GEOGRA

By iceynda

2.9M 122K 4.3K

Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat... More

PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50
CHAPTER 51
CHAPTER 52
CHAPTER 53
CHAPTER 54
EPILOG
EXTRA CHAPTER
EXTRA CHAPTER

CHAPTER 41

40.9K 2K 65
By iceynda

Genggaman tangan pada ponsel mengerat. Suara geraman rendah terdengar disertai helaan napas berat. Seluruh wajah laki-laki itu mengeras dengan guratan di sekitar pelipisnya menonjol.

"Aku akan segera ke sana."

Sambungan telepon terputus. Geogra terdiam sejenak mengamati ponselnya. Dia menyugar rambut dengan kasar. Geogra bangkit kemudian segera melangkah keluar dari ruang kerja. Mengabaikan berkas-berkas yang masih menumpuk di meja. Ia memasang wajah dingin beserta sorot matanya yang tajam. Melihat kehadiran majikannya, para pelayan dengan kompak menunduk.

"Di mana Zeyra?"

"Zeyra sedang menyiram tanaman di halaman belakang, Tuan Muda." 

Seusai mendapatkan jawaban, Geogra melanjutkan langkah menghampiri sang pujaan hati. Saat ini, Geogra merasa khawatir. Entah kenapa, hatinya menjadi tidak tenang. Ada perasaan aneh yang membuatnya menjadi gelisah.

Langkah kaki Geogra terhenti. Netra gelapnya menatap lurus, menemukan seorang gadis cantik dengan dress selutut bermotif bunga tengah asyik menyiram tanaman. Sebelah tangan gadis itu terangkat, menyelipkan rambutnya yang menjuntai ke belakang telinga. Zeyra bergumam sembari tersenyum.

"Zeyra," panggil Geogra dari kejauhan.

Gerakan Zeyra terhenti, ia menoleh cepat. Terkejut melihat keberadaan Geogra. Sejak kapan lelaki itu ada di sana? Gadis itu meletakkan gembor terlebih dahulu sebelum beranjak menghampiri Geogra.

"Ada apa, Geo? Apa Geo butuh sesuatu?" tanya Zeyra, ia mendadak gugup saat berhadapan dengan laki-laki itu.

Geogra mengamati wajah kekasihnya dari dekat. Raut muka Zeyra terlihat polos. Gadis itu belum tahu apa-apa. Seorang wanita tua yang sangat berperan penting dalam hidup Zeyra hingga gadis itu rela bekerja hanya untuk kesembuhan sang nenek. Apa yang akan terjadi jika ia mengetahui bahwa neneknya telah tiada?

Kedua matanya yang indah selalu berbinar cerah. Sudut bibirnya seolah tak pernah lelah untuk terus menyunggingkan senyum. Ekspresi ceria yang selalu ditunjukkan ketika gadis itu bersama neneknya. Apa semua itu akan lenyap saat ia tahu nenek kesayangannya sudah tidak ada lagi bersamanya?

Tangan Geogra terkepal kuat, rahangnya mengeras. Ia menghembuskan napas kasar, menarik tubuh kecil gadisnya ke dalam pelukan.

"Ehm?" Gadis itu mengerutkan kening. "Geogra?"

Terdiam selama beberapa detik dalam posisi tersebut, Geogra menarik diri namun tangannya tak lepas dari lengan Zeyra. Ia menatap gadis itu dengan tatapan sulit diartikan.

"Apa kau sudah menyelesaikan tugas sekolah?" tanya Geogra, nada suaranya terdengar lembut.

Zeyra mengangguk. "Sudah..." cicitnya.

"Kau ingin ikut denganku?"

"Ke mana?"

"Bertemu nenek?" ujar Geogra.

Zeyra tertegun. Bertemu nenek? Bukankah kemarin ia sudah menemui nenek? Mengapa tiba-tiba? Memangnya ia boleh menemui nenek lagi?

Gadis itu mengikuti langkah Geogra yang menggandeng tangannya meninggalkan halaman belakang menuju kamar Zeyra.

"Bersiaplah, aku akan menunggumu."

Zeyra hanya mengangguk saja. Tetapi dalam hati ia sangat senang sekali. Dia hanya bisa mengunjungi nenek seminggu sekali. Bukankah ini sebuah kesempatan untuknya? Gadis itu tersenyum riang, selalu tak sabar untuk bertemu Sura. Padahal baru kemarin bertemu, tetapi hari ini ia sudah merindukan neneknya itu.

***

Mobil hitam yang dikemudikan oleh Geogra melaju menuju rumah sakit. Lelaki itu melirik ke samping. Zeyra tengah menatap jalanan dari kaca mobil sembari memilin jemarinya.

Geogra menghela napas, sebelah tangannya terulur menggenggam tangan Zeyra. Pergerakan yang tiba-tiba itu membuat Zeyra tersentak. "Kau menginginkan sesuatu?"

Zeyra menggigit bibir dengan mata yang menatap ke luar kaca.

"Katakan, Sayang."

"Tidak ada," jawab Zeyra. Dia hanya sedang menahan gugup. Gadis itu sengaja mengalihkan pandangan agar rona merah yang muncul di kedua pipinya tidak diketahui oleh Geogra.

"Kau kedinginan, hm?" tanya Geogra. Telapak tangan Zeyra terasa dingin. Dia meraih jaketnya yang berada di kursi belakang. "Pakai jaket."

Gadis itu mengangguk, memakai jaket hitam milik Geogra. Lelaki itu melirik sekilas, ia mengulum bibir menahan senyum. Tubuh mungil Zeyra seperti tenggelam ke dalam jaketnya yang kebesaran. Menyadari gelagat lelaki itu, Zeyra menundukkan kepala, malu.

***

Kening Zeyra mengerut melihat Rashelyna dan suaminya tengah duduk di depan ruang rawat neneknya. Geogra menarik pelan tangan gadis itu, menghampiri kedua orang tuanya.

Ketika mereka mendekat, suara isak tangis mulai terdengar. Zeyra semakin keheranan. Rashelyna seperti tengah menangis di pelukan suaminya. Kenapa?

"Mom."

Panggilan dari Geogra membuat Rashelyna menghentikan tangis. Wanita itu buru-buru menghapus air matanya kemudian berbalik. Dia menyunggingkan senyum paksa.

"Geo? Zeyra?"

Geogra melepas genggaman tangannya. Dia duduk di samping Rashelyna, memperhatikan wajah sang ibu yang sembab. Dia tak tega melihat wanita kesayangannya menangis seperti ini.

"Zeyra, sini, Nak," ucap Rashelyna, merentangkan tangan. Arkielga yang mengerti pun bangkit dari duduknya. Membiarkan istrinya memeluk gadis itu.

Zeyra mengerjapkan mata ketika Rashelyna tiba-tiba memeluknya dengan sangat erat. Ia menatap Geogra dengan ekspresi bingung. Tetapi laki-laki itu hanya diam saja.

"M-mom, kenapa?"

"Nak, kau anak yang hebat... Kau anak yang kuat..."

Tangisan Rashelyna terdengar sangat menyedihkan. Entah mengapa, Zeyra menjadi tak tenang mendengar ucapan Rashelyna barusan. Ada apa ini?

Rashelyna menguraikan pelukan, ia mengusap air mata yang menetes di pipi wanita itu. Dia memegang pundak Zeyra. "Zey, nenek...."

Deg!

Jantung gadis itu mendadak berdetak kencang. Dia membulatkan mata. Menyadari situasi apa yang tengah terjadi ini. Gadis itu segera berdiri dari duduknya. Dia melangkah cepat menuju ruangan neneknya, menghiraukan panggilan Rashelyna.

"Zeyra!"

Brak!

Pintu dibuka dengan kasar. Zeyra menegang begitu masuk, ia melihat dokter beserta para suster di sana. Dia membulatkan mata lantas berteriak kencang.

"Nenek! Apa yang dokter lakukan?!"

Gadis itu berlari mendekat. Dia menahan tangan sang suster yang sedang melepas alat-alat rumah sakit dari tubuh neneknya.

"Kenapa dilepas? Nenek sedang sakit!"

"Mohon maaf, Nona. Kami sudah berusaha semaksimal mungin. Tetapi dengan sangat berat hati saya menyampaikan bahwa Nyonya Sura telah meninggal dunia." Dokter tersebut menatap iba. Dia tahu betul, gadis ini adalah cucu kesayangan pasiennya. Setiap kali ia memeriksa kondisi Sura, wanita tua itu selalu menceritakan tentang cucunya.

Telinga Zeyra seketika berdengung setelah mendengar kalimat yang tidak pernah dia harapkan keluar dari mulut dokter itu. Gadis itu terdiam dengan ekspresi linglung. Pandangannya beralih ke arah Sura yang terbaring tak bernyawa di ranjang. Wajah Sura terlihat pucat begitu pun dengan seluruh tubuhnya. Dengan pelan, dia mendekat memegang tangan neneknya yang begitu dingin. Napas Zeyra memberat, gadis itu memperhatikan dada beserta perut sang nenek. Tidak ada gerakan pernapasan di sana.

"Nek?" panggil Zeyra, gemetaran. Tangannya terangkat memegang sisi wajah Sura. "Nek, ayo bangun. Zey sudah ada di sini." Zeyra tersenyum. Dia mengabaikan ucapan dokter. Meyakinkan diri bahwa perkataannya pasti bohong. Neneknya masih baik-baik saja. Nenek hanya tertidur karena kelelahan.

"Nek..." Napas Zeyra tercekat. Ia mencium kening Sura dengan sangat lembut. "Bangun yuk, Nek. Zey ingin bercerita."

"Nek, ucapan dokter bohong, kan? Nenek tidak meninggalkan Zey sendirian, kan? Nek... Ayo bangun... Zey tahu Nenek pasti sedang berpura-pura..." Gadis itu merengek. Air mata mulai menetes di pipinya. Dia sangat ketakutan saat ini. Takut jika ucapan dokter itu benar.

Zeyra mengguncang tubuh Sura. "Nek, Zey tidak suka begini! Nenek bangun!"

Rashelyna tak kuasa melihat pemandangan itu. Dia mengeratkan pelukannya pada Arkielga. Pria itu mengusap punggung istrinya, berusaha menenangkan.

"Sayang..." Geogra mendekat, meraih sebelah tangan Zeyra. Gadis itu menoleh,  ia memegang erat lengan Geogra.

"Geogra, semua ini pasti bohong, kan?"

Lelaki itu terdiam.

"Jawab, Geogra!" ujar Zeyra, meninggikan nada bicaranya. Rahang Geogra mengeras, giginya bergemelatuk.

Lelaki itu memejamkan mata kemudian berkata, "Dia telah tiada." Suaranya terdengar serak. Sangat tidak tega mengucapkan kalimat itu pada kekasihnya.

Seketika Zeyra oleng. Untungnya dengan sigap Geogra menahan tubuhnya. Gadis itu sangat syok dan terguncang. Pandangannya berkunang-kunang, seluruh tubuhnya lemas. Dia sudah tidak bisa berkata-kata. Zeyra ambruk tak sadarkan diri.

***

Usapan lembut di puncak kepalanya membuat Zeyra terusik. Perlahan kelopak mata terbuka. Gadis itu mengernyit, ia meringis merasa sakit di kepalanya.

"Sudah bangun? Pusing, hm?" Geogra mengusap kening gadis itu.

"Di mana nenek?" tanya Zeyra tersadar akan sesuatu. Dia bangkit dari tidurnya.

"Zeyra, tenanglah."

Gadis itu menggelengkan kepala. Ia menampar pipinya sendiri. Apakah ia tengah bermimpi? Ia mimpi neneknya meninggal. Ah, pasti itu hanya mimpi. Nenek pasti baik-baik saja. Zeyra yakin itu.

Netra gelap Geogra berkilat marah, ia menahan tangan Zeyra yang hendak memukul kepalanya sendiri.

"Zeyra!" Secara tak sadar lelaki itu membentaknya.

"K-kau..." Zeyra memandang Geogra dengan ekspresi ketakutan. Air mata yang sudah menumpuk di kelopak matanya sudah tidak dapat dibendung lagi akhirnya meluncur membasahi pipi.

"Sayang..." Geogra mengacak rambutnya frustrasi. Dia mendekat hendak meraih tangan gadis itu tetapi Zeyra menepisnya kuat.

"Zey ingin bertemu nenek! Bukan kau! Awas!" teriak Zeyra. Dia mendorong tubuh Geogra. Lelaki itu yang tak siap menjadi terhuyung ke belakang. Mendapat kesempatan untuk kabur, Zeyra segera turun dari ranjang. Dia segera berlari keluar mencari ruang rawat neneknya.

Isak tangis keluar dari bibirnya. Dia masih tidak percaya. Ini semua hanya mimpi. Iya, mimpi. Nenek sudah berjanji tidak akan meninggalkannya.

"Zey? Kau mau ke mana, Nak?"

Zeyra menoleh mendapati Rashelyna bersama suaminya. Namun bukan itu yang menjadi perhatiannya, ia menatap para suster yang keluar mambawa brankar.

"Nenek!" Gadis itu berlari. Dia menyingkap kain putih yang menutupi tubuh seseorang. Kedua bola mata gadis itu bergetar. Wajah pucat itu, wajah yang sangat ia kenali. Sura. Neneknya. "Apa-apaan kalian ini?! Kenapa nenekku ditutupi dengan kain?! Nenekku masih hidup asal kalian tahu!" ujarnya marah, tak terima.

"Nenek! Zey di sini, Nenek! Buka matamu! Apa Nenek tidak dengar?! Kenapa Nenek hanya tidur dan diam saja?! Katakan kalau Nenek hanya pura-pura! Nenek! Nenek!" Gadis itu berteriak histeris memanggil neneknya. Dia mengguncang tubuh Sura dengan brutal, berharap neneknya bangun.

Suara teriakan Zeyra mengundang perhatian semua orang yang ada di sana.  Mereka menatap Zeyra, turut merasa sedih dan iba.

"Nak, kemarilah," ucap Rashelyna, sendu.

"Tidak, Zey ingin bersama Nenek!"

"Zeyra," panggil Geogra. Ia berusaha menenangkan Zeyra. Membawa gadis itu agar menjauh. Tetapi Zeyra semakin memberontak kuat. Dia tak sengaja memukul rahang Geogra membuat laki-laki itu berdesis.

"Kalian tidak boleh membawa nenekku! Zey tidak mau!" Tangis Zeyra terdengar pilu, dia berlari mengejar brankar Sura yang dibawa menuju ruang jenazah. Detak jantungnya seakan terhenti. Kakinya terasa seperti jelly, ia jatuh meluruh di lantai. Tangannya terangkat, ingin menggapai brankar sang nenek.

Gadis itu berusaha bangkit. Pandangannya mengabur karena air mata yang mengucur deras. Saat melangkah ke depan, ia tersandung. Tetapi Geogra sudah lebih dulu menahan pinggangnya. Laki-laki itu menarik Zeyra ke dalam pelukannya. Mendekap erat tubuh sang kekasih.

"Hei, Sayang... Shhh, tenanglah."

Zeyra menangis tersedu-sedu. Dia memukul punggung Geogra sembari terus memanggil neneknya. Sedangkan Geogra hanya diam saja, ia dengan sabar mengusap punggung gadis itu. Geogra khawatir melihat kondisi Zeyra saat ini. Dia tidak suka gadisnya menangis. Dadanya terasa sesak mendengar suara tangis Zeyra yang begitu menyayat hati.

"Nenek..."

Saat ini, Zeyra merasa hidupnya hancur. Sosok wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya. Wanita yang amat ia sayangi melebihi siapapun. Sosok wanita yang menjadi alasan Zeyra untuk tetap bertahan hidup melewati betapa kerasnya dunia. Tetapi kini, sosok itu mengingkari janjinya. Dia telah pergi, meninggalkan Zeyra sendirian.

***

To be continue

Sedihh 🥺

Continue Reading

You'll Also Like

263K 5.4K 18
Warning! Unsur 18+ jadi jangan salah lapak! Ff ini dibuat karena kehaluan ku akan lucasxkai Kalau ada yang gak suka, gak usah baca 👌 No Comment
192K 15.2K 39
Shanaya memiliki 10 kakak laki-laki dan satu kembaran yang mempunyai suatu kekurangan. Dan karena kekurangan itulah terkadang membuat Shanaya harus s...
4.2M 426K 46
JADI BODYGUARD BAYI BESAR??!! #### Setelah ditipu oleh bosnya sendiri dan menjadi buronan polisi, Alora memutuskan meninggalkan Swiss dan kabur denga...
49.1K 1.9K 41
Cowok kalem a.k.a good boy √ Di paksa jadi ketua Gang √ Sekalinya marah bikin ketua Gang sebelah tepar √ *** Namanya, Sagama Neo Nugraha. Anak Bund...