Magic Potion [END]

Autorstwa alana_l0v3

33.4K 3.8K 1K

Bagaimana jika salah satu atau beberapa dari ketujuh kembaran ini berubah? Saksikan saja sendiri!! ••• "Eh... Więcej

ᏢᎡϴᏞϴᏀ
ᏟᎻᎪΝᏀᎬᎠ
ᏟᎪΝ'Ͳ ᏴᎬᏞᏆᎬᏙᎬ ᏆͲ
ᏴᎬᏟϴᎷᎬ Ꭺ ᏀᏆᎡᏞ
ՏᎷᎪᏞᏞ ᎬᎡᎡϴᎡ
ᎻᎪᏞᏆᏞᏆΝͲᎪᎡ
ᎷᎪՏᎪᏞᎪᎻ ᏦᎬᏟᏆᏞ
ᏆͲ'Տ ՏͲᏆᏞᏞ ͲᎻᎬ ᏴᎬᏀᏆΝΝᏆΝᏀ
ՏᏆ ᏢᎡᏆᎪ ͲႮᎪ
Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ
ᏞᎬͲ'Տ ՏͲᎪᎡͲ
Ꭺ ᏢᎪᎡͲ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ(2)
ՏᏆᏟᏦ?
ᏀᎬᎷᏢᎪ
ᏟᎬᏞᎪᏦᎪ
ᏞϴՏͲ
ᏟϴᎷҒϴᎡͲᎪᏴᏞᎬ ᎻϴᎷᎬ
ᏆᏟᎬ
ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ
ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ(2)
Ꭺ ҒႮΝ ᎠᎪᎽ
ՏϴᏞᎪᎡ
ҒႮΝ ᏀᎪᎷᎬՏ
ͲᎻᎬ ᏔϴᏞҒ ᎻᎪՏ ᏟϴᎷᎬ
ͲᎪႮҒᎪΝ
ᏔᎪΝͲ Ͳϴ Ꮐϴ?
Ꭺ ᏢᎪᎡͲ
ᏢᎬᎡႮᏴᎪᎻᎪΝ
ᏴᏞᎪᏃᎬ
ᏴᎪᏆᏦᎪΝ
ϴᏞᎠ ҒᎬᎪᎡՏ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(2)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(3)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(5)
ᎡᎬϴᏟᏟႮᎡ
ΝᎬᏔ ᏢᎡϴᏴᏞᎬᎷ
ᏦᎬͲᎪᎻႮᎪΝ
ͲᎻϴᎡΝ
ᏀϴΝᎬ
Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ
ՏᎬᏞᎬՏᎪᏆ
ᎬᏢᏆᏞϴᏀ
ᏴϴΝႮՏ ᏟᎻᎪᏢͲᎬᎡ

ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(4)

430 59 36
Autorstwa alana_l0v3

Just enjoy it! Happy Reading⚪

•••
















































































































































Magic Potion : Memories of the Past(4)

===

[Seperti judulnya, semua isi bab adalah cerita tentang masa lalu(mungkin maju mundur). Mungkin akan ada bagian yang kurang nyaman dibaca, jadi bijak dalam membaca📖]

Ruangan bernuansa merah nampak sejuk dengan angin masuk melalui jendela terbuka. Tirai jendela yang tergerai nampak terbang karna tiupan angin dari luar. Pagi yang cerah di sambut kicauan burung yang memanjakan telinga. Langit biru terbentang luas tak terhingga di atas sana dengan gumpalan awan putih menghiasi dengan lucu.

Terlihat diatas kasur, sang pemilik kamar nampak tengah membaca sebuah buku dengan serius. Sesekali mengikuti ekspresi yang dia baca dari buku tersebut, lalu kembali wajah awal yang tak berekspresi. Rambut nya terlihat bergerak karna tertiup angin dengan iris ruby indah yang sangat fokus membaca setiap huruf dalam bab itu. Jemari lentiknya mengangkat selembar dan membalik ke halaman selanjutnya.

Tok tok tok

Dengan spontan dia mendengus kala mendengar suara ketukan pintu dari luar. Dia sebenarnya tidak suka diganggu bila sedang membaca. Apalagi bila sedang di adegan seru serunya, dia pasti akan langsung kesal dan berteriak.

Tetapi dia tetap turun dari ranjangnya dan membuka pintu kamar yang dia kunci. Bukunya masih dia pegang tanpa berniat ingin melepaskannya.

