Unexpected

1.4K 134 15
                                    

Aku mengerjap-ngerjapkan mata ketika merasakan sebuah cahaya mulai memasuki pupil mataku.

Langit-langit berwarna putih, udara yang cukup dingin, serta bau obat-obatan yang memasuki rongga hidungku, membuatku menyimpulkan bahwa aku berada di rumah sakit sekarang.

Syukurlah, kukira aku sudah mati. Ternyata Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup.

Samar-samar aku melihat seorang pria paruh baya berjas putih memeriksa kondisiku. Aku sudah bisa menebak kalau dia adalah seorang dokter. Kemudian dokter itu keluar dari ruangan dan tak lama, ibu dan ayah tiriku memasuki ruangan ini.

"Eom..ma.."

"Yeon-ah, gwenchana?"

"Eoh, gwenchana. Eomma tidak usah khawatir. Aku sudah merasa lebih baik sekarang." Ucapku dengan suara yang masih terdengar lemah.

"Syukurlah. Eomma sangat takut dan khawatir ketika mendengar kau terjatuh dari tangga sekolah." Ibuku mengusap puncak kepalaku dengan sangat lembut. Kemudian mencium keningku cukup lama.

"Aku yakin kau akan cepat pulih. Karena kau anak yang kuat seperti ibumu." Ucap ahjussi---maksudku, ayah tiriku---karena sampai saat ini, aku masih belum bisa menerimanya dan menyebutnya dengan sebutan ayah.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya yang kuanggap sebagai sebuah pujian. Akhir-akhir ini, aku sering lupa kalau aku sangat membenci ahjussi itu. Bahkan, aku sudah tidak merasa kesal ataupun marah setiap melihat wajahnya. Aku merasa, lambat laun penilaianku terhadap dirinya juga mulai berubah. Entah apa ada yang salah dengan diriku.

"Yeon-ah, apa kau punya masalah dengan Soojin? Kenapa Soojin sampai tega melakukan hal itu padamu?"

Aku terdiam. Seketika kejadian tadi siang berputar di otakku. Soojin yang meneriaki namaku, memarahiku, mengguncangkan tubuhku dan mendorongku dari atas tangga. Meskipun ketinggiannya masih terbilang cukup rendah, tapi tetap saja itu menyakitkan. Dan ini pertama kalinya aku terjatuh dari tangga. Kuharap, ini juga yang terakhir.

"Yeobo, sebaiknya kau jangan menanyakan soal itu sekarang. Nayeon baru saja sadar. Dia harus banyak istirahat."

Aku bernafas lega mendengar ucapan ahjussi yang menyelamatkanku dari pertanyaan yang ibuku ajukan.

Jujur saja, aku tidak tahu bagaimana caranya untuk menjelaskan kepada mereka soal Soojin, Chanyeol, dan juga diriku yang secara sengaja melibatkan diri dengan masalah yang dihadapi Soojin dan Nam-saem.

"Baiklah, eomma tidak akan bertanya untuk saat ini. Eomma akan bertanya lagi saat kau sudah pulih dan kau harus menjelaskan yang sebenarnya pada eomma, mengerti?"

"Arasseo."

***

Aku mengganti-ganti channel televisi dengan sangat bosan. Setelah selama delapan jam berada di ruang gawat darurat, akhirnya kini aku dipindahkan ke ruang inap VVIP yang jauh lebih nyaman.

Sudah hampir dua puluh menit aku menunggunya. Tapi pria itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

Ya, Byun Baekhyun. Beberapa menit yang lalu, dia bilang padaku bahwa dia akan pergi sebentar untuk membelu makanan yang sangat banyak. Karena aku tidak mau memakan makanan yang diberikan oleh rumah sakit.

Tentu saja hal itu membuatku sangat senang dan tak sabar menunggu Baekhyun datang dengan beberapa bungkus plastik berisi makanan di kedua tangannya.

'CKLEK'

Aku menoleh ketika mendengar suara pintu yang terbuka. Aku tersenyum lebar dan merasa sangat tidak sabar untuk segera memakan makananan yang Baekhyun belikan untukku.

Beautiful Days [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang