[03] Love Two Heart [Complete]

By velove_girlie

224K 11.1K 1.4K

Lanjutan CSD (Cinta Semanis Duren) & Kasih Tak Sampai. Kehidupan rumah tangga Echa-Dirga, tidak seindah seper... More

PROLOG
LTH [01]
LTH [02]
LTH [03]
LTH [04]
LTH [05]
LTH [06]
LTH [07]
LTH [08]
LTH [10]
LTH [11]
LTH [12]
LTH [13]
LTH [14]
LTH [15]
LTH [16]
LTH [17]
LTH [18]
LTH [19]
LTH [20]
LTH [21]
LTH [22]
LTH [23]
LTH [24]
LTH [25]
LTH [26]
LTH [27]
LTH [28]
LTH [29]
LTH [30]
LTH [31]
LTH [32]
LTH [33]
END
Epilog
Extra Part 1 => Fadil 'n Viola
Extra Part 2 => Kezia 'n Rafa
Extra Part 3 = Double Frey

LTH [09]

4.7K 274 26
By velove_girlie

[VOTMEN PLEASE!!!]

'Genggaman tangan
ini...sepertinya aku pernah merasakannya. Siapa pria ini?' Batin Echa.

'Apa kamu tidak mengenaliku Cha?? Apa kamu lupa dengan genggaman tanganku?' Batin pria berjaket kulit tersebut yang tidak lain adalah pak Romi.

Sedikit ada rasa penasaran dihati Echa, dia memberanikan diri untuk melangkah kedepan, memastikan siapa pria yang ada didekatnya? Tapi, baru saja dia melangkah...

"Maafkan saya" ujar pria tersebut melepaskan genggaman tangan Echa dari genggamannya dan berlalu begitu saja menjauhi mereka, tanpa memberikan kesempatan kepada Echa untuk mengetahui siapa dirinya.

Belum saatnya Cha...belum saatnya kamu mengetahui keberadaanku.

Echa terus menatapi punggung pria tersebut yang semakin lama semakin menjauh dari pandangannya. Untuk sesaat dia melupakan keberadaan suaminya yang ada didekatnya.

Genggaman tangan ini... mirip....

"Pak Romi..." ujar Echa pelan tanpa sadar. Kedua matanya masih menatap punggung pria itu, meskipun punggung pria tersebut telah menghilang dari pandangan matanya.

"Apa Cha?? Kamu tadi bilang apa?" Pak Dirga melangkah ke depan, berdiri dihadapan istrinya.

"Pak Romi..." sekali lagi, Echa mengucapkannya tanpa sadar. Dirinya belum menyadari keberadaan Pak Dirga yang ada didepannya.

"Cha??" Pak dirga sedikit menaikkan alisnya, berharap Echa terlepas dari lamunannya.

"Eh... I... Iya Mas..." jawab Echa kikuk.

"Tadi, kamu bilang apa? Pak Rom... Apa??" selidik Pak Dirga, meminta jawabannya.

"Enggak kok Mas, bukan apa-apa. Udah yuk Mas, kita pulang..." Echa menarik lengan Pak Dirga, mengajaknya meninggalkan tempat tersebut dan Pak Dirga hanya diam seribu bahasa mengikuti langkah kaki isitrinya.

"Mas... Mas marah ya sama aku?" tanya Echa hati-hati. Melihat Pak Dirga yang sama sekali tidak bicara sepatah katapun selama berjalan menuju tempat dimana mobil mereka diparkirkan.

"Kamu pikir saja sendiri, suami mana yang tidak marah melihat istrinya menggoda pria lain dipinggir jalan"

"Oh... Jadi, aku boleh menggoda pria lain di tempat yang sepi ya Mas?"

"Echa, kamu..."

"Hm? Apa?" Echa hanya tersenyum miring melihat sikap suaminya yang sangat pencemburu, dia memainkan kedua alisnya seakan menantang suaminya untuk berdebat.

"Sudahlah, lupakan saja" ujar Pak Dirga melepas tangan Echa dari tangannya dan berjalan mendahuluinya.

Namun, Echa terus mencoba mensejajari langkah Pak Dirga yang berjalan terburu-buru.
"Bukannya Mas tadi tantangin aku buat menggoda pria lain?? Kalau Mas bisa menggoda wanita lain, kenapa aku tidak bisa menggoda pria lain?" cecar Echa.

