Should I?

By verenalowe

7.5K 426 95

[COMPLETED] [jumlah part: 39 +epilog] Sebuah kisah yang menceritakan tentang kehidupan dan masalah-masalah s... More

Chapter 1: Malapetaka
Chapter 2: Salah Paham
Chapter 3: Godaan
Chapter 4: Kesedihan
Chapter 5: Pencerahan
Chapter 6: Cowok itu Ngeselin
Chapter 7: Pertemuan
Chapter 8: Tak Terduga
Chapter 9: Permintaan Maaf
Chapter 10: Barbeque Party
Chapter 11: Rapuh
Chapter 12: Problem (1)
Chapter 13: Problem (2)
Chapter 14: Social Media
Chapter 15: Awal yang Baik
Chapter 16: Penyelesaian
Chapter 17: Terjebak
Chapter 18: Happy Sunday
Chapter 19: Balikan?
Chapter 20: Pertama Kalinya Kehilangan
Chapter 21: Akankah aku kembali ke pelukanmu?
Chapter 22: Pelindung
Chapter 23: Holiday
Chapter 24: Kebahagianku Bersamamu
Chapter 25: Kedatangannya
Chapter 26: Bukan Rahasia Publik
Chapter 27: Pertemuan
Chapter 28: Aku disini!
Chapter 29: He's Back
Chapter 30: Two Idiot Man
Chapter 31: Rahasia pun Perlahan Terbongkar
Chapter 33: Surprised
Chapter 34: Monopoli?
Chapter 35: Gara-Gara KPOP
Chapter 36: Murid Teladan?
Chapter 37: Ujian Nasional
Chapter 38: Amal dan Ice Cream
Chapter 39: Apakah Ini Akhir Dari Segalanya?
Epilogue.

Chapter 32: Terkejut

51 2 4
By verenalowe

Dilihatnya wanita paruh baya itu dengan tatapan yang penuh tanda tanya. Gadis itu mengikutinya hingga sampai di sebuah rumah mewah.

Wanita itu menghentikan mobilnya dan masuk kedalam mobil. Tak lama kemudian, sebuah mobil Mercedez berwarna putih keluar dari gerbang rumah itu. Gadis itu menatapnya sambil menaikkan alisnya. Ia yakin jika wanita tadi tidak akan keluar dengan mobil yang berbeda.

Dan jawabannya tepat sekali. Laki-laki itu keluar dari mobilnya. Ia berjalan menuju mobil gadis itu yang terparkir didepan rumahnya.

Gadis itu membulatkan matanya dan keluar dari mobilnya setelah melihat siapa dibalik jaket hitam yang baru saja keluar dari mobil itu.

"Javier? Ngapain lo disini?" tanya gadis itu sambil memandang laki-laki itu dengan lekat.

"Nah, sekarang gue yang tanya. Ngapain lo di depan rumah gue? Ngefans lo, sama gue?" tanya laki-laki itu.

"Wait a second. Ini rumah lo?"

"Yes."

"Orang itu...?"

"Orang mana? Satpam?" tanya Javier yang membuat gadis itu memukul bahunya.

"Sakit gebek!"

"Biarin wlek! Oya, orang yang masuk pakek jazz merah tadi siapa lo?"

Javier terdiam. Dia seperti baru saja kalah pertandingan catur.

"Jav?"

"Eh? Oh, itu-gatau. Jalang mana sih yang mau buka identitasnya."

"Jav, bentar. Jangan bilang kalo-"

"Gak woy! Mana mau bokap mau sama orang kayak gitu." jawab Javie dengan muka marahnya.

"Lah terus?"

"Dia minta tanggung jawab sama om gue. Eh, om gue aja gak pernah dateng ke night club. Lah dianya minta tanggung jawab. Gila 'kan tuh orang. By the way, lo kesini ngikutin tuh orang? Gak guna banget sih." ujar Javier.

"Dia nyokapnya Jihan." jawab gadis itu.

"Vera-ku pacarnya Aldi yang cantik, lo ngomong apaan? Jihan pacarnya Gevin? Lah pan lo juga tau orangtuanya meninggal gara-gara kecelakaan pesawat." Javier mencubit pipiku pelan.

"Ibu tiri." gumamku pelan.

"WHAT?! Are you kidding me with the fucking information?"

"I'm seroius. It's not fake anymore."

"Shit! Terus keadaan Gevin gimana?" Javier kini merubah raut wajahnya menjadi serius.

"Malah dia yang cerita sama gue." jawabnya sambil menyenderkan tubuhnya di samping mobilnya.

"Jihan kok gak pernah cerita ya? Secara gue temen mainnya. Gue juga temennya Aldi sama Gevin. Dan-"

"Gevin sama Aldi aja gak tau kalo gak gue kasih tau." sahut gadis itu dengan cepat.

"Heh?"

"Jadi, intinya gue cari tau tentang Jihan. Semuanya. Bahkan gue pakek detektif langganan papa." jelas gadis itu sambil menggaruk tengkuknya.

"Sampek segitu sayangnya lo sama Gevin, Ve? Ya Tuhan. Lo itu-"

"Itu dulu banget, Jav. Waktu gue jatuh dalam pesonanya Aldi, gue mau mutusin kalo ini sia-sia. Tapi kata detektif gue bentar lagi selesai. Dan saat selesai. Fakta yang Jihan sembunyikan terlalu besar." ujar Vera. Ia menatap Javier yang kini mengusap wajahnya kasar.

Tin Tin Tin Tin

Mobil jazz merah itu keluar. Namun, terhalang oleh mobil Javier yang masih berada di tengah jalan.

Javier menatap Vera, lalu menyeretnya. Ia menyuruh Vera masuk kedala mobilnya dan menjalankan mobilnya.

"Mobil lo, taruh disini aja dulu. Lo ikut gue. Ini tentang Aldi." ujar Javier sambil menatap kedepan karena ia fokus pada jalanan didepannya.

"Pasang seatbelt lo, Ve!"

***

"Kenapa sih, Bang? Dari tadi keliling sofa gak jelas." ujar Vio yang lelah menatap Aldi yang sedari tadi mengelilingi sofa di ruang keluarga rumahnya.

"Veve gak ngangkat telfonnya." ujar Aldi lalu duduk disamping Vio.

"Jangan mikir yang aneh-aneh, Bang. Kak Ve, lagi sibuk kali. 'Kan abang sendiri yang bilang kalo Kak Ve lagi sibuk sama urusan sekolahnya." ujar Vio.

Aldi yang tersadar pun mencoba untuk berfikir positif mengenai hal itu. Ia menghela nafasnya dan menyandarkan tubuhnya di punggung sofa yang didudukinya.

***

Setelah menempuh perjalanan selama sepuluh menit, mereka sampai di sebuah apartemen di Jakarta Pusat. Javier menempatkan mobilnya di dekat pintu keluar basement apatermen ini.

Mereka turun daru mobil dan keluar dari basement. Vera dari tadi melayangkan pertanyaan-pertanyaan kepada Javier. Namun Javier tetap diam dan menggeret Vera agar gadis itu mepercepat langkahnya.

"Jav, kemana sih? Lo gak ngapa-ngapain gue kan? Kalo lo suka sama gue bilang aja. Gausah pakek cara kotor gini. Bercandaan lo gak lucu tau gak?!"

"Bacod sih. Siapa yang mau ngapa-ngapain lo? Badan lo kayak triplek gini, mana suka gue idih. Ngaca mbak!" seru Javier yang telah menghentikan langkahnya.

Ia menatap gadis itu lalu menatapnya tajam. Ia kembali menarik tangan Vera agar mengikutinya. Mereka masuk kedalam lift dan Javier menekan tombol 15.

Mereka menyusuri lantai lima belas dengan Javier yang masih menarik tangan kanan Vera.

"Jav. Sakit." rintih Vera yang membuat Javier menghentikan langkahnya.

Ia melepaskan cengkraman tangannya dari pergelangan tangan kanan Vera. Ia menatap pergelangan tangan gadis itu yang sudah memerah.

"Ya Tuhan, Ve. Kita cepetan kesana deh. Entar gue obatin." ujar Javier.

Kini Javier mendorong Vera dari belakang. Kemudian ia teringat sesuatu.