Disaat pintu terbuka, alisnya mengerinyit tajam kala melihat seseorang yang tidak dia sukai sampai sekarang berdiri didepan pintu. Dari 4 hari lalu, hingga kini dia tidak mau menerima keberadaannya dengan ikhlas. Dikarenakan tingginya yang tidak sama membuatnya jadi harus mendongakkan kepalanya sedikit lebih atas.

Sebuah senyuman menatap dirinya dengan lembut, tetapi memaksa.

"Hai, Hali. Boleh aku masuk?"

Hali menunjukan raut datar andalannya, dia hanya diam tak menjawab pertanyaan dari bibi nya itu. Dia menatap dirinya dari aras hingga bawah. Memakai pakaian pendek yang seperti kekurangan bahan. Gaun putih sependek paha dengan gantungan seperti tali tipis diatas bahu. Membuat Hali berpikir apakah yang ada didepannya ini adalah wanita baik atau wanita genit?

Dia tidak ingin menjawab pertanyaannya dan masuk kedalam. Namun baru saja saat ingin menutup pintu, ada sesuatu yang menahannya. Dia menoleh dan melihat sebuah tangan menahan daun pintu agar tidak tertutup.

"Halilintar, aku ingin bicara sebentar denganmu"

Dikarenakan kesal karna merasa terganggu Hali hanya membiarkan disana dan kembali berbaring atas ranjang untuk lanjut membaca.

Sementara Evelyn terlihat tersenyum kesal karna diperlakukan seperti itu oleh keponakannya sendiri.

"Hei, apa kamu mau ikut denganku?" tanya Evelyn berjalan menghampirinya.

Hali meliriknya sekilas lalu kembali membaca. "Tidak" jawabnya dengan cuek dan dingin.

"Hm? Kenapa?" Evelyn duduk disebelah Hali.

Merasa tidak nyaman, Hali sontak bangun dan duduk sambil bersender pada kepala ranjang dengan bantal sebagai bantalan nya di punggung. Dia tidak menjawab pertanyaan Evelyn.

Evelyn tersenyum padanya, "Aku ingin ke toko buku, yakin gak mau ikut?"

Mendengar kata 'toko buku' tentu membuat Hali yang notabene sebagai pecinta buku merasa tertarik. Tetapi dia tidak langsung menunjukannya secara terang terangan. Biar bagaimanapun dia masih was was pada Evelyn yang menurutnya bukanlah orang yang terlalu baik.

"Apa maksudmu, bi?" Hali sedikit curiga dengan tingkah Evelyn yang tidak biasa. Padahal dari kemarin kemari dia terus tidak peduli

"Salah ya? Aku hanya ingin dekat dnegab keponakanku" Evelyn tersenyum padanya. "Kalian anak dari abangku, tentu saja aku harus jadi dekat dengan kalian biar hubungan kita gak terlalu renyah. Dan lagi, jangan memanggilku bibi. Panggil aku kakak, aku baru berumur 20 tahun tau"

Hali memutar bola matanya malas. Satu yang dia dapatkan adalah, bahwa dia dan adik adiknya berbeda sepuluh tahun dengan bibinya sendiri.

"Kamu suka baca buku?" tanya Evelyn.

Hali tidak menjawab dan lagi lagi ingin fokus dengan bukunya.

"Kamu suka buku seperti apa? Misteri? Fantasi? Horor? Romantis? Atau thriller juga??"

Hali melirik kearahnya. Sepertinya Evelyn cukup tau tentang cerita novel.

"Fantasi" jawab Hali dengan nada pelan.

"Woah, benarkah?? Aku juga suka dengan cerita fantasi" Evelyn tersenyum padanya. "Kamu tau Bumi dari Tereliye gak?"

Hali menengok kearahnya, "Tau.."

"Iya? Kamu udah baca semua seriesnya? Oh dan jangan lupa dengan Sherlock Holmes sih, cerita agak memusingkan tapi seru buat di baca"

Kini anak laki laki itu mulai tertarik pada Evelyn.

"Hali suka baca buku apa aja?" tanya Evelyn.

"... Tergantung, mana yang menurutku menarik untuk dibaca. Tapi aku lebih suka jika pemeran utamanya adalah korban dalam cerita"

Cukup tau, Hali penggemar cerita angst.