"Terserah kamu saja deh Cha, kalau kamu mau godain pria lain silahkan" Pak Dirga sedikit kesal dengan ucapan Echa, lalu dia membuka pintu mobil dengan sangat kasar begitu tiba didekat mobilnya. Echa-pun membuka pintu mobil disebelahnya.

"Mas... jangan marah dong Mas... aku cuma bercanda Mas... Aku tidak mungkin suka sama pria lain selain Mas... Percaya deh..." Echa merajuk sambil bergelayut manja kepada Pak Dirga.

"Udah deh Cha, tidak usah pegang-pegang. Aku sudah lelah ngurusin kamu" ujar Pak Dirga asal sambil berusaha melepaskan tangan Echa yang bergelayut manja ditangannya.

"Apa? Lelah?"

"Iya. Lelah!! Aku lelah urusin kamu terus, ngerti?" ujar Pak Dirga sedikit tegas. Dan perlahan... Echa melepaskan tangannya yang bergelayut manja kepada Pak Dirga.

"Maaf..." ujar Echa lirih. Lalu memalingkan wajahnya menatap keluar kaca mobil.

Beberapa detik kemudian, Pak Dirga langsung menyalakan mesin mobilnya dan melajukan ketempat penginapan mereka. Selama perjalanan Pak Dirga sesekali melirik Echa yang terdiam.

Kebiasaan... Dia yang buat ulah, dia yang marah. Pasti habis ini dia gak mau ngomong lagi sama aku...

Tapi... Rom? Siapa Rom yang disebutkan Echa tadi? Sepertinya... Aku pernah mendengar nama itu? tapi dimana?

💛💛💛💛💛

BRUKKK!!

"Aduhhh... Kalau jalan lihat-lihat dong Pak!! Jangan main tabrak saja!!" gerutu Kezia tidak terima, karena seorang pria berjaket kulit tanpa sengaja menabraknya hingga capcin yang dia bawa tumpah terkena baju yang dia pakai saat ini. Tetapi, pria tersebut bukannya meminta maaf, melainkan berlalu meninggalkan Kezia yang masih kesal.

"Eh, Pak...!! Pak...!! Woiiii Pak!!" teriak Kezia mengejar pria itu.

"Sudahlah Kez, kita balik ke villa aja yuk! Lagi pula Bapak itu kan tidak sengaja nabrak kamu..." ujar Lia yang mengikuti Kezia saat ini.

"Gak bisa begitu dong Li, Bapak itu harus tau sopan santun!! Seenggaknya minta maaf gitu!!" Amarah Kezia semakin menjadi-jadi, merasa diabaikan oleh bapak tersebut. Akhirnya Kezia... Melempar gelas plastik yang dia pegang saat ini tepat mengenai kepala pria berjaket kulit tersebut.

Pletaakk!!

Tepat sasaran, gelas plastik tersebut mengenai kepala pria berjaket kulit beserta sisa-sisa capcin mengalir ditopi yang dia pakai.

"Kamu!!" kesal pria tersebut, berbalik menatap Kezia dengan tatapan tajam dari balik kacamata hitamnya.

"Apa?! Mau marah?! Seharusnya saya yang marah sama bapak!! sudah sembarang nabrak, gak minta maaf pula!!" Kezia berlipat-lipat kali kesal, melihat reaksi pria tersebut masih tidak menanggapi kemarahan Kezia.

Pria itu hanya geleng-geleng kepala enggan berdebat dengannya.

"Hanya minta maaf kan? Kalau begitu maaf" ujarnya. Pria itu langsung berlalu begitu saja meninggalkan Kezia yang masih menahan emosinya.

"Apa?? Hanya itu?? Hanya itu Lia?? Dia bilang maaf saja gitu??" cerocos Kezia melihat Lia meminta pendapatnya, mengenai pria yang tidak sopan menurutnya.

Tanpa ingin mendengarkan ocehan Kezia yang semakin menjadi-jadi, Lia langsung menarik Kezia untuk kembali kepenginapannya.

"Sudahlah... kita kembali ke penginapan saja..."

"Akkhhhhhh!!! Bapak-bapak itu sungguh menyebalkan...!!"

💛💛💛💛💛

Begitu tiba dipenginapan, Pak Dirga langsung memarkirkan mobilnya di halaman parkir. Echa keluar dari dalam mobil begitu saja, tanpa basa-basi kepada suaminya. Setelah berada diruang utama, dia mendekati Shasa dan Risya yang sedang sibuk memasak didapur dan langsung membantunya.

"Sedang apa kamu disini?" tanya pak Dirga begitu melihat Echa berada didapur membantu Shasa dan Risya.

"Om ini gimana sih? Ya jelas lha...Echa bantuin kita-kita masak" jawab Shasa mewakili Echa.

"Siapa bilang Echa boleh masak??" Pak Dirga langsung menarik Echa, menjauhi dirinya dari Shasa dan Risya yang sedang berkutat didapur.

"Hah?" Shasa dan Risya serempak menaikkan kedua alisnya.

"Dengar ya kalian berdua, dirumah saja Om melarang dia untuk memasak. Jadi, apa Om harus biarkan dia memasak dan menjadi babu kalian? Jangan harap!" ujar Pak Dirga dan langsung membawa Echa ke kamarnya. Sementara Echa yang masih kesal dengan suaminya hanya diam dan menuruti langkah suaminya tanpa kata.

"Kak Shasa, itu Om Kak Shasa?? Kakak ipar aku?" tanya Risya sambil memegang pisau dan cabai.

"Bukan. Om kakak tidak ada yang strees seperti itu" jawab Shasa asal. Mereka terdiam sebentar, lalu kemudian tertawa terbahak-bahak dengan sikap pak Dirga yang sedikit agak berlebihan terhadap Echa.

Sedangkan didalam kamar sana, pak Dirga terus memperhatikan Echa yang sibuk dengan novelnya. Pak Dirga berjalan mendekati Echa yang duduk disofa.

"Sayang... Kamu marah sama aku?" tanya pak Dirga sambil bergelayut manja kepada Echa.

"Gak usah pegang-pegang deh Mas, gak usah dekat-dekat sama aku" gerutu Echa.

"Kenapa? Kenapa aku gak boleh pegang kamu?"

"Bukannya Mas sendiri yang bilang, kalau aku gak boleh pegang-pegang Mas. Mas juga bilang, kalau Mas sudah lelah ngurusin aku..."

"Enggak... orang gila mana yang bilang begitu Cha?? Aku gak pernah bilang begitu, hehehehe" ujar Pak Dirga sambil cengar-cengir kuda.

Echa merengut melihat tampang pak Dirga yang semakin lama semakin menyebalkan. Namun... Dalam beberapa detik, pak Dirga langsung mendaratkan bibirnya ke bibir Echa secara singkat.

Cuuuppp

"Sudah dong sayang... jangan ngambek terus... makin cantik deh kalau ngambek terus..." goda pak Dirga kepada istrinya sambil mengacak-acak rambutnya.

"Isssshhh... apa-apaan sih Mas?" gerutu Echa. Pak Dirga menenggelamkam kepala Echa ke dada bidangnya yang terbalut kaos berwarna merah.

"Cha, please ya... jangan tinggalin aku..." ujar Pak Dirga sedikit serius.

"Mas ini ngomong apa sih??" Echa menengadahkan kepalanya, melihat wajah pak Dirga yang terlihat serius tidak seperti biasanya.

"Tidak tahu kenapa, akhir-akhir ini aku takut kehilangan kamu Cha... aku takut kamu akan pergi jauh dari aku..." kedua mata pak Dirga menatap lembut kedua mata Echa, terlihat jelas keseriusan dan rasa takut terpancar dari wajah pak Dirga.

Hueeeekkk... Hueeeekkk

"Kamu ini kenapa sih Cha? Mual-mual terus?" tanpa menjawab pertanyaan Pak Dirga, Echa langsung berlari mencari wastafel didekatnya.

Pak Dirga memijat leher bagian belakang Echa. Setelah agak membaik, pria itu menuntun Echa untuk kembali duduk disofa.

"Cha, besok kita pulang ke Jakarta. Kita langsung ke Dokter aja ya, periksa kesehatan kamu. Aku takut terjadi sesuatu sama kamu" usul Pak Dirga sambil menyandarkan kepala Echa didadanya dan memainkan rambut panjang milik istrinya tersebut.