"Ve, lo hubungin Aldi gih. Entar dia nyariin lo lagi. Bilang sama Aldi kalo lo lagi sama gue. Jangan bilang kalo kita kesini." ujar Javier yang masih mendorong tubuh Vera.

"Javier kambing sialan! Hape gue ketinggalan di mobil. Anjir. Gimana nih. Kalo gue pulang, gue pasti kena siraman rohani lagi neh." ujar Vera.

Javier mendengus pelan dan mengeluarkan ponselnya, "Halo."

"Apaan?"

"Gue pinjem cewek lo sebentar. Kalo dia gak angkat telfon lo, itu karena hapenya ketinggalan di mobilnya. Gue pinjem sebentar kok, Di."

"Awas aja kalo lo ngapa-ngapain dia. Lo bakal mati ditangan gue!"

"Mati di tangan Tuhan, Di."

"Iya tau. Udah sana lo. Bilang ke Vera 'Aa Aldi yang ganteng selalu sayang sama Veve yang bawel tapi cantik' bilangin ya."

"Gak perlu gue bilangin sih."

"Lah kok?"

"Gue loadspeaker, Di."

"Anjir sialan."

"Eh, Di gue-"

Tut Tut Tut

"Anjir. Kebiasaan." oceh Javier.

"Nah, kan. Dia masih stuck sama elo, Ve. Jangan sia-siain cowok ganteng elah." ujar Javier dan kembali mendorong Vera hingga mereka berhadapan dengan sebuah pintu dengan nomor 1125.

"Lah, apartemen siapa nih?" tanya Vera kebingungan.

Javier diam lalu menekan memasukkan password agar pintu dihapadan merek ini bisa terbuka.

"03061427" ucap Javier tiba-tiba setelah menutup pintu apartemen.

"Passwordnya bego."

"Lah, kok ngasih tau gue?"

"Ini apartemen empat sekawan. Aldi, Gevin, Radit, Putra."

"Dan mereka pindah gitu aja ninggalin apartemen ini?" tanya Vera.

"Lebih tepatnya nyuruh gue buat ngurus tempat ini. Jadi, mereka pindah karena ini tempat kenangan masa remaja mereka. Mereka pindah sejak kejadian 'itu'. Maksud gue kejadian Jihan sama Gevin. Emosi Aldi memuncak dan persahabatan mereka retak. Tapi, persahabatan mereka makin retek semenjak lo datang ke kehidupan Aldi."

"Lah kok gue?"

"Dengerin dulu geblek. Tapi, lo sendiri yang bikin persahabatan mereka balik lagi kayak dulu. Empat sekawan dulu itu paling edan. Cabut pelajaran bareng. Bolos sekolah bareng. Ngapa-ngapain bareng."

"Gue juga tau bego. Lo kira Gevin gak pernah cerita sama gue?!"

"Eleh. Iya iya. Dan disini lo tau siapa yang paling alim diantara mereka." ujar Javier setelah meneguk sebuah soda dari dalam kulkas

"Gevin?"

"Exacly. Gevin yang paling jarang bolos. Ya, semua juga tau."

"Terus, lo ngajak gue kesini cuma buat cerita yang udah gue tau?" tanya Vera yang sudah mulai kesal dengan tindakan Javier.

"Sini deh." ajak Javier kedepan sebuah pintu berwarna putih.

Banyak stiker Westlife dan foto Westlife di pintu itu. Terlebih lagi banyak kertar tertempel dengan tulisan-tulisan menyerupai lirik lagu.

"Lo pasti bisa nebak, kamar siapa ini,"

"Aldi?" tanya Vera. Hanya dengan stiker Westlife pun Vera tahu jika itu kamar Aldi. Vera tahu jika Aldi menyukai grup yang berasal dari Inggris itu.

"Sekarang lo lihat kedalem." ujar Javier sambil membukakan pintu itu.

Gadis itu menganga lebar. Ia menutup mulutnya setelah itu. Dia bisa melihat tulisan besar di dinding berlapis cat berwarna biru muda itu.

'Vera Neverynlaff Wayne'

To be continue...

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.9M 101K 56
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
2.3M 71.8K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
2.3M 81.6K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...
6.1M 478K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...