"Hah? Haha, kamu sangat gak tertebak. Masa yang jadi pemeran utamanya yang harus mati sih?"

Hali menggidikkan bahunya, "Seru aja kalo liat karakternya tersiksa"

Evelyn dibuat tertawa dengan ucapannya. "Kamu sangat pandai memilih cerita. Apa ada buku yang kamu mau?"

Yang ditanyai tentu saja mengangguk, mana mungkin dia menggeleng. Bukan pecinta setia buku namanya.

"Mau ikut ke toko buku denganku tidak? Aku juga mau membeli buku, sekalian saja kalo Halilintar mau. Nanti aku yang bayar"

Mata Hali sedikit berbinar mendengarnya, "Benarkah? Boleh?" tanyanya.

Evelyn tersenyum, "Tentu saja. Kenapa tidak?"

"Mau" Hali menjawab tanpa berpikir lebih dulu.

"Okey.. Siap siap lah sekarang, kita pergi sebentar lagi ya"

"Baik.."

Evelyn membalas dengan senyuman dan keluar dari kamar Halilintar, tak lupa dia menutup pintu kamarnya. Hali terdiam ditempat. Baru saja dia berbicara sedikit lama dengan Evelyn, padahal awalnya dia sangat ingin berjaga jarak dengannya. Tetapi saat selesai bicara, Hali merasa kalau Evelyn mungkin adalah seorang yang baik.

Mungkin(?).

"Ahh.. Apa aku terlalu berpikiran negatif?" monolog Hali mendengus pelan, dia menutu bukunya dan turun dari ranjang. Menaruhnya dengan rapi di dalam rak buku khusus untuk menyimpan koleksi buku novelnya.

Dia sudah mengumpulkan hampir setengah rak kayu yang besar itu dalam 3 tahun terakhir.

"... Nambah lagi gak papa, malah bagus" Hali pun hendak bersiap untuk pergi ke toko buku bersama Evelyn.

Manusia mana yang mau menolak jika dibelikan buku novel??

.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.

Satu persatu dari mereka mulai turun dari mobil. Memandangi gedung besar berisi buku buku dari luar dengan pandangan kagum.

Hanya 2 orang setidaknya, selebihnya tidak.

Kaki kaki mereka mulai melangkah masuk kedalam perpustakaan kota yang berada di dekat hutan rindang. Aroma kayu khas menyeruak kedalam penciuman, para pengunjung lain juga nampak timbul disana. Suasana yang tenang dan sunyi, tidak banyak suara yang datang karna memang itulah peraturan jika di perpustakaan.

"Besar" gumam Hali menatap takjub semua buku buku yang ada disekitarnya.

"Kak, ada buku yang kau suka disana" tunjuk Ice pada salah satu lorong rak didepan sana.

Sontak pun Hali mengikuti langkah kemana Ice pergi.

"Kakek mana ya?" tanya Thorn celingak celinguk mencari Lyon.

Solar sendiri nampak sudah sibuk mencari buku untuk dia baca bersama Gempa. Sementara Blaze dan Taufan terlihat hanya melihat lihat lalu duduk di kursi sofa yang biasanya mereka tempati.

"Solarrrr, cari kakek Lyon yukkk" ajak Thorn menarik narik tangan Solar.

"Nanti dulu, aku mau nyari bu- kak!!" baru saja Solar hendak menolak, tangannya sudah di tarik oleh Thorn duluan.

"Nyari kakek dulu baru bukunya" Thorn tetap menarik Solar yang mau mendengar dumelan dari adiknya itu.

Disisi lain, Halilintar terlihat tengah melihat lihat buku yang menarik baginya. Bukan buku ilmu pengetahuan, melainkan novel fiksi yang ingin dia baca. Matanya jelalatan mencari kesana sini bersama Ice yang di belakangnya, melakukan hal yang sama.

Lalu sampailah saat dimana Hali menemukan buku yang membuatnya tertarik. Dia mengambilnya dan melihat cover buku itu yang berjudul Sweet Home. Awalnya dia berpikir kalau itu adalah cerita manis tentang rumah, tetapi saat melihat gambar di cover itu, dia menarik ucapannya. Rumah manis tidak selalu berbentuk bangunan. Dan tidak selalu berkisah hal manis didalamnya.