"Gak ahh Mas... cuma mual saja kok, cuma masuk angin" Jawab Echa, sedikit menarik nafas dan mencium aroma mint dari tubuh Pak Dirga. Mint? Bukankah tiga tahun yang lalu, pak Dirga memiliki aroma jeruk? Sama seperti pak Romi? Dan itulah awal Echa tertarik kepada pak Dirga. Memang benar, tiga tahun yang lalu pak Dirga memiliki aroma jeruk ditubuhnya. Tapi, setelah menikah... pak Dirga mengubah kebiasaannya yang sama sekali bukan miliknya, kebiasaan yang sama persis dengan pak Romi dan dia tidak ingin membuat Echa selalu teringat dengan pak Romi saat dia berada didekatnya. Dan Echa sama sekali tidak keberatan dengan perubahan pak Dirga, itu semakin meyakini dirinya bahwa dia benar-benar mencintai pak Dirga bukan karena bayang-bayang pak Romi ada didekatnya.

Tanpa terasa, Echa mulai memejamkan kedua matanya. Dia memeluk erat suaminya yang terus-menerus memainkan rambutnya.

"Sayang, kamu tidur?" ujar pak Dirga begitu melihat Echa menutup kedua matanya. Pria itu tersenyum tipis, meskipun Echa tidak menjawab pertanyaannya.

Pak Dirga mengecup kening Echa, lalu membopong Echa ala-ala pengantin baru. Dia merebahkan Echa diatas tempat tidur.

"I love you my wife" pria itu mencium tipis bibir mungil Echa dan setelah itu keluar dari kamarnya.

Beberapa langkah dari penginapannya, tampak seorang pria terus mengamatinya dari balik jendela penginapannya. Pria itu sempat melihat pak Dirga menggoda Echa disofa kamarnya, mengecup keningnya, melihat wajah manja Echa sama persis saat menjadi muridnya dulu dan dia juga melihat pak Dirga membopong Echa, merebahkannya diatas tempat tidur serta melihat... pak Dirga mengecup bibir tipis Echa. Hatinya teriris menyaksikan semua itu tanpa terhalang sedikitpun.

"Freizha Putri Ananda, apa kamu bahagia hidup bersamanya?" jeda sebentar.

"Hanya ada dua pertanyaan yang ingin aku tanyakan saat kita bertemu. Apakah kamu pernah mencintaiku? Jika tidak, aku akan melepaskanmu bersama pria itu. Dan kedua... Apakah kamu hidup bahagia dengan pria itu?" pak Romi menarik nafas panjang, lalu menjauh dari jendela dan melepas jaket, topi yang sempat terkena capcin akibat ulah Kezia serta melepaskan kacamata hitam. Kemudian, dia merebahkan dirinya diatas tempat tidur.

"Hanya jawaban 'ya' atau 'tidak' yang aku perlukan dari kamu Cha..." ujarnya. Lalu dia memejamkan kedua matanya, masuk kealam mimpi bersama Echa.

💛💛💛💛💛

Setelah dua tiga hari mereka menginap divilla, akhirnya mereka kembali ke Jakarta, tempat dimana mereka tinggal dan kembali melakukan aktivitas seperti biasanya dan sekarang mereka telah berada di Jakarta.

Gadis itu berdiam diri tidak jauh dari toko dan terus mengamati seorang anak laki-laki yang menggendong gadis kecil. Tidak berapa lama, anak laki-laki tersebut meninggalkan gadis kecil itu dan berlari meninggalkannya. Selang beberapa menit, seorang wanita setengah baya mendekati gadis kecil itu.

'Mama...' ujar gadis itu yang berada tidak jauh dari toko tersebut. Lalu... Wanita setengah baya itu menggendong gadis kecil yang tengah menangis, mencoba untuk menghiburnya. Dan wanita setengah baya itu akhirnya membawa gadis kecil dalam gendongannya, membawanya pergi menjauhi toko tersebut.

"Mama..." ujar Echa dengan mata terpejam dan menggelengkan kepalanya ke kanan ke kiri.

"Cha...Cha..." Pak Dirga menepuk lembut pipi Echa, berusaha membangunkannya.

Perlahan Echa membuka kedua matanya, melihat suaminya yang terlihat cemas berada didekatnya.

"Kamu kenapa Cha?"

"Mas, aku mimpi lagi...mimpi anak kecil itu. Siapa dia?" Pak Dirga membantu Echa untuk duduk bersandar dibahu tempat tidur.

"Sudahlah Cha, itu kan hanya mimpi. Jangan dipikirkan..."

"Tapi...kenapa ada Mama Mas? Kenapa selalu ada Mama dan anak kecil itu?"

Pak Dirga tersenyum tipis dan berusaha menenangkan istrinya.
"Itu hanya kebetulan Cha. sudahlah, ayo tidur lagi. Besok kamu kuliah dan kuliah kamu tinggal 1 bulan lagi bukan? Setelah itu kamu sibuk dengan skripsi-skipsi kamu"

"Iya Mas" Echa masuk kedalam pelukan Pak Dirga dan mulai memejamkan matanya kembali.

💛💛💛💛💛

Dr. Fadil keluar dari kamarnya sambil melipat lengan baju hingga kesiku dan berjalan menuju tempat makan.

"Rom, hari ini hari pertama kamu ngajar dikampus bumi pertiwi bukan?" tanya dr. Fadil sambil meminum susu putih yang baru saja disediakan oleh Mbok Ijah.

"Iya, dan aku sudah menantikan hari ini dari jauh-jauh hari, inilah waktunya... Dimana aku akan menemui dia..." jawab pak Romi sedikit menunjukkan senyuman, senyuman yang tidak pernah dilihat dr. Fadil sebelumnya.

"Baguslah... Setelah lima tahun kamu bersembunyi, akhirnya kamu bisa menemuinya. Kira-kira bagaimana reaksi wanita itu jika dia tahu kamu masih hidup? dan... apakah dia masih mengingatmu?"

TRAAAKKK

Tanpa sengaja pak Romi menjatuhkan sendok yang baru saja dia pegang. Sama sekali tidak pernah terpikirkan bagaimana reaksi Echa nanti??

"Rom?" dr. Fadil sedikit mengerutkan alisnya melihat reaksi Romi setelah mendengar pertanyaannya.

"Eh...i iyaa" jawab pak Romi sedikit terbata.

"Kamu tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa. Jika dia tidak mengingatku, aku akan membuatnya kembali untuk mengingatku" Meskipun tampak keraguan diwajahnya, dia sangat yakin kalau Echa masih mencintainya... Dan pak Dirga hanyalah dijadikan pelarian untuk melupakan dirinya. Terlebih lagi, dr. Fadil sempat menceritakan bagaimana cara pak Dirga menikahinya, dengan cara menfitnah Echa bahwa dia tengah mengandung anaknya. Itu semakin memperkuat perkiraannya, bahwa Echa menikah dengan pak Dirga karena sangat terpaksa. Bukan karena Echa mencintai pria tersebut.


💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛

~TBC~

Jakarta, 11"06"16

~velove_girlie~

Akhir'a selesei jg chapt ne, jangn lupa votment, okey??

Yeeeyyyy... Bsok waktunya Echa dan pak Romi ketemu... Reaksi Echa kira-kira gimana ya?? 😂😂😂

"Yess!! akhirnya velove mempertemukanku dengan Echa, setelah bertahun-tahun aku sangat merindukannya" #RomiAdrian

👆 EfekVeloveLupaMinumObat 😂😂😂

Ud yaaa... Love u all 😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

361K 10.2K 21
Perkenalkan namaku Keyana Queenna, namun aku biasa dipanggil 'Ana' eh kecuali ada beberapa orang terdekatku yang memanggilku 'Key'. Dan disinilah c...
8.9K 178 6
Melati mengharapkan Denis putus dengan Rena . akhirnya hal itu terjadi , melati pun jadian dengan Denis tapi, tak lama ada murid baru di sekolah mer...
17.7K 720 25
Bagaimana jadinya seorang bujangan berumur 28 tahun yang harus tinggal bersama siswi SMA yang baru ia temui nya dengan tak sengaja di halte bus kota...
97.2K 1.7K 10
Braja dan Indhira adalah teman dari SMP hingga sekarang. Braja tidak pernah melupakan Indhira di setiap hal apapun dan begitu juga sebaliknya tapi ta...