Beautiful Days [Completed]

Galing kay Chapearce

53.1K 3.9K 276

Im Na Yeon. Diumurnya yang masih 18 tahun, ia harus menghadapi berbagai macam masalah yang datangnya dari ora... Higit pa

Come Late Again!
Who? Park Chanyeol?
Records Missing
Embarrassing
Find
Heartbeat
Kobaek [Pengakuan : Seo Ji Eun]
Don't Think You're Alone
New Problem
Dating or not?
Holiday
Disappear
Love Confession
Flashdisk
Jealous[1]
Jung Soojin x Im Nayeon
Unexpected
He will Go
Dating with Chanyeol
Jealous[2]
Allow
FYI
Is This Fate?
Ekstra Chapter - I Will Not Forget This Night
FYI [2]
FYI [3]

What's Wrong?

3.3K 192 0
Galing kay Chapearce

"Neo gwenchana?"

Aku terdiam ketika mendengar suara seorang namja dari arah kiriku. Aku menoleh ke sumber suara dan kudapati seorang namja berambut coklat tua yang sedang berdiri tidak jauh dariku sambil tersenyum dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku celananya.

Aku terkejut melihat kehadiran dirinya disini. Sejak kapan dia ada disini? Apa dia mendengar pembicaraanku dengan Soojin?

"Park Chanyeol? Sejak kapan kau ada disini?"

"Hmm... sejak kau beradu mulut dengan Jung Soo Jin."

"Jadi kau mendengar semuanya?"

"Aku sudah berusaha untuk tidak mendengar pembicaraanmu dengan Soojin. Tapi kalian berbicara terlalu keras. Jadi, mau tidak mau aku harus mendengarnya sampai akhir." Chanyeol tersenyum padaku. Aku menghembuskan nafas beratku.

"Katakan saja kalau kau sudah mendengar semuanya. Kenapa harus bertele-tele seperti itu? Hhh.. ya sudahlah kalau kau sudah mendengarnya."

Aku berbalik dan melangkahkan kakiku menuju pintu yang berada lumayan jauh di depanku.

"Chakamman..." Aku menghentikan langkahku ketika sebuah tangan yang cukup besar menggenggam pergelangan tanganku.

"Mwo?"

"Kau tidak marah padaku? Aku kan sudah mendengar semua pembicaraanmu dengan Soojin."

"Ani. Untuk apa aku marah padamu? Yang aku bicarakan dengan Soojin hanyalah hal biasa. Sudahlah aku ingin ke kelas." Kataku. Chanyeol sudah melepaskan tanganku sejak tadi. Aku pun kembali melangkahkan kakiku. Namun, lagi-lagi Chanyeol menahan tanganku.

"Hah... kau ini! Sudah ku bilang aku tidak marah padamu! Kenapa kau me---" Ucapanku terpotong ketika Chanyeol tiba-tiba saja menarikku ke balik dinding sampai kami jatuh terduduk di dekat tumpukan kardus. Aku mengernyit bingung. Kemudian aku bertanya padanya tanpa mengeluarkan suara. Hanya melalui gerakan bibir saja.

"Ada apa?" Chanyeol sepertinya mengerti apa yang aku ucapkan dengan melihat gerakan bibirku. Dia pun langsung menjawabnya dengan gerakan bibir juga. Aku dapat mengerti ucapannya. Chanyeol bilang, ada penjaga sekolah di atap ini. Aku baru teringat. Kalau penjaga sekolah memang biasa memeriksa dan mengunci gudang yang letaknya berada di atap sekolah.

"Aww..." Aku meringis ketika tangan kiriku tidak sengaja menyentuh batu-batu berukuran kecil yang lumayan tajam di ujungnya.

Spontan, Chanyeol langsung membekap mulutku dan memelukku semakin erat. Bahkan jarak antara kami sudah tidak terbendung lagi. Untung saja, aku dan Chanyeol sama-sama menunduk. Jika tidak, entahlah. Mungkin aku tidak akan sanggup menatap wajahnya dalam jarak sedekat ini.

"Siapa disana?" Aku menggigit bibir bawahku ketika mendengar suara penjaga sekolah itu. Apalagi, saat mendengar langkah kakinya yang semakin dekat ke arahku dan juga Chanyeol. Bagaimana jika nanti kami ketahuan? Apa yang akan kami katakan pada penjaga sekolah itu? Oh, baiklah. Sekarang aku sedang bersama Park Chanyeol si peringkat satu. Dia pasti punya berjuta-juta alasan yang masuk akal di otaknya. Kenyataan itu membuatku sedikit lega.

"Ahjussi, kau diminta kepala sekolah untuk menemuinya di ruangannya sekarang."

"Ne.. aku segera kesana."

Aku mendengar langkah kaki penjaga sekolah itu semakin menjauh. Sepertinya dia langsung pergi ke ruangan kepala sekolah setelah mendapat pemberitahuan dari orang yang entah siapa aku tidak mengenali suaranya.

Setelah merasa bahwa penjaga sekolah itu benar-benar sudah pergi, aku dan Chanyeol menghembuskan nafas lega dan merenggangkan sedikit jarak diantara kami. Aku mendongak. Dan hal itu membuat mataku dan matanya Chanyeol menjadi bertemu. Tanpa ku sadari, ternyata Chanyeol masih merangkul bahuku.

Tiba-tiba saja hening menyelimuti kami. Perlahan Chanyeol tersenyum padaku. Kali ini dia memberikan senyuman terbaiknya. Entah kenapa, aku merasa terhipnotis begitu saja ketika melihat senyumnya. Dia menjadi dua kali lebih tampan saat tersenyum. Aigoo.. Nayeon-ah! Sadarlah! Apa yang baru saja kau katakan?! Kau memuji Chanyeol?

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan mulai menyadarkan kembali pikiranku. Aku berdiri dan merapihkan seragamku yang sedikit berantakan.

"Yang tadi itu hampir saja ya. Untung kau bertindak cepat. Jika tidak, mungkin kita akan ketahuan." Kataku sambil terkekeh kecil. Chanyeol ikut berdiri dan merapihkan seragamnya.

"Kalau begitu, kau berhutang budi padaku."

"Mwo?"

"Aku mau kau mentraktirku makan daging sebanyak lima kali."

"Ya!! Aku tidak pernah bilang kalau aku berhutang budi padamu. Lagi pula, jika tadi kita ketahuan, kita pasti akan di hukum sama-sama. Kau berkata seperti itu seolah-olah hanya aku yang akan di hukum jika ketahuan!"

"Aku ini si peringkat satu. Jika tadi kita ketahuan, aku punya banyak alasan yang masuk akal untuk aku katakan. Yang pastinya, hanya alasan untuk diriku sendiri. Sedangkan kau? Apa yang bisa dilakukan oleh si peringkat 126?" Chanyeol menatapku dengan senyum mengejek. Menyebalkan!

"Aigoo... kau sombong sekali. Ya!! Aku ini sebelumnya peringkat 131 setelah itu peringkatku naik jadi 126. Apa kau pikir untuk menaikan lima peringkat itu tidak membutuhkan usaha? Aku belajar sampai tengah malam untuk mendapatkannya!" Kataku sedikit menyombongkan diri. Chanyeol terkekeh mendengar ucapanku. Aku mengernyit bingung. Apa aku baru saja mengatakan hal yang lucu?

"Kalau begitu, kau harus tidak tidur selama dua puluh empat jam untuk mendapatkan peringkat satu. Sudahlah, ayo kita ke ruang kesehatan."

Apa? Tidak tidur selama dua puluh empat jam? Yang benar saja! Bicara apa orang ini?! Kalau memang itu yang selama ini dia lakukan, kenapa tidak ada lingkaran hitam di sekitar matanya? Kurasa... dia mempermainkanku.

Kami berjalan menuruni tangga sampai ke lantai tiga dimana kelas kami berada. Suasana di dalam gedung sekolah sangat sepi. Hanya ada beberapa murid saja yang berlalu lalang. Hah.... sepertinya aku akan menerima hukuman lagi. Satu dari Kim-saem karena aku terlambat datang dan satunya lagi dari Nam-saem karena aku tidak ikut pelajaran Bahasa Korea. Hari ini kesialan sedang menimpa diriku! Benar-benar menyebalkan!

Langkahku terhenti di depan ruang kesehatan ketika Chanyeol tiba-tiba saja berdiri di depanku. Aku menatapnya bingung.

"Aku kan sudah bilang kalau kita ke ruang kesehatan dulu. Sekarang kau masuk lalu obati tanganmu." Kata Chanyeol. Matanya mengarah pada tangan kiriku yang memerah.

"Gwenchana. Tanganku sudah tidak sakit kok. Lebih baik sekarang kita ke kelas saja. Aku tidak mau di hukum lagi."

"Kau ini sungguh keras kepala! Sudah sana masuk! Kau tidak usah khawatir soal hukuman. Aku akan mengurus semuanya. Dan kujamin, kau tidak akan di hukum."

"Jin--jja?" Tanyaku ragu. Chanyeol mengangguk. Kemudian menyuruhku masuk ke dalam ruang kesehatan. Aku pun membuka knop pintu dan memasuki ruang kesehatan yang kemudian diikuti oleh Chanyeol yang berada di belakangku.

Aku melihat seorang wanita paruh baya dengan jas putihnya sedang terduduk di sebuah kursi sambil menulis sesuatu di sebuah kertas.
Aku dan Chanyeol menunduk sopan. Kemudian tersenyum ke arahnya.

Setelah keluar dari ruang kesehatan, aku terus memasang wajah kesalku dan sama sekali tidak mengajaknya bicara. Aku hanya berjalan mengikutinya di belakang. Kekesalanku yang sempat mereda, kini mulai membuncah kembali. Ingin sekali rasanya aku memukul kepala pria yang ada di hadapanku ini dengan sekuat tenaga!

Chanyeol menghentikan langkahnya yang membuatku juga ikut menghentikan langkahku.

"Kenapa kau berjalan di belakangku? Dan kenapa kau terus memasang wajah kesal seperti itu? Kau tidak senang karena aku telah membantumu?" Kata Chanyeol sambil mengangkat sebelah alisnya. Tak lama, dia tersenyum padaku. Sekarang aku mengerti, kenapa banyak murid di sekolah ini yang menyukainya.

"Apa aku harus senang saat mendengar alasan konyolmu itu, Park Chanyeol? Kau sengaja membuatku malu, eoh? Entah apa yang dokter itu pikirkan tentang diriku."

Aku kembali melanjutkan langkahku dan kali ini, aku berjalan mendahuluinya. Aku benar-benar tidak habis pikir dengan alasan yang Chanyeol katakan kepada dokter tadi! Dia mengatakan bahwa tanganku yang memerah ini, karena dipukul oleh ibuku sebagai akibat dari perbuatanku yang telah mengambil uangnya tanpa sepengatahuannya. Hah! Yang benar saja! Secara tidak langsung dia mengatakan bahwa aku ini pencuri!

Bukan hanya itu, dia juga mengatakan bahwa aku selalu mengulangi perbuatan burukku itu. Dia mengatakannya seolah-olah dia sangat tahu tentang diriku. Padahal baru kali ini aku mengobrol dengannya.

Aku semakin mempercepat langkahku. Tidak peduli dengan Chanyeol yang kini berada di belakangku. Mungkin sekarang dia sedang menertawaiku. Atau mungkin... dia sedang menyesali perbuatannya?
Tapi sepertinya, kemungkinan yang kedua itu mustahil.

"Imut." Aku terhenyak ketika mendengar suara Chanyeol dari arah kananku. Entah sejak kapan dia sudah berdiri di sampingku. Aku menatapnya dengan tatapan bingung.

"Mwo?"

"Kau sangat imut jika sedang kesal seperti ini."

Aku terdiam sesaat untuk mencerna kata-kata Chanyeol. Apa dia sedang mengejekku sekarang? Maksudku, Kyungsoo saja selalu mengatakan bahwa wajahku semakin terlihat jelek jika sedang kesal.
Aku pun terkekeh setelah menyadarkan kembali pikiranku.

"Ya, Park Chanyeol! Kau sedang mencoba merayuku ya?"

"Wah.. kau percaya diri sekali. Memangnya kau pikir, hanya kau wanita yang aku bilang imut? Aku juga mengatakannya kepada semua wanita yang ada di sekolah ini." Chanyeol tersenyum mengejekku. Aku langsung menghentikan kekehanku. Sial! Kenapa aku jadi percaya diri seperti ini?

"Tidak heran jika banyak wanita di sekolah ini yang mengatakan kalau kau seorang playboy. Dan anehnya, mereka masih saja mendekatimu."

"Mau bagaimana lagi, wajahku ini kan tampan. Wajar saja jika mereka masih ingin mendekatiku." Aku terkekeh pelan mendengarnya. Benar-benar tidak kusangka, Chanyeol itu orangnya sangat percaya diri. Tapi, memang benar sih kalau dia itu tampan.

Tidak lama, aku dan Chanyeol sudah sampai di dekat kelas. Bisa ku dengar di dalam sana, ada Nam-saem yang sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Korea.

Entah sejak kapan, keringat dingin mulai menyelimuti tubuhku. Aku benar-benar merasa bingung dan takut sekarang! Alasan apa yang akan aku berikan kepada Nam-saem?!

"Sekarang kau masuk duluan. Aku akan menunggu di sini selama sepuluh menit, setelah itu aku baru masuk. Kau katakan saja pada Nam-saem kalau kau baru saja dari ruang kesehatan." Kata Chanyeol. Aku pun mengangguk dan mulai menggeser pintu kelas sedikit demi sedikit.

Setelah pintu terbuka, seluruh teman-teman sekelasku memperhatikanku yang masih berdiri di depan pintu kelas. Aku pun membungkukan badanku kepada Nam-saem yang kini juga tengah memperhatikanku dengan tatapan lembutnya. Nam-saem memang guru yang sangat baik dan juga lembut. Meski begitu, aku tidak ingin membuatnya marah.

"Choesonghamnida." Kataku dengan suara yang rendah. Aku pun menutup kembali pintu kelas dan berjalan menuju tempat dudukku. Kulihat Kyungsoo dan Hyerin yang menatapku dengan tatapan penasaran. Apalagi, saat melihat pergelangan tanganku yang di perban.

"Im Na Yeon, kau dari mana saja?"

"Dari... ruang kesehatan, saem."

"Kau sakit? Kenapa tidak istirahat saja di ruang kesehatan?"

"A-ah.. gwenchanseumnida, saem. Aku sudah merasa baikan sekarang."

"Baiklah kalau begitu. Sekarang, kita lanjutkan lagi pelajarannya. Tolong perhatikan ke depan dan jangan ada yang mengantuk ataupun tertidur! Sebentar lagi kalian akan ujian semester. Jadi kalian harus fokus pada pelajaran! Mengerti?"

"Ne..."

Nam-saem kembali menerangkan materi yang sempat terhenti karena kedatanganku. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang Nam-saem terangkan di depan papan tulis karena aku sudah ketinggalan beberapa materi sebelumnya. Kalau sudah seperti ini, aku pasti akan meminta bantuan Kyungsoo untuk menjelaskannya dari awal hingga akhir.

Tidak lama kemudian, suara pintu bergeser kembali terdengar. Teman-teman sekelasku termasuk aku, menolehkan kepala ke sumber suara. Nam-saem pun harus kembali menghentikan penjelasannya.

Terlihat seorang namja berambut coklat tua dari balik pintu. Aku baru ingat kalau Chanyeol tadi sempat menunggu di luar selama sepuluh menit setelah aku memasuki kelas.

Yah.. aku dan Chanyeol memang sengaja melakukan rencana seperti ini. Sangat tidak mungkin kan kalau kami masuk kelas secara bersama? Apa yang akan di pikirkan oleh teman-teman dan guru nanti? Bisa-bisa mereka salah paham.

Setelah membungkukan badan, Chanyeol segera berjalan ke tempat duduknya dan Nam-saem kembali melanjutkan aktivitas mengajarnya.
Aku sempat bingung. Kenapa Nam-saem tidak bertanya macam-macam pada Chanyeol? Apa karena dia sudah tau Chanyeol pergi kemana?

Setelah dua jam pelajaran Bahasa Korea berlangsung, akhirnya bel makan siang pun berbunyi. Nam-saem segera mengakhiri penjelasannya ketika bel berbunyi.

"Baiklah kita selesaikan sampai disini dulu. Jangan lupa belajar untuk ujian semester, eoh?" Kata Nam-saem sebelum keluar dari kelas.

"Ne..."

"Park Chanyeol, tolong temui aku di ruang konseling sekarang."

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Chanyeol. Memang bukan hal yang aneh lagi jika seorang guru meminta muridnya untuk menemuinya di ruang guru ataupun ruang konseling. Tapi yang membuatku bingung, hanya Nam-saem lah yang selalu meminta Chanyeol untuk menemuinya jika Chanyeol telat masuk kelas ataupun setelah kelas Bahasa Korea berakhir. Sampai-sampai beredar rumor kalau Nam-saem menyukai Chanyeol.

Meskipun terdengar aneh, tapi aku sedikit mempercayainya. Wajah tampan yang dimiliki Chanyeol memang bisa membuat hati wanita siapa saja terpikat oleh pesonanya. Bisa saja kan Nam-saem terpikat oleh pesona seorang Chanyeol? Dan entah kenapa.... aku jadi sering memujinya seperti ini.

Setelah Nam-saem keluar dari kelas yang diikuti oleh Chanyeol di belakangnya, Hyerin segera menghampiri mejaku dan mengajakku serta Kyungsoo untuk makan siang.

Hyerin dan Kyungsoo terus menerus menarik-narik tanganku. Tapi aku masih berdiam diri, tidak bergeming.

Aku melihat Soojin yang berada tak jauh dariku sedang berkutat dengan buku-bukunya. Meskipun dia menyebalkan, tapi dia tetaplah sepupuku. Aku suka merasa kasihan padanya ketika melihat dia belajar begitu keras sampai-sampai tidak memperhatikan dirinya sendiri.

Soojin tidak pernah meluangkan waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna. Sepanjang hidupnya dia habiskan untuk belajar. Tak heran jika dia sekarang menjadi salah satu murid terpintar dan berprestasi di sekolah walaupun kepintarannya belum mampu mengalahkan Chanyeol.

Soojin terus memegang perutnya dengan tangan kirinya. Aku tau, dia pasti sedang lapar sekarang. Dan aku juga tau, akhir-akhir ini dia pasti belajar sangat-sangat keras karena sebentar lagi ujian semester akan berlangsung. Terbukti dengan lingkaran hitam di sekitar matanya yang mulai muncul dan juga tubuhnya yang semakin kurus.
Aku pun berjalan menghampirinya. Hyerin dan Kyungsoo hanya mengikutiku sambil memasang wajah bingung.

"Kau tidak makan?" Tanyaku pada Soojin. Namun Soojin hanya diam dan tidak mempedulikanku.

"Aku tau kau sibuk belajar. Tapi setidaknya kau luangkan waktumu beberapa menit untuk makan." Soojin masih diam dan hanya fokus pada bukunya.

"Apa hanya nilai dan peringkat yang kau pikirkan? Apa kau tidak pernah memikirkan kesehatanmu?"

Perlahan Soojin mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk karena sedang membaca buku. Soojin tidak menatapku. Dia hanya menatap lurus ke arah papan tulis yang ada di hadapannya. Kemudian menutup bukunya dengan kasar hingga membuatku terkejut. Tidak hanya aku, Kyungsoo dan Hyerin pun ikut terkejut mendengarnya.

Soojin merapihkan buku-bukunya. Kemudian berdiri dari kursinya dan menatapku dengan tatapan sayu. Aku jadi semakin prihatin melihat kondisinya sekarang. Mata bulan sabitnya yang indah serta tatapan tajam matanya seakan hilang begitu saja ketika aku melihat tatapan matanya yang sayu serta lingkaran hitam di sekitar matanya. Entah apa yang membuatnya menjadi terobsesi dengan nilai dan peringkat. Aku merasa kehilangan Soojin yang dulu.

"Apa kau tau betapa pentingnya waktu untukku? Kau sudah mengganggu waktu belajarku. Dan aku minta, sebaiknya kau tidak usah lagi 'sok' peduli padaku." Kata Soojin. Dia melangkah keluar kelas sambil membawa beberapa buku di tangannya.

"Dasar manusia tidak tau terima kasih! Seharusnya dia bersyukur punya sepupu yang peduli dan perhatian sepertimu. Kalau aku jadi kau, aku tidak akan pernah mau menganggap dia itu sepupuku! Dan aku juga tidak akan membuang-buang waktuku hanya untuk memperhatikannya! Hah! Benar-benar manusia tidak tau di untung!" Kata Hyerin. Aku hanya tersenyum kecil mendengarnya. Sejujurnya, aku ingin melakukan apa yang Hyerin katakan padaku. Tapi entah kenapa, aku tidak bisa melakukannya. Bukan tidak bisa, tapi aku memang tidak mau melakukannya.

"Sudahlah, daripada kita membuang-buang waktu hanya untuk membicarakan orang lain, lebih baik kita ke kantin saja. Perutku sudah sangat lapar." Kata Kyungsoo sambil memasang wajah melasnya. Aku terkekeh.

"Ayo kita ke kantin!!" Seruku sambil menggandeng kedua lengan sahabatku.

***

Kantin sudah sangat ramai di penuhi oleh murid-murid yang sedang makan siang. Aku, Kyungsoo dan Hyerin ikut mengantri di belakang untuk mendapat jatah makan siang kami. Aku bersyukur karena antriannya tidak terlalu panjang. Sejujurnya, aku juga sudah sangat lapar seperti Kyungsoo.

Antrian sudah mulai memendek. Aku tidak sabar untuk mendapat jatah makan siang. Tapi sialnya, tiba-tiba saja aku mendapat panggilan alam yang membuatku mau tidak mau harus pergi ke toilet.

"Kyungsoo-ya, Hyerin-ah... tolong ambilkan jatah makan siangku, eoh? Dan pastikan kali ini kalian tidak memakan sosisku. Aku harus pergi ke toilet." Kyungsoo dan Hyerin mengangguk. Aku pun langsung ngacir berlari menuju toilet.

Setelah selesai, aku merapihkan rambut panjangku yang sedikit berantakan. Sebuah ikat rambut berwarna baby pink ku keluarkan dari dalam saku bajuku.

Aku mengikat cepol rambutku dan ku biarkan beberapa helai terjatuh di sisi kanan dan kiri.

Di depan toilet saat aku hendak kembali ke kantin, aku tidak sengaja melihat seorang namja yang ku ketahui adalah sahabat dekatnya Chanyeol. Di wajahnya terdapat luka lebam seperti seseorang yang baru saja berkelahi. Dan ada darah segar yang mengalir di sudut bibirnya. Aku pun menghampirinya dan berdiri di depan toilet pria untuk menghalanginya.

"Byun Baekhyun? Kau kenapa? Ada apa dengan wajahmu?"

"Bukan urusanmu. Minggir!" Kata Baekhyun. Aku terhenyak ketika mendengar Baekhyun sedkit membentakku. Aku kan hanya bertanya, kenapa dia malah marah seperti itu?

Tak ingin membuat masalah, aku pun segera menggeser tubuhku dan memberinya jalan. Setelah Baekhyun masuk ke dalam toilet, aku melanjutkan kembali langkahku menuju kantin.

Dari kejauhan, aku melihat Chanyeol yang sedang berlari tergesa-gesa sampai-sampai menabrak murid-murid yang sedang berlalu lalang. Berkali-kali juga Chanyeol menundukan kepala untuk meminta maaf. Ada apa dengan Chanyeol? Kenapa sikapnya aneh seperti itu?

"Nayeon-ah... apa kau melihat Baekhyun?" Tanya Chanyeol dengan raut wajah khawatir.

"Oh? Baekhyun? Hmm.. tadi aku melihatnya di dekat toilet. Kenapa memangnya?"

"Gomawo." Chanyeol segera pergi menuju toilet setelah aku mengatakan bahwa aku melihat Baekhyun di sana. Dia pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaanku. Menyebalkan!

Entahlah, aku jadi bingung apa yang sebenarnya telah terjadi. Aku memang sering melihat Baekhyun babak belur seperti itu setiap setelah nilai ujian di bagikan. Tapi kali ini, kami belum mendapat nilai ujian apa-apa. Bahkan ujian saja baru akan di mulai seminggu yang akan datang. Apa mungkin.... Baekhyun baru saja berkelahi dengan Chanyeol?
.
.
.
.
.
.
Annyeong Chingu^^ .
Mian, baru bisa next chapter sekarang. Akhir-akhir ini lagi banyak tugas hehe. Chapter ini sengaja aku bikin lebih panjang dari Chapter pertama.
Jangan lupa vote dan commentnya juga ya^^

Gomawo.

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

1.1K 263 20
Definismu tentang banyak hal adalah subjektif, lebih sering persuasif, pun tak jarang manipulatif. Inginmu semua orang percaya, cara apa pun kauraba...
6K 1.9K 12
Aku mengira cerita ini berjalan lebih banyak tentang Rae, namun tertuju pada pemuda yang aku temui di acara ulang tahun teman Awkan ternyata ia juga...
1.7K 537 73
Kecelakaan itu telah membuat hidup Lee Minhyuk berubah drastis, dia tidak pernah membayangkan semua ini akan terjadi. Mendengar kabar bahwa wanita ya...
204K 22.1K 25
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...