[03] Love Two Heart [Complete]

Por velove_girlie

224K 11.1K 1.4K

Lanjutan CSD (Cinta Semanis Duren) & Kasih Tak Sampai. Kehidupan rumah tangga Echa-Dirga, tidak seindah seper... Más

PROLOG
LTH [01]
LTH [02]
LTH [03]
LTH [04]
LTH [05]
LTH [06]
LTH [07]
LTH [08]
LTH [09]
LTH [10]
LTH [11]
LTH [12]
LTH [13]
LTH [14]
LTH [15]
LTH [16]
LTH [17]
LTH [18]
LTH [19]
LTH [20]
LTH [21]
LTH [22]
LTH [24]
LTH [25]
LTH [26]
LTH [27]
LTH [28]
LTH [29]
LTH [30]
LTH [31]
LTH [32]
LTH [33]
END
Epilog
Extra Part 1 => Fadil 'n Viola
Extra Part 2 => Kezia 'n Rafa
Extra Part 3 = Double Frey

LTH [23]

4.3K 307 94
Por velove_girlie

[VotMen Please]

"Pak Dirga pasti senang mengetahui kabar gembira ini, hanya pria bodoh yang tidak senang mendengarnya" celetuk Viola.

"Yaahhh... semoga saja" ujar Echa lemah. Dia benar-benar tidak yakin apakah ini kabar gembira untuk Dirga atau bukan? Melihat kejadian hari ini di Green Apple, tidak menutup kemungkinan kalau Dirga tidak akan bahagia mendengar kabar ini. Melihat sifat Dirga seperti itu... apakah mungkin, Dirga akan mengakui bahwa nyawa yang ada didalam perut Echa adalah anaknya? Terlebih lagi, Dirga telah menuduh dia selingkuh.

💛💛💛💛💛

Tiga jam setelah kepergian Fadil dan Viola dari apartemen. Erin mama Dirga mendadak datang ke sana. Echa duduk berhadapan dengan sang mertua, Erin menyesap teh manis dan sepotong pisang goreng. Wanita paruh baya yang terlihat masih cantik meskipun lipatan-lipatan tipis diwajahnya selalu setia menemaminya selama beberapa tahun ini, berjalan mendekati Echa dan duduk disebelahnya.

"Bagaimana kabar kamu sayang?" tanya Erin halus.

"Baik Ma, mama sendiri bagaimana?"

"Syukurlah... Mama juga baik. Apa suami kamu ada?"

Echa menggeleng, "tidak ada Ma, kenapa?"

"Tidak apa-apa. Cha, Mama ke sini... sebenarnya, Mama ingin minta sesuatu dari kamu"

Perasaan was-was mulai menggelayuti pikiran Echa. Entah kenapa hatinya tiba-tiba terasa tidak tenang. Erin datang secara mendadak tanpa pemberitahuan. Ditambah... Dirga yang belum kunjung datang.

"Permintaan apa Ma? Echa juga ingin mengatakan sesuatu kepada mama"

"Kalau begitu, kamu duluan yang katakan. Apa yang ingin kamu katakan?"

"Tidak, Mama dulu saja. Setelah itu aku akan mengatakannya" Echa memberikan senyum tipis kepada Erin disebelahnya.

"Baiklah kalau begitu" Erin menarik napas sebentar. Mencari kata-kata yang tepat untuk dia katakan. "Kamu tahu kan, Dirga anak satu-satunya mama. Penerus keluarga mama. Mungkin... kalau kamu memiliki anak, kamu pasti akan melakukan hal yang sama seperti mama..."

"Maksud mama?"

Huuuffttt...

Tampak keraguan dihati Erin, apakah dia harus mengatakannya kepada Echa. Erin tidak membencinya, Echa menantu yang baik. Tapi, sangat disayangkan Echa tidak memberikan mereka keturunan hingga detik ini. Itulah yang membuat Erin meminta Dirga untuk menikah lagi, karena dia ingin sekali menimang cucu seperti sahabat-sahabatnya yang sebaya dengannya.

"Usia mama sudah tidak muda lagi sayang, begitu juga dengan Dirga. Mama ingin sekali punya cucu dari kalian, tapi... selama kalian menikah tiga tahun, kalian sama sekali tidak memberikan kabar gembira ini kepada mama..." jeda sebentar, Erin kembali menyesap teh hangat. "Dirga sangat mencintai kamu, apapun yang kamu minta dia pasti menurutinya... Mama ingin kamu..."

"Apa Ma?" Echa mengerutkan dahinya, sedikit tidak mengerti dengan maksud ucapan Erin. Tapi, jujur saja... Dia juga takut mendengar kalimat selanjutnya dari mama mertuanya. Dia takut hal-hal negatif yang dia pikirkan tentang permintaan Erin akan dia dengar dari mulutnya.

"Berikan izin kepada Dirga untuk menikah lagi. Kamu tidak perlu takut Cha, Dirga tidak akan menceraikan kamu. Dia hanya perlu menikah dengan wanita lain dan memberikan mama seorang cucu. Mama sudah memintanya berkali-kali, tapi dia sama sekali tidak mendengarkan Mama"

Bagaikan tersambar petir disiang hari tanpa hujan, saat Echa mendengar permintaan gila dari mertuanya. Disaat rumah tangganya diambang kehancuran, mama mertuanya meminta dia untuk memberikan izin suaminya untuk menikah lagi?

"Echa?? Mama tahu ini tidak masuk akal. Tapi, kalau seandainya kamu berada di posisi mama. Kamu pasti -"

"Berikan aku waktu Ma, aku perlu mempertimbangkannya" Ujar Echa tanpa menoleh sedikit pun kepada Erin yang berada disebelahnya. Tanpa sadar Echa mengepal ujung kaos dengan sangat kuat, nafasnya terasa sesak setelah mendengar permintaan Erin.

"Baiklah, lalu apa yang ingin kamu katakan kepada Mama?"

"Lain kali saja akan Echa katakan" permintaan Erin membuatnya enggan untuk mengatakan tentang kehamilannya. Echa sama sekali tidak percaya kalau mama mertuanya meminta Dirga untuk menikah lagi dan selama ini Dirga tidak pernah mengatakannya?

Bagaimana kalau saat ini Echa tidak hamil? Apakah Dirga akan menuruti permintaan Mamanya, setelah dia menuduh dirinya selingkuh dengan Romi?

"Kalau begitu Mama akan ke rumah Shasa, Mama akan menginap disana. Sampaikan salam Mama kepada Dirga, besok Mama akan kembali ke Surabaya. Mama pulang dulu Cha" tanpa ingin mengantarkan Erin hingga pintu depan, Echa terus mematung di tempat dan membiarkan Erin keluar dengan sendirinya. Air mata yang dia tahan selama berjam-jam, mengembang di kelopak matanya. Echa mengerjapkan matanya sekali, membiarkan buliran air mata lolos jatuh membasahi kedua pipinya. Sebelum membuka pintu, Erin sempat melirik ke arah Echa. Melihat Echa masih terduduk dengan kaos yang kebesaran, tidak menyadari perubahan perut Echa yang tertutup kaos kebesaran. Lalu, dia putuskan untuk keluar saat itu juga.

'Jadi... Selama ini, Mas Dirga menyembunyikan semua ini? Kenapa Mas Dirga tidak mengatakan kepadaku mengenai permintaan Mama?'

Echa mematung disofa selama berjam-jam. Dia menoleh ke arah jam dinding, jarum pendek menunjuk angka 10 dan itu artinya Dirga belum pulang hingga jam 10 malam.

"Kenapa Mas Dirga belum pulang? Apa dia masih marah kepadaku? Bagaimana aku harus memberikan kabar gembira ini, jika Mas Dirga belum pulang?" tanya Echa pada dirinya sendiri. Dia berjalan mengambil tas kecil, mencari ponsel untuk segera menelepon suaminya.

"Dimana ponselku? Kenapa tidak ada?" dia berkali-kali memeriksa isi tasnya, berharap akan menemukan apa yang dicarinya. Dalam detik itu juga, Echa mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Ponselnya terjatuh dijalan, saat Romi menolong dirinya. Dirinya memang selamat dari kecelakaan, tapi ponselnya? Sungguh sangat malang, menggantikan Echa terlindas truk.

Setelah menyadari ponselnya tidak ada, Echa berjalan pelan menghampiri telepon yang berada disebelah televisi. Dia menekan nomor ponsel Dirga yang sudah sangat dia hapal diluar kepala.

Tuuutt... Tuuuttt... Tuuuttt...

Nada sambung terdengar ditelinganya, "Halo, Mas" sapa Echa saat menyadari sambungan telepon sudah terjawab dari seberang sana. Namun, dalam beberapa detik Echa sama sekali tidak mendengar jawaban dari Dirga disana.

"Siapa sayang?" tanya seorang wanita dengan suara amat lembut dari seberang sana. Detik itu juga, hati Echa terasa teriris dengan ribuan pisau yang baru saja diasah oleh seorang master chef.

"Bukan siapa-siapa" suara bas yang sangat Echa kenal, menganggap dirinya bukanlah siapa-siapa. Dan saat ini, Echa hanya menjadi pendengar dua orang yang saling bermesraan diseberang sana.

"Malam ini, kamu menginap disini kan? Aku sudah lama sangat merindukan kamu, tapi kenapa kamu baru datang..."

"Tentu sayang, malam ini aku akan menginap disini. Tentu saja bukan hanya malam ini... tapi, setiap malam aku akan tidur disini. Tidur bersama wanita yang sangat aku cintai dan tentunya... bukan wanita pembohong yang tega membohongi suam -"

Klik!!

Tanpa ingin menguping lebih banyak pembicaraan kedua insan disana, Echa langsung memutus sambungan teleponnya.

'Kenapa kamu melakukan ini Mas? Kenapa kamu tega kepadaku... aku berani bersumpah kalau aku tidak selingkuh dengan Pak Romi. Tapi, kamu... malah membalas perbuatan yang tidak pernah aku lakukan sama sekali...'

Hancur sudah hati Echa hingga berkeping-keping. Dia menyandarkan tubuhnya di dinding dan jatuh secara perlahan ke lantai. Echa melipat kedua kakinya hingga kedada, menenggelamkan wajahnya dikedua lututnya. Air mata yang sempat terhenti selama beberapa menit, kini tumpah kembali. Jatuh membasahi kedua lututnya yang terbalut celana panjang.

'Kenapa... kenapa ini harus terjadi? Disaat aku mendapat kabar gembira. Disaat aku tahu, aku memiliki seorang anak... Mas Dirga tega melakukan ini kepadaku...' Echa menangis terisak-isak sambil memukul pelan perutnya yang sedikit buncit. Bukankah kehadiran seorang anak seharusnya membuat dia bahagia? Tapi, dia tidak bahagia sama sekali setelah mendengar perselingkuhan Dirga dibalik telepon.

Echa mengangkat kepalanya, saat mendengar suara dering telepon terdengar didekat kepalanya. Dia mengangkat kepala, meraba telepon lalu mendekatkan ke telinga.

"Halo..." sapa Echa sambil berusaha menghapus air matanya dan menormalkan kembali suaranya yang terdengar sedikit serak.

"Echa, kamu baik-baik saja?" Fadil yang berada disana sedikit khawatir dengan keadaan Echa, sebab sebelum dia meninggalkan Echa sore tadi, wajah Echa terlihat sedikit pucat.

"Iya dok, saya baik-baik saja"

"Kamu sudah makan dan minum obat yang saya berikan bukan?"

"Sudah" jawab Echa singkat dan langsung menutup telepon secara sepihak. Kembali membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya dan menangisi dirinya.

💛💛💛💛💛

Romi yang masih berada di dalam rumah sakit tersenyum hangat melihat kedatangan Adelia. Gadis itu datang dengan membawa satu kantong plastik buah jeruk dan apel ditangan kanannya. Dia meletakkan plastik tersebut di meja dekat ranjang kecil yang dihuni oleh Romi seorang diri disana. Adelia menarik kursi, menaruhnya ditepi ranjang. Lalu, dia mendudukkan bokongnya dan duduk menghadap Romi yang tengah menyandarkan tubuhnya dibahu ranjang rumah sakit.

"Kamu sudah datang Del?" Romi langsung menggenggam kedua lengan Adelia, dia tersenyum lebar melihat Adelia. Meskipun, Adelia sama sekali tidak sedikit-pun tersenyum kepadanya.

"Kamu tahu Del, kakak sangat merindukanmu. Maafkan kakak, karena selama ini kakak -"

"Apa? Kakak? Apa maksud Pak Romi?" potong Adelia cepat, tidak memgerti dengan kalimat yang baru saja dilontarkan olehnya.

"Hmmm... maksud... maksud saya, saya ingin kamu memanggil saya kakak. Bukan dengan sebutan Bapak" Adelia sedikit mengerutkan dahinya, masih tidak percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Romi.

"Kenapa? Apa terasa aneh, kalau saya meminta kamu memanggil kakak?"

"Dan itu artinya... Pak Romi menolak saya? Jadi, apa yang saya lihat kemarin itu benar? Kalau Bapak... menyukai Echa, istri Pak Dirga" Romi menggeleng.

Bagaimana dia harus mengatakan kepada Adelia? Kalau mereka memiliki hubungan darah sebagai kakak dan adik. Andai saja, Adelia bukanlah adiknya... Romi pasti akan mencoba untuk mencintainya dan berusaha melupakan Echa. Walaupun, itu sangat sulit untuk dia lakukan. Tapi, secara jujur dengan kehadiran Adelia dapat membuat Romi secara perlahan melupakan Echa selama beberapa hari kemarin.

"Yang kemarin kamu lihat itu salah, saya memang memeluk Echa. Tapi, hanya untuk mengucapkan selamat atas kehamilannya. Saya memang mencintainya, tapi... Setelah saya tahu dia hamil, saya memutuskan untuk mundur. Benar-benar mundur..." Romi semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Adelia. Entah ada apa dengannya, dia yakin 100% kalau Adelia adalah adiknya yang hilang. Tapi, kenapa hatinya berkata harus menjelaskan semua itu kepada Adelia? Menjelaskan tentang hubungannya dengan Echa? Dan dia... sama sekali tidak ingin Adelia salah paham dan menjauhi dirinya.

"Adel, saya memang sayang sama kamu. Tapi -"

"Oh iya, Bapak pasti belum makan kan? Saya kupaskan apel untuk Bapak" Adelia bangkit dari duduk, dengan segera dia menjauhi Romi tanpa ingin mendengarkan kalimat selanjutkan yang ingin dikatakan oleh Romi. Dia mengambil satu buah apel dan mulai mengupas serta mengiris menjadi beberapa bagian.

Romi terus menatap Adelia yang sengaja memunggunginya, dari sini Romi dapat melihat punggung Adelia yang bergetar dan dapat dipastikan Adelia tengah menahan tangisnya tanpa ingin Romi melihatnya.

💛💛💛💛💛

Pagi ini, dengan cahaya matahari yang menyusup melalui celah jendela ruang tamu mencubit gemas tubuh Echa. Hingga membuat Echa tersadar dari tidur panjangnya semalam didekat telepon.

"Mas Dirga..." lirih Echa, saat pertama kali membuka kedua matanya. Dia bangun dengan tubuh yang sangat lemah. Echa berjalan tidak bertenaga mencari sosok Dirga diseluruh ruangan.

"Mas Dirga... jadi, semalam... Mas beneran tidak pulang??" dia kembali terisak saat dirinya tidak menemukan pria yang sangat dicintainya di dalam apartemen. Echa kembali ke ruang tamu, mencoba menelpon Dirga.

Tuuuttt... Tuuuuttt...

Nada sambung berbunyi dari ujung sana.

"Halo?" lagi dan lagi, hatinya kembali teriris saat mendengar suara seorang wanita yang terdengar serak dan seksi dari ujung telpon sana yang menjawab panggilan teleponnya.

"Siapa sayang?"

Mas Dirga...

"Tidak tahu Mas" jawab wanita itu dengan nada sedikit manja.

"Sudahlah, matikan saja. Bagaimana kalau kita lanjutkan yang semalam saja? Kita lanjutkan hingga beberapa ronde?" suara bas yang selalu membuat Echa merindukannya, kini sangat terasa asing di indera pendengerannya.

"Bisa aku... bicara dengan Mas Dirga... sebentar?" sekuat hati Echa mengatakannya, berusaha menahan tangisnya yang mulai berjatuhan secara berlomba-lomba dari kelopak matanya.

"sayang, dia ingin bicara dengan kamu" ujar wanita itu dari seberang sana.

"Halo!! Ada apa? Kenapa pagi-pagi seperti ini mengggangu kam -"

"Aku... aku kecewa dengan kamu Pak Dirga. Kamu membalas perbuatan yang tidak pernah aku lakukan sama sekali. Tanpa memberikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Apakah seperti ini kamu menyelesaikan semua masalah kita?" suara Bas diujung telepon terdiam mendengar kata-kata Echa, suaranya yang terdengar serak seperti habis menangis. Dan... ini kedua kalinya Echa memanggilnya dengan sebutan 'Bapak' menandakan kalau dia benar-benar kecewa kepadanya.

Tanpa ingin melanjutkan ucapannya, Echa jatuh merosot bersandarkan dinding. Dia kecewa, terlalu amat kecewa kepada Dirga. Mengapa suaminya tega melakukan itu? Melalui pendengarannya, dia jelas-jelas mendengar Dirga tidur bersama wanita lain dan ada kemungkinan mereka telah...

Echa menangis terisak-isak, masih memegang telepon yang tersambung dengan dua insan disana. Dia menggeleng cepat, memikirkan yang tidak-tidak.

"BAGAIAMANA MUNGKIN KAMU MELAKUKAN INI KEPADAKU??!!"

Praaannggg!!!

Echa membanting telepon dengan sekuat tenaga, hingga telepon itu jatuh berkepingan dan tidak berbentuk lagi.

💛💛💛💛💛

Pintu terbuka dari luar, Dirga melangkah memasuki ruang tamu. Sesekali dia melirik Echa yang duduk terpuruk disebelah meja tivi. Dia menghempaskan tubuhnya duduk disofa sambil melepaskan dua kancing kemeja bagian atasnya tanpa memperdulikan Echa yang kini tengah menatapnya penuh kebencian.

"Darimana saja kamu Mas?!" teriak Echa, berjalan cepat menghampiri Dirga yang duduk disofa tanpa rasa bersalah.

"Apa harus aku jelaskan? Kamu dengar sendiri kan? Semalam aku bersama siapa? Dan tadi kamu juga dengar kan? Apa aku harus menceritakan kalau semalam aku bercinta dengan -"

Plaaakkk!!!

"Brengsek kamu Mas!! Kenapa kamu melakukan ini kepadaku??!! Kenapa??!! Apa salah aku sama kamu?!" bertubi-tubi Echa terus memukul Dirga dengan sekuat tenaga, airmatanya kembali tumpah. Sudah berapa banyak air mata yang dia tumpahkan untuk suaminya selama dua hari ini?

Dirga mencengkeram kuat lengan Echa dan memberinya tatapan tajam. "SALAH KAMU??!! KAMU INGIN TAHU APA SALAH KAMU??!! BERPELUKAN DENGAN PRIA SIALAN ITU!! APA BUKAN SUATU KESALAHAN?! MENGIKUTI PRIA ITU HINGGA KE HALTE BIS, TAPI APA YANG KAMU KATAKAN KEPADAKU SAAT ITU?! MENUNGGUKU DI HALTE BIS, HAH?! MEMPERHATIKAN PRIA ITU MEMEGANG TANGAN ADELIA, HINGGA KAMU TIDAK MENYADARI KEHADIRANKU!! MENGATAKAN CINTA KEPADAKU, TAPI KEDUA MATA KAMU FOKUS MELIRIK DIA!! BENARKAN?! DAN..." Dirga melepas tangan Echa sebentar. Lalu, tangannya merogoh sesuatu di balik sarung bantal sofa.

"INI!! APA MAKSUD DARI FOTO INI, KATAKAN!!" Dirga melempar beberapa lembar foto, dimana terdapat gambar Romi memeluk Echa saat pertama kali Romi menemukan Echa dikampus, melempar tepat ke wajah Echa. Dengan tubuh bergetar, Echa setengah berjongkok mengambil foto yang dimaksud Dirga.

"SEKARANG KATAKAN DIMANA LETAK KESALAHAN AKU?! AKU YANG SELALU MENURUTI KEINGINAN KAMU!! AKU SELALU BERPURA-PURA TIDAK MENGETAHUI KEBOHONGAN KAMU!! DEMI KAMU AKU MERUBAH SEMUA SIFAT EGOIS AKU DAN MENGIKUTI SIFAT KEKANAK-KANAKAN YANG KAMU MILIKI, HINGGA SEMUA ORANG MENGATAKAN AKU BODOH!! TAPI, APA YANG AKU DAPAT?! KAMU MEMBOHONGIKU MENTAH-MENTAH!!" Jeda sebentar, dia melihat Echa menunduk memperhatikan foto yang baru saja dia lempar ke wajahnya.

"Dan sekarang... Hanya karena aku tidur dengan wanita lain, kamu menghakimiku seperti itu? Apa tidak salah? Kamu yang memulai semuanya Cha. Tapi, kamu -"

"Katakan kepadaku, siapa wanita itu?" potong Echa cepat, tanpa menatap wajah Dirga yang terus menunduk melihat dirinya.

"Marissa, dia mantan kekasihku" ujar Dirga mantap.

Echa menelan salivanya, sebelum dia melanjutkan pertanyaan berikutnya. "Mantan kekasih? Apa yang kalian lakukan semalam? Apa kalian ber... ber... " tampak keraguan ditiap kalimat yang ingin dia tanyakan. Mata elang Dirga terus mengamati wajah Echa yang menunduk ke lantai. Satu tangannya meremas ujung pakaian, sedangkan tangan lainnya mengepal, meremas foto dirinya dan Romi.

"Aku bercinta dengannya semalam. Seperti yang aku lakukan kepadamu setiap malam, percintaan yang dilakukan sepasang suami ist -"

"Apa kamu berencana ingin menikahinya?"

"Apa kamu tuli? Aku sudah bercinta dengannya, sudah pasti aku akan menikahinya dan memiliki anak dari -"

"Ceraikan aku..."

GLEK!!

Dua kalimat Echa yang memotong kalimat Dirga, membuat jantung Dirga berhenti berdetak saat itu juga. Apa dia tidak salah dengar? Echa meminta cerai darinya. Dunianya seakan berhenti berputar, ribuan kalimat makian dan cacian yang telah dipersiapkan untuk Echa menghilang begitu saja dari benaknya. Tangannya terasa kaku untuk memyentuh pundak istrinya, selama dua hari dia marah kepadanya, tak pernah sedikitpun dia berpikir bahwa Echa akan memintanya cerai akibat pertengkaran mereka. Bukan... Bukan karena pertengkarannya, melainkan karena ucapan Dirga yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya akan berdampak pada rumah tangganya.

"Ceraikan aku, sebelum kamu menikah dengan wanita lain" ujar Echa, masih menundukkan wajahnya. Tanpa memberikan kesempatan kepada Dirga untuk menyentuh pundaknya.

