Should I?

By verenalowe

7.5K 426 95

[COMPLETED] [jumlah part: 39 +epilog] Sebuah kisah yang menceritakan tentang kehidupan dan masalah-masalah s... More

Chapter 1: Malapetaka
Chapter 2: Salah Paham
Chapter 3: Godaan
Chapter 4: Kesedihan
Chapter 5: Pencerahan
Chapter 6: Cowok itu Ngeselin
Chapter 7: Pertemuan
Chapter 8: Tak Terduga
Chapter 9: Permintaan Maaf
Chapter 10: Barbeque Party
Chapter 11: Rapuh
Chapter 12: Problem (1)
Chapter 13: Problem (2)
Chapter 14: Social Media
Chapter 15: Awal yang Baik
Chapter 17: Terjebak
Chapter 18: Happy Sunday
Chapter 19: Balikan?
Chapter 20: Pertama Kalinya Kehilangan
Chapter 21: Akankah aku kembali ke pelukanmu?
Chapter 22: Pelindung
Chapter 23: Holiday
Chapter 24: Kebahagianku Bersamamu
Chapter 25: Kedatangannya
Chapter 26: Bukan Rahasia Publik
Chapter 27: Pertemuan
Chapter 28: Aku disini!
Chapter 29: He's Back
Chapter 30: Two Idiot Man
Chapter 31: Rahasia pun Perlahan Terbongkar
Chapter 32: Terkejut
Chapter 33: Surprised
Chapter 34: Monopoli?
Chapter 35: Gara-Gara KPOP
Chapter 36: Murid Teladan?
Chapter 37: Ujian Nasional
Chapter 38: Amal dan Ice Cream
Chapter 39: Apakah Ini Akhir Dari Segalanya?
Epilogue.

Chapter 16: Penyelesaian

144 9 2
By verenalowe

[a/n] mulai part ini akan menggunakan author point of view ya guys, happy reading.
-----------------------------------------------------

"Woy! Bangun! Kebo amat lo dek! Bangun!" seru Daniel kepada adik kesayangannya yang masih tertidur pulas di atas ranjang queen size nya.

Hingga saat ini pun tidak ada sahutan dari gadis yang di bangunkannya. Seolah ada nyala lampu diotaknya, Daniel membisikkan sesuatu ke telinga adiknya.

"Veve sayang? Dijemput Aldi tuh. Katanya sih ngajak balikan."

Gadis itu langsung terduduk dan menatap tajam kakaknya. Daniel tertawa cukup keras yang membuat Vera kesal.

Dan jangan tanyakan bagaimana Daniel tahu jika adiknya sudah putus dengan calon tunangannya sendiri. Daniel semakin sering ngobrol dengan Aldi. Bahkan Daniel pun pernah nongkrong bareng teman-temannya Aldi.

"Udah bangun! Gak usah bahas dia, Bang!" ujar Vera dengan memajukan kepalan tangannya didepan Daniel.

"Udah cepetan. Mau gue tinggal?" kali ini Daniel yang mengancam adiknya dengan ancaman-ancaman tidak jelas.

"Iya, gue mandi. Gausah breakfast ya, Bang. Males nih, mood gue buruk."

Vera pun langsung menuju ke kamar mandi yang berada di kamarnya.

***

Aldi baru saja turun dari motornya. Biasanya dia akan membawa mobil jika berangkat dengan Vera.

Aldi sendiri pun masih belum tahu dari mana Vera mendapatkan rekaman itu. Mereka salah paham. Ya. Hanya salah paham.

Saat itu Aldi menolak dare dari Putra. Secara, pada saat itu Aldi masih menjalin hubungan dengan Jihan. Yang mengejutkan lagi adalah dare itu Putra katakan saat mereka berada di kelas 11 tepatnya pada awal semester dua.

"Woy bro!" sapa Radit. Aldi menatapnya bingung. Dia terheran-heran melihat Radit datang sepagi ini.

"Etdah, muka kok kusut gitu. Mabuk lo, Di?" tanya Radit dengan memandang wajah kusut Aldi yang membuat si empunya kesal.

"Cot." ucap Aldi dengan singkat dan dan meninggalkan Radit.

"Akhh" pekik seorang gadis dengan rambut merahnya. Dia terduduk di lantai koridor.

"T-tania? Ngapain lo disini?" tanya Aldi menatapnya sambil mengerutkan keningnya.

"Tolongin dulu kek! Sakit tau," ujar gadis yang Aldi panggil dengan sebutan Tania itu.

Tania adalah sahabatnya dari kecil yang pindah ke New York. Sudah 3 tahun dia tidak bertemu dengan Tania.

Aldi mengulurkan tangannya kepada Tania. Tania pun menerima uluran tangan dari Aldi.

Kring Kring.

Bel masuk telah berbunyi seantero Braga. Aldi langsung berlari menuju kelasnya meninggalkan Tania.

Saat dikelas, dia bingung tak ada tas Vera di kursinya. Dia teringat sesuatu. Rooftop. Aldi melangkahkan kakinya mejauhi bangkunya.

"Aldi mau kemana? Pelajaran akan dimulai!" Seru Miss Kylie selaku guru bahasa inggris kelas dua belas.

"Kebelet, Miss. Gak tahan."

Setelah melihat anggukan Miss Kylie, Aldi langsung menaiki tangga dengan berlari-lari kecil. Aldi pun membuka pintu rooftop.

Aldi tak mendapati orang yang dia cari disana. Aldi mengambil ponsel di saku cenalanya. Shit, umpat Aldi dalam hati.

Vera meneleponnya sebelas kali. Dan juga mengirimi pesan, bahkan dia juga spam line Aldi.

Vera Wayne

Di, dimana?

Di? Lo dimana?

ANJIR LO DIMANA ALDI MESUM?!

TAI DI! GUE LUMUTAN!

DI!!!!

KALO GAK BISA TEPATIN JANJI, GAK USAH JANJI DI! GUE MAKIN KECEWA!

Damn. Gue pasti kena lagi nih sama nyonya.

Aldi pun langsung menelepon Vera. Dan jawaban yang di berikan adalah 'maaf, nomor yang Anda hubungi sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi.'

Berkali-kali Aldi menghubungi gadis yang membuatnya jatuh cinta lagi. Namun jawabannya pun sama. Bahkan Aldi pun mulai bosan mendengar ucapan operator itu.

Terlintas di kepalanya tempat yang sering di kunjungi Vera. Dia pun berlari kecil untuk menuruni anak tangga. Saat di koridor, Aldi berpapasan dengan Tania. Namun Aldi tidak menggubrisnya sama sekali, malah dia mempercepat larinya menuju perpustakaan.

Dan akhirnya dia menemukan sosok yang sedang menyandarkan tubuhnya di rak buku. Dengan ditemani earphone di kedua telinganya, dia fokus terhadap buku yang ada di tangannya.

Aldi menghampirinya dengan perlahan. Vera yang tidak merasakan kedatangan seseorang pun masih melanjutkan membaca.

Aldi menarik salah satu earphone yang dipakai gadis itu. Gadis itu terkejut dan langsung menoleh kepada Aldi. Ia menatap tajam Aldi seperti tatapan elang.

Vera terpaku melihat Aldi di depannya. Dia baru saja sadar jika yang menarik earphone-nya adalah Aldi. Ia memukul kepala Aldi dengan buku yang tebal yang berada di tangannya.

"Aldi mesum sialan!" seru Vera yang kesal melihat Aldi.

"Kemana aja? Gue gak masalah nungguin lo. Gue udah berfikir negatif! Gue kira lo sakit! Gue kira lo kecelakaan! Sadar gak sih?! Gue cariin lo, eh malah berduaan sama cewek! Gak betah lo tanpa ada sosok cewek di samping lo?!" ujar Vera dengan suara yang cukup keras dan menimbulkan penjaga perpustakaan menatap mereka dan meletakkan jari telunjuknyadi depan bibir.

"Udah?" tanya Aldi dengan nada yang terlampau lembut. Bahkan dia tidak biasanya berbicara seperti ini.

"Denger. Gue cuma nolongin dia. Dia barusan jatuh di koridor. Dan sebagai sahabat lamanya, gue harus tolongin dia. Lo gak-"

"Gak ada yang namanya cowok sahabatan sama cewek, Di!"

"Ya, exactly. Dia suka sama gue. Gue gak boleh gitu aja cuekin dia. Gue juga masih punya perasaan. Gue tau gimana perasaan cewek."

"Tapi, lo gak tau perasaan gue, Di," ujar Vera sambil melepaskan satu earphone yang masih singgah di telinga kanannya.

"Gue tau. Sangat tau. Itu alasan gue mau jelasin semuanya. Kita cuma salah paham! Dan soal Tania, gue yang urus. Gue janji bakal jauhin dia sebagai sahabat, bukan sebagai teman."

"Gausah janji, Di. Percuma lo janji. Tapi tetep aja lo ingkarin janji lo." ujar Vera.

"Ve! Gue ta-"

"Kalo kalian mau bertengkar jangan disini! Ini perpustakaan. Aldi juga ngapain sih ada acara marah-marah sama Vera. Toh dia dari tadi diem baca buku. Itu jug—"

"Bu, ini urusan kami. Saya tahu ini perpustakaan. Dan hanya tempat ini yang bisa kami jangkau. Maaf," ujar Aldi sambil menarik tangan Vera dari perpustakaan sekolah mereka.

Mereka keluar dari perpustakaan dengan diselimuti dengan kemarahan. Kemarahan dan kekecewaan Vera serta kemarahan Aldi karena Vera tidak mau mendengarkannya.

Aldi membawanya ke taman belakang sekolah. Didudukkannya gadis itu di depannya. Vera tak lagi memberontak. Kini dia terdiam.

"Ve, denger! Ya, memang rekaman itu emang ada. Rekaman itu emang bener. Tapi kejadian itu udah lama. Gue udah nolak permintaan Putra. Gue tau gue salah. Gue tau gue egois. Tapi untuk masalah ini, gue gak ikut apa-apa. Emang yang ngomong gue, tapi kejadian di rekaman itu gak terjadi dan gak akan terjadi.

"Gue sayang sama lo. Gue cinta sama lo. Dan lo bisa buat gue jatuh cinta lagi, haruskah gue ninggalin lo? Gak dan gak akan pernah. Kita cuma salah paham.

"Dan soal Tania. Oke, gue minta maaf. Gue bener-bener salah. Gue gak tau akan ngulangi ini lagi atau gak, tapi gue akan berusaha yang terbaik buat lo. Just for you. And try to believe me again, Ve. I'll wait." jelas Aldi dengan panjang lebar.

Vera yang mendengar itu menundukkan kepalanya. Dia berfikir sangat keras, apakah dia harus mempercayai Aldi atau tidak.

"Hei, kenapa? Udah, gak usah di pikirin. Intinya, gue masih disini. Di samping lo. I do apologize for all what I do at the past. You know that I love you."

Aldi memeluk Vera dengan erat. Dia tidak ingin kehilangan Vera untuk kedua kalinya. Aldi merasakan tubuh gadis itu bergetar. Gadis itu menangis.

Aldi melepaskan pelukannya dan menghapus air mata gadis itu yang berjatuhan.

"M-maaf. Maaf, Di. Gue egois. Gue gak pernah ngerti lo. Ma-af."

"Udah, jangan nangis. Gue gak bisa lihat cewek nangis. Apalagi yang nangis itu orang yang gue sayang." Aldi kembali menghapus air mata Vera.

To be continue...

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 123K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
6.1M 478K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
570K 38.7K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
2.3M 72.3K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...