Judulnya membuat Hali teringat akan masa kecilnya yang membuatnya sedih.

"Kak, aku mau ke sana" ucap Ice menunjuk kearah tempat duduk yang mengarah pada tempat dimana Taufan dan Blaze berada.

Hali sedikit tersentak dan menoleh kearahnya. Dia mengangguk, "Iya"

Ice pun pergi dari hadapan Hali. Kini hanya ada Hali sendirian di lorong itu. Sementara Gempa berada disebelah lorong rak yang lain.

Hali membuka buku itu dan membaca sedikit isi didalamnya. Cerita yang berisi genre thriller dan horor membuat Hali menjadi penasaran dengan isi ceritanya. Sedikit mengerinyit bila ada kata kata berbahasa daerah juga didalamnya. Mungkin Hali berniat meminjamnya nanti. Sekarang dia akan membacanya beberapa halaman.

Baru saja saat ingin pergi menghampiri saudaranya yang lain, dia terhenti kala ada yang menyentuh pundaknya. Sedikit kaget dan sontak dia menepis tangan itu dari bahunya. Seperti biasa, tubuhnya merasa merinding jika ada seseorang yang membuatnya nyaman menyentuh dirinya. Hali menolehkan kepalanya, hendak protes tentang ketidaksopanan orang itu menyentuh dirinya.

Tetapi baru saja saat melihat wajahnya, Hali terdiam di tempat. Membeku dengan tubuh kaku tak bisa bergerak. Matanya menatap tak percaya dengan keberadaan seseorang di hadapannya itu.

Sosok yang dia takuti dan ingin dia hindari.

Sebuah senyuman merespon tindakan Hali. "Hai, Hali~"

Hali menggerutkan alisnya kebawah dan sontak mundur beberapa langkah. Menatap tajam dan dingin orang itu. "Sekarang apa lagi" gumamnya merasa terintimidasi dengan keberadaannya.

"Kita terus bertemu ya, apa kita jodoh?"

Dasar sinting, Hali berbatin dengan penuh kewarasan tinggi. Tidak seperti orang gila yang ada di hadapannya itu.

"Kenapa kamu diam terus? Gak mau ngomong, hm?" kaki jenjangnya melangkah kearah Hali.

Hali pun ikut mundur kala dia datang mendekat. "Jangan maju!" titah Hali dengan kesal. Dirinya sudah merasa tidak enak badan. Jantungnya berdegup kencang dengan tangan yang basah karna keringat. Bukunya terpegang erat, mencoba menghalau rasa takut yang datang.

"Hehhh? Kenapa? Kau takut denganku?" senyuman miring bernafsu itu membuat Hali menatap horor.

Sontak dia pun langsung berlari pergi dari sana dengan cepat. Meninggalkan orang gila itu yang tengah tertawa kecil karna reaksinya. Dia menghela nafas pelan dan tersenyum menatap Hali yang kini ada di dekat saudaranya. Menatap kearahnya dengan tatapan takut beserta waspada. Membuat dirinya merasa geli hati.

"Kak.. Hali?"

Hali tersentak dan menoleh kebelakang. Baru saja saat menoleh dia dikagetkan dengan tangan yang terulur kearahnya. Bagaikan adegan lambat, Hali merasa takut dengan vibes yang berasa horor dan menakutkan itu. Jantung nya berpacu lebih kencang.

Reflek dia mundur untuk menghindar.

Dan baru sadar saat setelah dia diam beberapa saat, dan menatap wajah bingung dan khawatir dari adik pertamanya. Dia diam tertegun sesaat.

"Ahh.. Maaf.." Hali mengalihkan pandangannya dari netra biru sapphire itu. Ketiga kali nya aku bertingkah begini... Hali sedikit sedih dengan respon cepat yang dia miliki. Agak aneh sebenarnya, karna memang sejak dulu dia suka bereaksi seperti itu jika merasa tak nyaman atau kaget. Tetapi jika dia melakukannya sekarang, semuanya terasa berbeda.

"?? Kau baik baik aja?" Taufan bertanya dengan raut wajah yang menunjukan bahwa dia sedikit khawatir dengan keadaan Hali.

"Ya" jawab Hali dengan cepat. Dia tak ingin mengatakan apapun tentang tadi. Dengan jelasnya nafas, dua mencoba untuk menenangkan diri.

Sementara itu...

Solar dan Thorn nampak mencari keberadaan pria tua pemilik dari perpustakaan kota itu. Mereka telah mencari keseluruh penjuru perpustakaan, tetapi tidak menemukan keberadaannya.

"Apa dia gak datang?" tanya Solar menerka nerka.

Thorn mencibirkan bibirnya kedepan, "Masa sih? Biasanya juga datang..." wajahnya berubah murung.

Solar menghela nafas, "Ayo cari lagi. Kayaknya dia lagi jalan jalan kayak biasa" ucapnya mencoba menenangkan Thorn.

Thorn mengangguk lesu. Mereka pun kembali menyusuri sekitaran lorong rak besar yang ada disana. Keadaan yang hening dan sepi, tidak banyak orang yang datang hari ini. Lorong rak yang mereka lewati juga sudah terlampau amat sepi, tidak ada satu pun orang yang melihat lihat buku disini.

Begitulah pikiran Thorn sebelum matanya melihat seseorang didepan sana. Kakinya berhenti melangkah dan mencekal tangan Solar hingga membuat dirinya ikut berhenti berjalan. Solar menoleh dengan wajah bertanya.

"Kenapa?"

Bukannya menjawab, Thorn langsung menarik tangan Solar untuk segera pergi dari sana dan bersembunyi dibalik sisi rak yang lainnya. Solar bingung dan hendak bertanya jika saja Thorn tidak menutup mulut Solar agar dia tidak mengeluarkan suara duluan.

"Sst.." Thorn berbisik untuk menyuruhnya diam sejenak. Solar tertegun dan mengangguk. Bekapan itu pun dilepaskan dari mulut Solar.

Disisi lain rak yang mereka tempat itu lumayan sempit karna mentok dengan dinding yang ada di sebelahnya. Karna ada celah celah dari buku buku yang berjarak, membuat mereka bisa melihat sebuah bayangan hendak lewat dari sana.

Thorn menarik Solar untuk berjongkok agar tidak ketahuan. Solar hanya menurut kali ini.

Kini terlihat seseorang lewat didepan mereka, bayangannya yang mengarah kearah mereka lewat dari celah buku buku membuat jantung Thorn berdegup sedikit kencang. Solar sendiri mencoba melihat wajah orang itu dari sana. Dia tidak kenal siapa orang itu, tetapi saat melihat kearah kakaknya membuat sedikit ragu jika orang itu adalah orang tidak dikenal.

Orang itu telah lewat pergi dari sana dan berjalan menuju pintu keluar. Thorn pun mengintip dan saat dirasa sudah aman, dia menghela nafas lega dan mengajak Solar untuk keluar.

"Itu siapa sih, kak?" tanya Solar penasaran.

"Gak usah nanya nanya dulu, ntar aja" jawab Thorn melirik malas.

Solar mempoutkan pipinya kesal, "Kok kau jadi mirip kak Blaze sama kak Ice sih?"

Thorn menggidikan bahunya, "Kan aku adik mereka. Wajar lah"

Satu kata yang terbesit dibenak Solar untuk kakaknya itu, menyebalkan.

Thorn menarik tangan Solar untuk kembali mencari keberadaan Lyon. Solar hanya pasrah saat di seret. Sementara Thorn sendiri nampak gelisah kala Solar bertanya tentang orang itu. Sebenarnya dia juga tidak begitu kenal, hanya saja jika melihat wajahnya saja sudah membuat Thorn merasa tidak nyaman dan takut. Perasaan aneh muncul jika orang itu ada didekatnya. Dirinya merasa sangat terintimidasi dengan keberadaannya.

Itu orang yang kemarin ketemu kak Hali, kan..?

Dan sampai lah musi mereka selesai, Lyon berdiri diujung sana sambil tersenyum dengan lambaian tangan kearah mereka.

.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.

"Kita mau kemana?" tanya Hali saat Evelyn membawanya ke sebuah tempat yang sepi dan agak jauh dari keramaian.

Mereka baru saja kembali dari toko buku dan kini harusnya mereka pulang ke rumah. Bukannya kesini. Hali menatap sekitar dengan bingung sekaligus ngeri.

Gelap dan menyeramkan.

"Ke tempat dimana aku akan memberikanmu sebuah hadiah, Hali"

Hali menoleh kearah Evelyn yang tersenyum kearahnya dengan aneh. Mereka berjalan kearah bangunan gudang tua besar yang ada didepan sana. Evelyn membuka pintunya dan debu langsung menyapa mereka. Hali menatap getir keadaan didalam sana yang sangat gelap tanpa adanya cahaya sedikit pun.

Hali merasa agak takut dan sedikit mendekat kearah Evelyn, "K-Kakak..? Apa.."

"Pfft, kau bodoh ya ternyata"

Hali tersentak dengan nada bicara Evelyn yang terdengar sangat berbeda dengan yang tadi. Dia menoleh kearahnya dan terbelalak melihat seringaian jahat dengan wajah kejam yang dia pasang padanya.

Hali menatap bingung sekaligus takut, dia tidak mengerti dengan ucapan Evelyn tadi.

Dan tanpa aba aba, Evelyn langsung mendorong tubuh kecilnya kedalam dengan keras. Membuat Hali tersungkur didalam sana, totebag yang dia pegang jatuh entah kemana didalam kegelapan. Bukunya keluar dari sana dan kotor karna debu.

"Wih, siapa nih? Makanan baru kah?"

Hali terdiam membeku dengan suara yang terdengar sangat asing di telinganya. Dia menoleh kebelakang, dan melihat beberapa orang pria yang berdiri dibelakangnya dengan senyuman miring.

"Terserah mau kau apakan dia, pokoknya itu terserah kalian"

Evelyn menatap dingin dengan wajah angkuhnya.

Hali menatap tak percaya kearah bibinya itu.

"Hahaha, baiklah"

"Kesinilah, nak"

Tangan Hali ditarik oleh salah satu dari mereka.

"Enggak mau! Kak! Kakak! Jangan tinggalin aku disini, kak!! KAKAK!" teriaknya yang ketakutan mencoba lepas dari tangan pria itu.

"Berisik, nak. Lebih baik kau diam dan nikmati saja" bisikan halus itu membuat sekujur tubuhnya merinding.

Tanpa sadar, air matanya telah turun tanpa aba aba. Dia meronta ronta minta dilepaskan kala seseorang menggendongnya dan membawanya masuk semakin dalam ke ruangan gelap yang ada disana.

"Hiks, enggak mau! Lepas!" Hali memukul mukul punggung orang itu dengan keras. Berteriak minta dilepas dengan perasaan takut yang telah muncul dengan hebat. Tubuhnya gemetar dengan jantung yang berdegup semakin kencang.

Dia menoleh kedepan untuk meminta bantuan pada Evelyn. Namun sayangnya dia telah berdiri diluar dengan pintu besar yang perlahan mulai tertutup. Hali berteriak histeris memanggil manggil nya untuk meminta bantuan. Tetapi tidak ada respon lain selain senyuman miring yang kejam. Hingga lah saat pintu tertutup, meninggalkan Hali yang berada didalam kegelapan bersama orang orang yang tidak kenal menemaninya didalam. Teriakan histeris yang pilu terdengar memenuhi gudang tua itu, bahkan bisa terdengar sampai ke luar.

Evelyn hanya tertawa puas dari luar dan beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Hali yang menangis ketakutan dan berteriak histeris didalam sana.

Kesunyian ditutupi dengan suara desiran rerumputan yang ada di sekitar sana. Suara burung hantu sayup ikut terdengar dengan burung burung gagak yang menambah kesan seram di sekitaran gudang. Bulan purnama bersinar terang dilangit sendirian tanpa ditemani bintang. Kesepian tanpa adanya teman.

























































































































































































===

Bersambung...

Maaf baru up sekarang, semalam ide nya gak ngalir:).

Kemarin PG Scholl, sekarang KSKS:(((((. Kok semuanya pada di unpublish sih😭.

Padahalkan ceritakan bagus bagus...

😔😔.

Bakal jadi cerita legendaris sih itu.

Kalian jangan lupa makan siang ya🥰🥰. Dadah semuanyaaaaa👋👋❤💙.

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1M 87K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
75.4K 6.9K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
524K 5.6K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
303K 9K 30
[Geminifourth area ✔️🔞] END!! #geminifourth#gay#bxb BELUM DI REVISI TYPO BERTEBARAN!! Fourth adalah seseorang yang sangat pendiam,tidak banyak berbi...