Allow

1.4K 141 22
                                    

Saat musim gugur, satu persatu daun-daun terlepas dari tangkainya. Pohon-pohon yang semula sangat cantik dan terlihat teduh karena daun-daun yang lebat, seketika berubah, menjadi terlihat gersang dan tidak teduh lagi.

Pohon-pohon itu tentu tidak ingin melepaskan daun-daunnya yang sangat indah. Tapi karena memang sudah menjadi jalan mereka untuk merelakan daun-daunnya, maka mereka akan melakukannya.

Namun, jika musim semi telah tiba. Ranting-ranting itu akan kembali terhiasi oleh dedaunan yang lebih indah dari sebelumnya. Lebih lebat, dan lebih banyak warna.

Merelakan bukanlah suatu hal buruk. Jika kita percaya, bahwa suatu saat nanti, hal yang jauh lebih baik akan datang. Meski kita tidak pernah tahu, kapan datangnya.

***

Langkah kakiku terasa berat ketika memasuki pelataran sekolah. Jika saja hari ini tidak ada ulangan harian, aku pasti tidak akan masuk hari ini.

Perkataan Nara masih terngiang-ngiang difikiranku. Meskipun aku berusaha untuk melupakannya, perkataan itu justru semakin terngiang. Dan membuatku tidak bisa tidur. Hingga wajahku berubah menjadi zombie seperti ini.

"Hei, ratu telat. Kemana saja kau? Sejak kemarin kau tidak memperlihatkan batang hidungmu."

Aku menatap Kyungsoo dengan wajah malas. Bertemu makhluk sepertinya di pagi hari yang cerah ini, seperti kutukan tersendiri untukku.

"Aku sibuk merenungi nasibku yang malang karena memiliki teman sepertimu."

"Kau benar-benar tidak waras. Di luar sana banyak sekali yang ingin berteman denganku. Kau tahu tidak? Hari ini kau terlihat menyeramkan seperti monster."

"Aku sudah tahu itu. Terima kasih pujiannya."

"Dasar gila."

Aku diam saja. Bersikap seolah tidak mendengar ocehannya. Kalau saja hari ini aku tidak merasa malas, mungkin aku sudah memukul wajahnya dengan buku paketku yang tebal.

Yah, meskipun tidak terlalu sakit. Tapi setidaknya bisa membuat bagian tulang hidungnya tergeser.

"Good Morning!"

Aku mengerutkan dahi ketika melihat Hyerin menampakan senyumannya yang terlihat sumringah tiada henti seperti seseorang yang baru saja menang lotre. Bahagia sekali.

"Apa sesuatu yang baik baru saja terjadi?" Tanyaku yang penasaran melihat ekspresi Hyerin yang tidak biasa itu.

"Kau dibolehkan ibumu untuk sekolah akting?"

Aku sedikit terkejut mendengar ucapan Kyungsoo. Karena selama ini aku tidak pernah tahu soal sekolah akting yang diinginkan Hyerin.

"Ani. Bukan itu. Kemarin...... aku baru saja kencan dengan Junmyeon oppa."

Kali ini aku benar-benar terkejut bukan main. Mataku membulat seperti akan keluar dari tempatnya. Pasalnya, ini pertama kalinya ada seorang pria yang mengajak Hyerin kencan. Apalagi pria tampan seperti Junmyeon.

"Jinjja?! Kau tidak sedang mengarangkan?" Tanyaku tidak percaya.

"Kau fikir aku ahli mengarang? Nilai mengarang ceritaku saja lebih jelek daripada Donggu." Ah, benar juga. Hyerin memang tidak ahli dalam mengarang cerita.

"YA! Kau tidak boleh kencan dengannya!" Kyungsoo tiba-tiba saja berteriak. Dan itu membuat teman-teman sekelasku memperhatikannya.

"Waeyo? Dia masih lajang dan dia sangat baik. Apa salahnya?"

Beautiful Days [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang