Magic Potion [END]

By MOODY_AL16

40.3K 4.3K 1.1K

Bagaimana jika salah satu atau beberapa dari ketujuh kembaran ini berubah? Saksikan saja sendiri!! ••• "Eh... More

ᏢᎡϴᏞϴᏀ
ᏟᎻᎪΝᏀᎬᎠ
ᏟᎪΝ'Ͳ ᏴᎬᏞᏆᎬᏙᎬ ᏆͲ
ᏴᎬᏟϴᎷᎬ Ꭺ ᏀᏆᎡᏞ
ՏᎷᎪᏞᏞ ᎬᎡᎡϴᎡ
ᎻᎪᏞᏆᏞᏆΝͲᎪᎡ
ᎷᎪՏᎪᏞᎪᎻ ᏦᎬᏟᏆᏞ
ᏆͲ'Տ ՏͲᏆᏞᏞ ͲᎻᎬ ᏴᎬᏀᏆΝΝᏆΝᏀ
ՏᏆ ᏢᎡᏆᎪ ͲႮᎪ
Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ
ᏞᎬͲ'Տ ՏͲᎪᎡͲ
Ꭺ ᏢᎪᎡͲ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ(2)
ՏᏆᏟᏦ?
ᏀᎬᎷᏢᎪ
ᏟᎬᏞᎪᏦᎪ
ᏞϴՏͲ
ᏟϴᎷҒϴᎡͲᎪᏴᏞᎬ ᎻϴᎷᎬ
ᏆᏟᎬ
ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ
ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ(2)
Ꭺ ҒႮΝ ᎠᎪᎽ
ՏϴᏞᎪᎡ
ҒႮΝ ᏀᎪᎷᎬՏ
ͲᎻᎬ ᏔϴᏞҒ ᎻᎪՏ ᏟϴᎷᎬ
ͲᎪႮҒᎪΝ
ᏔᎪΝͲ Ͳϴ Ꮐϴ?
ᏢᎬᎡႮᏴᎪᎻᎪΝ
ᏴᏞᎪᏃᎬ
ᏴᎪᏆᏦᎪΝ
ϴᏞᎠ ҒᎬᎪᎡՏ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(2)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(3)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(4)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(5)
ᎡᎬϴᏟᏟႮᎡ
ΝᎬᏔ ᏢᎡϴᏴᏞᎬᎷ
ᏦᎬͲᎪᎻႮᎪΝ
ͲᎻϴᎡΝ
ᏀϴΝᎬ
Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ
ՏᎬᏞᎬՏᎪᏆ
ᎬᏢᏆᏞϴᏀ
ᏴϴΝႮՏ ᏟᎻᎪᏢͲᎬᎡ
-ͲᎻᎪΝᏦᎽϴႮ, ᎬᏙᎬᎡᎽϴΝᎬ-

Ꭺ ᏢᎪᎡͲ

543 78 7
By MOODY_AL16

Just enjoy it! Happy Reading ⚪

•••






















































































































































Magic Potion : A Part

===

"Suster ngomong apa sih?" Gempa mendelik tidak suka pada wanita yang ada dihadapannya dengan raut wajah ketakutan.

"Saya tidak bohong! Saudara anda benar benar berubah"

Sudah sekitar hampir 1 jam dia mendengar ocehan yang aneh dari suster itu. Dimana tadi pagi disaat pukul 5, Gempa memutuskan pergi kembali ke rumah sakit untuk menjaga Taufan disana. Karena yang lain sedang tidur dirumah, sementara dia harus mengurus beberapa hal di rumah juga. Jadi dia terpaksa tidak bisa menjaga sampai malam. Tetapi saat baru sampai di kamar rawat, Gempa sendiri kaget menemukan seorang suster yang terbaring tidak sadarkan diri didalam kamar.

"Sudahlah, sus. Maaf, tapi saya tidak bisa percaya dengan omong kosong itu" Gempa terlihat tidak mood mendengar cerita dari suster itu.

"..." suster itu terdiam tidak bergerak.

Gempa menatapnya sejenak lalu menghela nafas, "Sekali lagi maaf" setelahnya dia hendak beranjak pergi masuk ke dalam kamar rawat itu.

"Baiklah kalau kamu tidak percaya, itu terserah pada kamu. Saya tidak akan mau tanggung jawab apapun akibat yang kalian dapat"

Ucapan dari suster itu membuat Gempa berhenti melirik sinis, dia benar benar tidak menyukai apapun hal hal yang bersifat buruk tentang saudaranya. Saat dia hendak membantah, suster itu pergi dari sana dengan peralatan medis nya. Gempa mendengus kasar dan masuk kedalam.

Didalam, Gempa langsung di suguhi dengan Taufan yang masih terbaring disana dengan damai. Tangannya masih tertusuk dengan jarum infus, bau khas rumah sakit menyeruak di seluruh ruangan. Jendela kamar terbuka, membiarkan angin pagi berhembus masuk dari sana dengan menampilkan langit yang masih belum menunjukan kecerahannya.

Gempa melangkah kakinya untuk menutup jendela itu lalu berbalik dan duduk di sebelah Taufan.

Dia menelisik wajah damainya.

"Kak Taufan tau gak sih, masa suster tadi ngomong yang aneh aneh soal kakak. Mana ceritanya gak masuk akal banget lagi" Gempa mulai bercerita kecil dengan nada kesalnya. "Bilang kakak berubah, emang apa yang berubah coba? Kakak aja masih tiduran di sini, apa nya yang berubah sih?" Gempa mendengus kesal.

Beberapa detik dia diam disana tanpa berbicara. Suara dentingan jam dinding juga terdengar saking sunyinya kamar ini.

"Kak Taufan pasti kesepian ya disini? Kakak kan gak suka tempat sepi.." Gempa tersenyum tipis dan menyentuh tangan kakaknya itu, "Bangun cepet ya, kak. Kami semua rindu sama kakak. Blaze jadi lebih pendiam, dia gak mau main sama Thorn. Lebih suka diam di kamar.. Kak Hali juga, dia selalu nyalahin dirinya di rumah, padahal itu bukan salahnya. Semuanya gak sama tanpa kakak... Semuanya berubah, kak. Gak sama kayak dulu" kepalanya terlihat menunduk lemah. "Padahal ini belum satu minggu, tapi keluarga kita udah kacau tanpa salah satu dari kita. Kak Taufan jangan lama lama, tidurnya. Rumah jadi suran dan dingin tanpa kak Taufan, kak. Selama kakak baring disini, di rumah cuman ada Thorn yang selalu coba cairkan suasana"

"Dia selalu coba buat candaan biar suasana dirumah gak terlalu canggung. Senyum dia mirip banget sama kakak.. Mirip banget.. Sampai sampai aku kira itu kak Taufan, padahal itu Thorn" setitik air mata menetes jatuh ke atas ranjang. "Ini belum seminggu tapi rasanya gak biasa banget tanpa kakak dirumah. Semuanya rindu sama kakak. Aku juga.. Rindu rumah yang ramai dan berisik selama beberapa hari lalu, kak. Aku rindu kak Taufan yang jahil, rindu senyuman kakak, rindu candaan kakak, dan semuanya" tangannya terlihat gemetar menggenggam tangan Taufan.

"Kak Taufan jangan lama lama di sana, ya.. Cepat balik, kak. Kami semua nunggu kakak disini" Gempa tersenyum dengan air mata yang berlinang.

===

Solar berjalan di lorong sepi rumah sakit dengan perlahan. Matanya yang sayu menatap lurus jalan didepannya. Akhir akhir ini dia tidak bisa tidur, bahkan hanya tidur 1 atau 2 sehari. Kantung matanya menghitam dengan rasa kantuk yang menyerangnya.

Helaan nafas berat keluar dari mulutnya, dia masuk ke kamar rawat nomor 203 dan melihat siapa yang ada didalam sana. Kakak keduanya yang tengah terbaring tak sadarkan diri diatas ranjang dengan Gempa yang tertidur dengan lipatan tangan yang tertaruh diatas ranjang. Dia tidak berniat membangunkan Gempa, kakinya melangkah untuk pergi membuka jendela yang tertutup dan mematikan AC yang menyala di dalamnya.

Udara dingin berhembus masuk dengan segarnya. Kini masih pukul 07.56 dan tentu udara pagi yang segar jauh lebih baik daripada angin sejuk buatan. Solar mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan lalu pergi untuk menuju ranjang kakaknya. Melihat kedua kakaknya yang tertidur disana bersama.

"..." Solar melihat wajah Taufan yang damai, dia masih sedikit tidak percaya bahwa semuanya adalah nyata. Dia kira ini hanya mimpi yang dimana dia akan terbangun dan semua akan baik baik saja seperti biasa. Namun nyatanya tidaklah begitu.

Semenjak tidak ada kehadirannya, Solar merasa ada yang kurang. Semuanya tidak sama dengan tanpa adanya Taufan disana. Dia tau sekarang, bahwa jika salah satu dari mereka menghilang, maka semuanya akan berbeda dari sebelumnya. Dan Solar tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya.

"Sampai kapan kau mau tidur?" gumam Solar, nadanya tersirat rasa kesal bercampur sedih melihat Taufan yang berbaring tak berdaya diranjang. "Gak liat kak Gempa yang udah nunggu dari kemarin sampe gak tidur, hah? Bangun lah, bodoh" lirihnya menundukkan kepala nya.

Beberapa waktu berselang dengan hening menyapa. Hembusan nafas kasar yang terdengar berat keluar dari Solar. Dia menatap kedua kakaknya yang berada di ranjang itu dengan tatapan sendu dan kantung mata yang sedikit menghitam yang bersembunyi di balik kacamata visitornya. Tidak ingin bersedih, dia memutuskan untuk duduk di sofa sambil bermain HP nya disana. Melihat lihat media sosial dan membuka grup sekolah mereka yang mulai aktif kemarin.

Ting-!

Solar sedikit terkejut dengan pesan yang tiba tiba masuk ke HP nya.

Solar tersenyum tipis.

Solar sedikit tertawa melihat pesan pesam dari saudaranya yang membuatnya jadi sedikit terhibur.

Mengingat Hali yang berkata sedang membeli makan, Solar jadi teringat bahwa dia belum mengisi perutnya saat kemari. Biasanya akan ada makanan yang dimasak oleh Gempa di pagi hari, tapi pagi ini dia tidak memasak apapun. Bahkan Solar tidak menemukan keberadaannya dirumah saat dia bangun. Sangat jarang dia tidak melihat Gempa tidak memasak untuk mereka, mungkin dia terlalu buru buru kemari hingga lupa. Solar menatap punggung Gempa dari sana. Tersenyum tipis saat bisa mendengar dengkuran halus yang samar di telinganya.

Dia sadar bahwa kakak ketiganya tidak bisa tertidur dengan nyenyak beberapa hari ini, dia selalu menemukan Gempa merenung entah di balkon, teras, maupun ruang tengah dan di dalam kamarnya sendiri. Solar tau bahwa keadaan Taufan pasti mempengaruhi dirinya. Semua nya juga begitu. Mungkin hanya Thorn yang berpura-pura kuat didepan mereka.

Melihat bagaimana Gempa tidur membuatnya merasa ikut mengantuk di sana. Dia meletakan HP di atas meja yang ada di depannya. Melipat kedua tangannya dan menyenderkan punggung ke sofa dengan pelan. Mencari kenyamanan disana. Dia juga tidak bisa tidur semalam karna sibuk dengan ramuan penawarnya seperti biasa. Ada sedikit perkembangan, tapi belum terlalu sempurna. Berarti dia harus menunggu beberapa waktu lagi untuk menyempurnakan penawarnya itu.

Tok tok tok

Mata Solar yang tadi memberat kini kembali terbuka, saat ingin memejamkan mata, tiba tiba pintu kamar rawat itu terketuk oleh seseorang. Solar melirik kebelah kanannya, dimana pintu terletak disana. Dia sedikit menggerutu pada siapa yang menganggu waktu ingin tidurnya. Dengan berat hati dia harus membukanya.

Saat membukanya, dia terkejut dengan siapa yang datang. Sebuah senyuman menyapa keterkejutan nya.

"Hai, nak"

"Kakek?!!"

===

Kini Hali dan adiknya yang lain tengah berada di jalan raya dengan menggunakan mobil untuk pergi ke rumah sakit. Hali yang berkendara disana, melajukan mobilnya dengan santai. Dia tidak ingin terburu buru.

"Kak Hali, menurut kakak.. kak Taufan baik baik aja?" tanya Ice tiba tiba membuat Hali melirik sekilas kearahnya.

"Taufan bakal baik baik aja, kenapa kau bertanya seperti itu?" jawab Hali.

Ice menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Entahlah... aku mendapat mimpi buruk semalam"

Blaze yang duduk di sebelahnya nampak kepo, "Mimpi apa sih emangnya sampai nanya gitu?" tanyanya.

"Gak tau, aku lupa. Yang pasti isi mimpinya mengerikan, dan itu tentang kalian.." jawab Ice dengan wajah murung, suasana hatinya tidak terlihat bagus dari kemarin.

"Jangan khawatir, kak. Itu cuman mimpi, kita bakal baik baik aja" Thorn yang duduk di kursi depan bersama Hali nampak menoleh kearahnya sambil tersenyum manis seperti biasa.

Blaze mengangguk setuju.

"... Tetap aja, perasaan aku tidak enak" Ice menatap kearah lain.

"Nanti juga ilang, sekarang kita fokus ke Taufan dulu. Jangan kesehatan kalian juga, jangan terlalu mikirin kondisi ini, semuanya akan baik baik aja, Ice. Kau gak perlu khawatir" tutur Hali.

Ice melihat kearahnya. Menatap sejenak dan menghela nafas, "Baiklah"

"Kita bakal baik baik aja selama kita sama sama" Blaze tersenyum kecil pada Ice. Terlihat berusaha menghibur.

Ice meliriknya dan membalas dengan senyum tipis. "Ya, aku harap semuanya begitu"

===

Pukul 03.00 dini hari, Thorn terlihat berjalan menyusuri lorong dengan lampu remang remang yang membuat pandangan menjadi sedikit gelap. Melewati setiap kamar rawat dan beberapa manusia disana yang menjaga pasien disana. Lorong sunyi dan sepi tak membuatnya takut, langkah kakinya justru semakin cepat untuk sampai ke kamar tujuannya. Dia berniat ingin kembali setelah pergi ke taman belakang sejenak untuk menjernihkan pikiran.

Bertanya dimana saudaranya? Mereka pulang ke rumah dan baru kembali nanti pagi. Dan Thorn berniat menginap untuk hari ini. Dia sedikit takut sebenarnya, tapi selama ada kakaknya yang menemani, tidak masalah. Meskipun kakaknya itu tengah berbaring tak sadarkan diri diatas ranjang.

Baru saja sampai disana, Thorn di suguhi dengan pintu kamar yang sedikit terbuka. Alisnya menggerut bingung, dia ingat bahwa sudah menutup pintunya dengan rapat tadi. Dengan perasaan tidak tenang dia buru buru masuk untuk memastikan bahwa keadaan baik baik saja. Dia membuak pintu sedikit lebih lebar dan membelalakkan matanya.

Taufan tidak ada diatas ranjangnya. Selang infusnya terjuntai begitu saja ke lantai. Jendela kamarnya terbuka lebar dengan angin malam yang berhembus masuk dengan kencang, mengalahkan dinginnya AC disana. Selimut itu terlihat sudah tidak pada tempatnya.

Thorn berlari menuju ranjang yang tanpa keberadaan kakaknya itu dan celingak celinguk mencari keberadaan kakaknya.

"Kak Taufan?!"

Dia tidak mendapatkan jawaban apapun, hanya dibalas oleh kesunyian dan suara hembusan angin. Dirinya beranjak untuk pergi menuju jendela yang terbuka itu. Kamar ini terletak di lantai 10, pemandangan kota malam sungguh indah dari atas sini. Thorn mungkin bisa menikmatinya, tapi tidak sekarang dengan hilangnya Taufan entah kemana. Dia khawatir dan takut dengan keadaan kakaknya itu. Mungkin dia harus mencarinya di luar.

Tanpa dia sadari, pintu kamar terlihat bergerak ingin menutup sedikit, menampilkan seseorang dengan pakaian serba hitam berdiri dibelakang pintu dengan tudung yang menutupi sebagian besar wajahnya, hanya menampilkan bibirnya yang menyungging sebuah seringaian kecil. Berjalan dengan perlahan kearah Thorn.

Thorn sendiri masih sibuk berpikir kemana perginya Taufan. Dia melihat geudng gedung yang ada di depannya, jika dia seorang ninja dia pasti bisa melompat kesana. Kepalanya mendongak ke atas, menatap langit yang menunjukan bulan sempurna yang bersinar terang, ditemani dengan bintang bintang disana.

Kakak kemana...?

Thorn ingin menangis rasanya. Dia takut jika harus berada disini sendirian.

Tiba tiba sebuah tangan yang memegang pisau mengarahkan kearahnya. Bagaikan adegan lambat, Thorn dengan cepat menyadari hal itu. Matanya membelalak dengan pupil mata yang bergulir melihat ke belakang melalui ekor mata.














































































































































































===

Bersambung...

Ada yang masih bangun gak yaaa?? Absen dulu dong sini!

Maap ya kemarin gak sempat buat up, soalnya idenya gak ngalir😧.

Makasih lho, buka buka wattpad tau tau udah 9rb an aja😭❤❤. Cinta deh❤.

BESOK LIBUR, SAAT NYA BERGADANG. Btw, mungkin nanti pas imlek gak up dulu ya, kayaknya... Tapi tetap di usahain buat tetap up seperti biasanya!

Buat yang ngerayain, jangan lupa angpao nya ya🙏🙏.

Kalian jangan tidur terlalu malam yaw!

Dadah gesssss, tidur yang nyenyak dan mimpi indah ya🤗.

Continue Reading

You'll Also Like

19.9K 578 30
what would happen it the police officer's special mission is to tame the mafia princess?
2.5M 51.8K 100
Hunter called himself an archaeologist, but he was a modern day treasure hunter. Tiyana was a scientist devoted to her craft. They were passionate pe...
371K 9.8K 46
☝🏻 TO BE REVISED ☝🏻 How can you express your feelings when you don't even know you have that kind of feelings to that particular person? It's very...