"Cha, aku tidak bermaksud..." tatapannya nanar, melihat Echa yang tidak begitu memperdulikan ucapannya. Wanita itu berlalu darinya, meninggalkan dirinya tanpa memberikan kesempatan kepadanya untuk melanjutkan ucapannya. Tanpa ingin memperpanjang masalah, Dirga hanya bisa membiarkan Echa berlalu darinya, masuk kedalam kamar.

Pria itu merebahkan dirinya disofa, membuang nafasnya kesembarang tempat. Selang beberapa menit, dia melihat Echa keluar dari kamarnya dengan menggerek koper ditangan kanannya.

"Kamu mau kemana?" pria itu bangkit dari posisinya, berjalan mendekati istrinya. Tidak ada jawaban yang dia terima, Echa terus berjalan hingga tangannya berhasil memegang knop pintu untuk membukanya, namun... Dirga mencegah usahanya untuk membukanya.

"Echa!! Hanya gara-gara ini kamu ingin pergi meninggalkanku?! Tidak bisakah kita menyelesaikan masalah ini secara dewasa?! Jangan kekanak-kanakkan seperti ini!"

"Kekanak-kanakkan?? Kamu bilang ini kekanak-kanakkan?! Mas!! Cukup mas, cukup!! Selama ini aku selalu mengalah, aku selalu diam disaat mas marah kepadaku!! Setiap kita bertengkar, mas tidak pernah memberikanku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Dan aku? Lagi-lagi aku hanya diam dan mengalah, apa itu dibilang kekanak-kanakan??"

"Cha..." Echa menepis tangan Dirga kasar, tangan Dirga yang berusaha menyentuh pundaknya.

"Maaf"

"Selalu kata-kata itu yang Mas ucapkan. Tapi, berulang kali mas selalu mengulanginya..." setitik air mata perlahan mulai berjatuhan dari kedua matanya.

"Cha..."

"Maaf mas, selama ini aku selalu mengalah. Tapi, untuk yang satu ini... aku tidak bisa mengalah. Aku tidak bisa berbagi suami dengan wanita lain" setelah Echa berhasil membuka pintu, dia langsung melangkah keluar berjalan menuju lift.

💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛

[TBC]

Jakarta, 31"07"16

~velove_girlie~

Hayooo... Echa jdi pergi ga tuch?? 😂😂😂

Sumbang donk, nma bwt Dirga 'n Echa... 2 nama cwe ye. Daku ga bsa biqn nma yg lucu 'n unik... Bru dpt 2 nma cwo FreiGa 'n Dirzha, nma Dirzha sumbngan dr salah satu reader ksayangan q, makasih yooo... Tp daku blm dpt nma lengkp'a...

Btw, dsni da 2 kubu ye? Kubu Romi 'n Dirga 😂😂😂

Kubu Romi, merapat ksni yee...

Klo kubu Dirga merapat ksni...

Daku pngn tw sapa yg da dkubu mreka 😂😂😘😘

Ud ahh, see you next chapt 👋👋👋

Seguir leyendo

También te gustarán

3M 93.4K 65
"memutuskan untuk pergi.. saat sudah sejauh ini.. memang berat.. berat banget.. tapi harus!" - Azeela Keyra Aldals "jaga sesuatu yang kamu punya! ka...
3.4K 402 23
Siapa yang tahu? Takdir Tuhan membawa Caka dan Jeje bertemu kembali setelah 10 tahun tak bertatap muka. Mereka dipertemukan oleh takdir yang entah ak...
97.2K 1.7K 10
Braja dan Indhira adalah teman dari SMP hingga sekarang. Braja tidak pernah melupakan Indhira di setiap hal apapun dan begitu juga sebaliknya tapi ta...
115K 7.6K 34
Di mata kaum hawa, Nathan adalah sosok sempurna yang mampu membuat perempuan mana pun bertekuk lutut padanya. Di balik kesempurnaannya, Nathan merasa...