Who? Park Chanyeol?

2.3K 192 3
                                    

Aku baru saja sampai di rumah pukul delapan malam. Karena hukuman sialan itu, tubuhku jadi terasa remuk semua. Hukuman yang di berikan Kim-saem kali ini tidak main-main. Kim-saem menyuruhku membersihkan ruang guru dan merapihkan ratusan buku baru di perpustakaan.

Bukan hanya merapihkan, Kim-saem juga menyuruhku meletakkan buku-buku itu ke dalam rak besar di perpustakaan sesuai dengan jenis buku tersebut.

Aku membuka knop pintu dengan malas dan memasuki rumah dengan langkah gontai.

"Aku pulang...." Ucapku dengan lesu. Kulihat ibuku yang sedang sibuk menyiapkan makan malam di dapur.

"Oh.. Nayeon-ah, kau sudah pulang?"

"Ne, eomma."

"Aigoo... ada apa dengan wajahmu? Kenapa di ditekuk begitu?"

"Aku baru saja di hukum oleh Kim-saem karena datang terlambat."

"Eomma kan sudah bilang, kalau kau bangunnya kesiangan jangan naik bus. Kau kan bisa minta diantarkan oleh Dae Jung ahjussi."

"Sudahlah eomma, aku mau mandi dulu."

"Arraseo. Kalau kau sudah selesai, langsung turun ke bawah. Kita makan malam bersama."

"Ne..."

Kulangkahkan kakiku menaiki tangga dengan malas. Entah kenapa kedua kakiku terasa sangat berat untuk digerakkan. Tanganku juga terasa pegal karena membawa terlalu banyak buku di perpustakaan. Rasanya aku ingin segera merebahkan tubuhku di atas kasur yang empuk. Namun karena keadaan perut yang tidak mendukung, aku tidak bisa langsung tidur begitu saja tanpa mengisi perutku yang mulai kelaparan.

***

Setelah selesai mandi, tubuhku jadi terasa sangat segar. Seketika rasa capek dan lelah itu hilang begitu saja. Yah... walaupun tangan dan kakiku masih terasa pegal. Tapi setidaknya, aku sudah merasa lebih baik daripada sebelumnya.

Aku memakai jaket putihku dan juga celana jeans hitam. Aku sengaja memakai pakaian ini karena seusai makan malam, aku akan pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku yang aku butuhkan.

Setelah siap, aku segera turun ke bawah untuk makan malam. Aku menghentikan langkahku di ujung tangga bawah. Aku terdiam dan menatap datar ke arah seorang laki-laki paruh baya yang sedang duduk di meja makan bersama ibu.

Laki-laki itu adalah ayah tiriku. Lima tahun yang lalu, ayahku meninggal karena penyakit parah yang di deritanya. Sejak saat itu kehidupanku yang ceria dan penuh warna, berubah menjadi kelam dan hanya terdapat warna abu-abu dalam hidupku.

Setelah ayah meninggal, aku dan ibuku pindah rumah dari Teongyeong ke Seoul. Disinilah hidupku mulai berwarna kembali sejak aku bertemu dan bersahabat dengan Kyungsoo. Dia selalu bisa membuatku tersenyum dan tertawa karena ulahnya.

Menurutku, Kyungsoo adalah sosok sahabat yang perhatian, pengertian, bijaksana, sabar, setia, baik dan juga pintar. Walaupun sifat kepercayaan dirinya itu sangat tinggi dan terkadang menjengkelkan.

Laki-laki yang berada beberapa meter di hadapanku itu sedang tersenyum ke arahku dan menyuruhku untuk ikut duduk di meja makan bersamanya dan juga ibu.

Sial! Kenapa jam segini dia sudah pulang?

Aku tidak menghiraukannya. Segera kulangkahkan kakiku menuruni tangga dengan cepat.

"Sayang... kau mau kemana? Tidak makan malam dulu?" Teriak ibuku ketika melihat aku berjalan ke arah pintu rumah.

"Aku makan malam di rumah Kyungsoo saja. Aku pergi dulu ya eomma....." Teriakku. Aku memang sudah biasa makan malam di rumah Kyungsoo. Bukan berarti aku tidak tau malu. Tapi, karena keluargaku dengan keluarga Kyungsoo memang sudah seperti saudara.

Beautiful Days [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang