diantara semua celana yang ada. Dia memutuskan memakai celana berwarna merah terang dan kemeja pink. Belum selesai dengan celana dan kemeja kerja, kini dia dikejutkan dengan satu hal lagi. Dia berdiri mematung saat membuka lemari sebelahnya, lemari gantung khusus jas kerja. Tidak ada satupun jas kerjanya yang menggantung di dalam sana.

"Sabar Dirga... sabar... pikirkan pelan-pelan... kemana semua pakaian, celana dan jas kamu menghilang..." Dirga mondar-mandir didepan lemari, mengetuk dagunya dengan ibu jari. Berpikir keras, berada dimanakah semua pakaian, celana dan jas kerjanya berada? Dan... siapa yang melakukan semua ini? Apakah benar mamanya yang melakukan semua itu? Kurang kerjaan sekali!! Itulah yang ada dipikiran Dirga saat ini.

💛💛💛💛💛

Echa menunduk tidak enak melihat pak Indra yang salah paham kepada suaminya. "Maafkan saya Pak, yang semalam mengirim foto Mas Dirga ke hp tante Rana itu saya bukan Dirga" ujar Echa minta maaf dengan memainkan jemarinya diatas kedua pahanya.

Pak Indra yang melihat wajah penyesalan dari Echa juga merasa tidak enak, karena telah memukul Dirga yang tidak tahu menahu masalah foto.

"Saya juga minta maaf Cha, saya sudah lepas kontrol tanpa bertanya lebih dulu sudah langsung menghajar suami kamu.

"Gak apa-apa Pak, saya senang Bapak menghajar Mas Dirga. Akhirnya... ada yang berani memukulnya hahahaha" tawa Echa dengan mengelus perutnya. Kedua manusia yang ada disana menatap aneh kepadanya. Baru kali ini ada seorang istri yang senang melihat suaminya dihajar?

💛💛💛💛💛

Dirga menatap jengah melihat para pegawainya yang memandang ke arahnya dengan tatapan... aneh? Dan sesekali dia menangkap basah beberapa karyawan yang membicarakannya secara diam-diam. Bagaimana tidak aneh? Dia seorang pemilik perusahaan percetakan datang ke perusahaan dengan memakai kemeja berwarna pink dan celana kerja berwarna merah? Serta warna dasi yang terang benderang, kuning.

Dia mengetukkan kakinya berkali-kali dilantai lift, berharap pintu lift segera terbuka dan melirik tajam dua karyawan yang sepertinya tengah membicarakannya di belakang dirinya sesama rekan kerja. Dua karyawan tersebut menegakkan tubuhnya, menyadari lirikan Dirga yang terkesan memgintimidasi dirinya.

Ting!!

Pintu lift terbuka, semua karyawan yang berada didalam lift keluar sedikit membungkukkan dirinya, memberikan hormat kepada atasan mereka dan meninggalkan Dirga seorang diri didalam lift. Sebelum pintu lift tertutup kembali, dia sempat mendengar tawa dari luar sana dan beberapa karyawan menoleh kebelakang melihat dirinya.

"Brengsek!! Kalau saja aku tahu siapa yang melakukan semua ini. Akan aku habisi dia!!" gerutu Dirga kesal sambil melonggarkan dasinya.

"Tapi... apa benar Mama yang melakukan semua ini? Lalu, bagaimana cara aku menghabisinya? Biar bagaimana-pun... dia adalah Mamaku, Mama kandungku" Dirga melangkah keluar lift, pintu lift terbuka tepat dilantai ruangannya berada. Saat dia berjalan menuju ruangannya dia sempat melirik sekertarisnya yang sepertinya sedang menahan tawa.

"Pagi Pak..." sapa Dara sekertaris Dirga. Dirga menghentikan langkahnya lalu berbalik mengamati Dara.

"Bagaimana penampilan saya hari ini?" tanya Dirga ragu-ragu.

"Cucok Pak, Bapak keren dan bertambah tampan" ujar Dara dengan mengacungkan kedua jempolnya dan masih menahan tawa yang hampir saja meledak.

"Kalau mau tertawa, tertawa saja" kesal Dirga melihat raut wajah Dara yang seperti tengah mencemooh dirinya.

"Hahahahaha... maafkan saya Pak. Bapak cocok pakai kemeja pink, pasti ini permintaan istri Bapak ya? Yang sedang hamil itu?" akhirnya tawa Dara pecah saat itu juga dan memberikan komentar yang tidak tahu menahu soal kepergian Echa.

"Hah?" Dirga sedikit mengerutkan keningnya, mendengar kalimat Dara. Bagaimana bisa Dara berpikiran seperti itu? Sedangkan Echa telah pergi meninggalkan dirinya, itulah yang dipikirkan Dirga saat itu. Dirga geleng-geleng kepala mendengar kalimat Dara yang dianggapnya tidak masuk akal, lalu melangkah masuk kedalam ruangannya.

💛💛💛💛💛

"Hihihihi... bagaimana penampilan Papamu hari ini sayang? Bekerja dengan kemeja pilihan Mama? Dia pasti terlihat tampan dan... hihihi" Echa tertawa tipis melihat pakaian kerja Dirga yang berwarna terang tersusun rapi didalam lemari, tidak bisa membayangkan penampilan suaminya yang memakai kemeja kerja pilihannya tanpa sepengetahuan Dirga. Setelah puas mengamati kemeja-kemeja, dia menutup lemari dan berjalan keluar kamar. Mendudukkan bokongnya disofa, menyilangkan kakinya diatas sofa. Dia membingkai wajahnya dengan kedua tangannya sendiri, menumpu tangannya diatas bantal sofa yang dia letakkan di kedua kakinya. Kedua bola matanya mengamati sekeliling. Echa memajukan bibirnya, sebal. Dia baru menyadari bahwa foto-foto pernikahan mereka tidak ada satupun menggantung di dinding, kecuali dinding kamarnya.

"Apa dia masih marah kepadaku? Sehingga semua foto pernikahan kami tidak dia pasang di dinding?" gerutu Echa, tanpa mengetahui ulah Erin yang mencopot semua foto pernikahan mereka beberapa hari yang lalu sebelum membawa Dirga ke apartemennya.

"Bagaimana kalau dia masih marah kepadaku? Kamu tahu kan, Papamu itu... kalau marah sangat menyeramkan" oceh Echa sambil mengelus perutnya.

Haaahhhh...

Echa menarik napas panjang...

"Sayang, Mama ingin sekali mendengar suara Papamu. Tapi, bagaimana caranya? Telp? Mama sudah tidak punya hp sayang... Telp rumah? Sudah rusak... Mama yang membantingnya karena kesal kepada Papamu..." Echa berpikir keras, bagaimana caranya agar dia dapat mendengar suara Dirga tanpa diketahui olehnya? Berlari kecil keluar apartemen setelah mendapatkan ide, Echa turun melalui lift menuju pos satpam untuk meminjam salah satu ponsel dari mereka.

"Pak Bambang, pinjamkan saya hp dong. Saya mau telp Mas Dirga" pinta Echa setelah dirinya tiba didekat pos satpam.

"Lho? Memang hp Mbak Echa kemana?" tanya Bambang, tapi matanya tetap fokus mengamati permainan catur bersama Irun lawan wainnya yang satu rekan kerjanya.

"Hp saya rusak Pak, please... Pinjamkan saya hp"

"Oww... ambil saja Mbak di meja" ujar Bambang sambil menunjuk ke dalam pos, sementara dia bermain catur di kursi panjang yang berada di depan pos.

"Makasih ya Pak" Echa masuk ke dalam pos dan mencari ponsel milik Bambang. Sebelum mengambil ponsel, matanya berbinar melihat seplastik rujak yang masih terbungkus rapat. Dengan sopannya, tanpa permisi dia membuka plastik rujak dan menaruhnya di piring plastik yang ada didekat sana. Air liurnya sedikit mengalir saat melihat sekumpuluan buah muda dengan sambal yang sudah diletakkan diatas piring.

Tanpa ragu-ragu dia mengambil seiris mangga dengan sambalnya dan mulai mengunyah. Tangan satunya mengambil ponsel dan memijit nomor yang sudah sangat dia hapal.

Tuuttt...

Nada sambung terdengar selama beberapa detik. Bosan menunggu jawaban dari seberang sana, Echa meletakkan begitu saja ponsel tersebut diatas meja dan kembali melahap rujak hingga ludes tanpa memperdulikan nada sambung yang telah terhubung dengan ponsel dirga disana.

"Halo?" ujar Dirga dari seberang sana.

"Halo?" Dirga mengulangi sapaannya. Tidak menyadari sambungan telpon telah terjawab dari seberang sana, Echa terus menikmati rujak milik dua satpam tersebut.

"Rujaknya enak..." ujar Echa sambil menjilati sisa bumbu rujak yang tersisa dijari-jarinya dan masih tidak menyadari suara Dirga yang terus menyapa dibalik ponsel.

Habis dengan rujaknya dan melupakan rencana awalnya untuk mendengar suara Dirga, Echa membuang bungkus rujak yang telah habis olehnya ke tempat sampah dan kembali mendekati kedua satpam tersebut.

"Makasih yak Pak Bambang"

"Iya Mbak Echa" tanpa rasa bersalah dan tidak mengatakan soal rujak yang telah dia makan, Echa berlalu begitu saja meninggalkan kedua satpam tersebut.

💛💛💛💛💛

Kembali ke tempat di mana Dirga bekerja, dia mengerutkan keningnya saat menerima panggilan telepon tanpa suara.

"Rujak? Apa maksudnya?" Dirga menatap layar ponsel yang baru saja terputus. Dia mencoba mendial nomor yang baru saja menelepon dirinya.

"Halo?" terdengar suara pria setengah baya dari ujung sana yang bernama Bambang.

"Pak Bambang tadi telepon saya?" tanya Dirga.

"Maaf ini siapa?"

"Saya Dirga. Tadi Bapak telpon saya, ada apa?" Dirga berjalan mendekati jendela, matanya mengamati pemandangan diluar sana.

"Ohh... bukan saya Mas, tapi Mbak Echa" jawab Bambang sambil mencari sesuatu yang hilang diatas meja.

'Run, rujak kita hilang!' teriak Bambang dari seberang sana.

"Echa? Dia di -"

Tuttt...

Telpon terputus begitu saja secara sepihak, Dirga menatapi layar ponselnya.

"Echa? Dia yang menelponku barusan?" Dirga berbalik, bersandar ditepi jendela. Tangannya mengepal ponsel dan mengetuk-ngetuk kedua bibirnya yang tertutup rapat. Memikirkan apa yang baru saja sedang terjadi. Selintas dia teringat kejadian tadi pagi, di mana pak Indra menghajar dirinya karena sebuah foto yang tidak dia mengerti sama sekali.

Dirga mengotak-atik menu pada ponsel, mencari icon galeri. Dia mengedipkan matanya berkali-kali, melihat beberapa foto dirinya yang Echa ambil tanpa sepengetahuannya.

"Ini?" setelah melihat beberapa foto dirinya yang tertidur pulas semalam dengan mengenakan kaos bermotif princess dan celana spongebob, jarinya menekan beberapa icon medsos mencari hal-hal yang mencurigakan lainnya. Dirga sempat terkejut saat melihat foto dirinya terkirim ke pesan bbm Rana pada pukul 11 malam.

"Siapa yang mengirim fotoku kepada Bu Rana? Apa karena foto ini yang membuat Pak Indra marah besar tadi pagi?" dia berpikir sejenak, mencerna semua kejadian yang terjadi beberapa hari ini dan kejadian yang baru saja terjadi. Senyum tipisnya perlahan terukir dari wajahnya, saat dia menyadari bahwa Echa mungkin saja berada didekatnya.

Dia kembali menekan phonebook diponselnya, mencari nomor Romi dan menekan tanda yes.

"Halo Rom" ujar Dirga setelah terhubung dengan Romi.

"Iya Dir, ada apa?"

"Sepertinya aku tahu dimana Echa berada" ujar Dirga dengan tersenyum miring seperti memikirkan ide brillian untuk menemukan Echa kembali.

💛💛💛💛💛

Echa berlari cepat setelah mengetahui kabar kecelakaan Dirga dari kedua satpam yang berada di pos apartemen. Mereka mengatakan kepada Echa kalau Dirga kecelakaan di tikungan jalan menuju apartemen dan sebuah truk besar menabrak dirinya hingga Dirga harus dilarikan ke rumah sakit saat itu juga.

Setelah mendapat kabar tersebut, dia bergerak cepat menuju rumah sakit dimana Dirga dirawat... langkah kakinya sempat terhenti, saat dia melihat Fadil keluar dari kamar inap dengan wajah yang sedikit kecewa.

"Sus, tolong hubungi keluarganya. Kalau pasien ini tidak bisa diselamatkan" samar-samar Echa mendengar permintaan Fadil kepada perawat yang baru saja keluar dari kamar inap yang sama.

Echa menggeleng tidak percaya, bahwa suaminya yang sangat dia cintai telah meninggalkan dirinya. Seakan sadar dengan situasi itu, dia berlari lagi menerobos masuk melewati Fadil yang berdiri di depan kamar inap tersebut.

"Mas..." ujar Echa lirih melihat satu jenazah di depan matanya, terbaring dengan seluruh tubuh yang ditutupi kain putih.

"Mas... bangun Mas... kenapa Mas meninggalkan aku dan anak kita, Mas... maafkan aku Mas... Hikhikhik..." tumpah sudah airmata Echa, dia menangis meraung-raung sambil mengguncangkan tubuh jenazah yang belum dia lihat sama sekali wajahnya. Fadil yang berdiri di depan kamar inap, kembali masuk melihat Echa yang menangis meraung-raung di depan jenazah.

"Kamu kenapa Cha?" tanya Fadil dengan nada bingung.

"Ini semua gara-gara dr. Fadil!! Kalau saja dokter tidak menyuruhku untuk bersembunyi, Mas Dirga tidak akan seperti ini... dia tidak akan meninggalkanku dan... anakku masih bisa merasakan kasih sayang dari papanya... hikhikhik" Echa berjalan cepat ke arah Fadil dan memukul dada Fadil yang terbungkus jas kedokteran. Pria itu semakin mengerutkan keningnya mendengarkan tiap kalimat yang diucapkan oleh Echa. Tanpa mereka sadari, seorang pria berdiri diambang pintu dengan tersenyum puas.

💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛

[TBC]

Jakarta, 18"08"16

~velove_girlie~

Yeeeyyy...akhir'a nyampe jg chapt 30, 😂😂😂

5 Chapt lgi END yeee... 😘😘😘

Happy ending or sad ending nee... 😂😂😂

Okey, see you next chapt yee 👋👋👋

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 19.7K 7
((Sebagian bab cerita di privat. Harap follow terlebih dahulu untuk membaca cerita yang lebih lengkap.)) Katanya, seberat apapun rintangan yang di ha...
89.3K 1.9K 24
[COMPLETED] (Rencana mau di Revisi kalo gak dihapus) Copyright by: Chandra ©2014 note: Dilarang mengcopy, menjual, atau mengubah, sebagian atau selu...
1.4M 115K 140
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
20.8K 2.1K 19
Jungkook might be cold outside but actually caring. ©arviossa_ cover ©pinterest