Magic Potion [END]

By alana_l0v3

33.3K 3.8K 1K

Bagaimana jika salah satu atau beberapa dari ketujuh kembaran ini berubah? Saksikan saja sendiri!! ••• "Eh... More

ᏢᎡϴᏞϴᏀ
ᏟᎻᎪΝᏀᎬᎠ
ᏟᎪΝ'Ͳ ᏴᎬᏞᏆᎬᏙᎬ ᏆͲ
ᏴᎬᏟϴᎷᎬ Ꭺ ᏀᏆᎡᏞ
ՏᎷᎪᏞᏞ ᎬᎡᎡϴᎡ
ᎻᎪᏞᏆᏞᏆΝͲᎪᎡ
ᎷᎪՏᎪᏞᎪᎻ ᏦᎬᏟᏆᏞ
ᏆͲ'Տ ՏͲᏆᏞᏞ ͲᎻᎬ ᏴᎬᏀᏆΝΝᏆΝᏀ
ՏᏆ ᏢᎡᏆᎪ ͲႮᎪ
Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ
ᏞᎬͲ'Տ ՏͲᎪᎡͲ
Ꭺ ᏢᎪᎡͲ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ(2)
ՏᏆᏟᏦ?
ᏀᎬᎷᏢᎪ
ᏟᎬᏞᎪᏦᎪ
ᏞϴՏͲ
ᏟϴᎷҒϴᎡͲᎪᏴᏞᎬ ᎻϴᎷᎬ
ᏆᏟᎬ
ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ(2)
Ꭺ ҒႮΝ ᎠᎪᎽ
ՏϴᏞᎪᎡ
ҒႮΝ ᏀᎪᎷᎬՏ
ͲᎻᎬ ᏔϴᏞҒ ᎻᎪՏ ᏟϴᎷᎬ
ͲᎪႮҒᎪΝ
ᏔᎪΝͲ Ͳϴ Ꮐϴ?
Ꭺ ᏢᎪᎡͲ
ᏢᎬᎡႮᏴᎪᎻᎪΝ
ᏴᏞᎪᏃᎬ
ᏴᎪᏆᏦᎪΝ
ϴᏞᎠ ҒᎬᎪᎡՏ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(2)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(3)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(4)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(5)
ᎡᎬϴᏟᏟႮᎡ
ΝᎬᏔ ᏢᎡϴᏴᏞᎬᎷ
ᏦᎬͲᎪᎻႮᎪΝ
ͲᎻϴᎡΝ
ᏀϴΝᎬ
Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ
ՏᎬᏞᎬՏᎪᏆ
ᎬᏢᏆᏞϴᏀ
ᏴϴΝႮՏ ᏟᎻᎪᏢͲᎬᎡ

ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ

568 83 16
By alana_l0v3

Just enjoy it! Happy Reading⚪

•••











































































































































Magic Potion : Rumah Rayhan

===

Gempa mendengus kasar saat sebuah panggilan masuk ke teleponnya. Itu adalah ketua klub fotografernya. Dia sedikit bingung dan kesal, kenapa dia menelpon padahal hari ini adalah hari libur? Dia dengan berat hati mengangkatnya.

Suara dengan nada menyapa yang terdengar menjengkelkan di telinga Gempa membuatnya ingin langsung mematikan panggilan itu. Tapi dia mengurungkan niatnya karna tidak ingin di keluar dari klub sekarang.

"Haloww, Gempaaaa!!!!"

Gempa menghela nafas, "Iya, kenapa, bang Kai?"

"Kangen Gempa deh, main kerumah yuk sini"

"Gak usah gitu, aku geli dengernya"

Disebrang sana terdengar suara tawaan puas. "Hahaha, iya deh. Bang Kai cuman mau tanya, tentang kemarin kamu ada foto seseuatu yang menarik gak? Mau abang masukin ke grup lambe biar jadi bahan gosip"

Selain ketua klub foto, Kai yang menginjak di kelas 3 - 1 ini juga ada admin lambe turah di sekolah mereka. Kadang Gempa pun bingung bagaimana dia bisa kenal dengan abang kelasnya yang suka menggosip itu. Walau pun menggosip tidak baik, tapi sebenarnya kebanyakan gosip dari dia itu benar semuanya.

"Haduh, bang. Gak baik ngegosip mulu. Mending ibadah aja sana" ucap Gempa dengan malas.

"Gampang itu. Gosip juga harus tetap terjalankan"

Gempa mendengus. "Aku gak dapat sesuatu yang menarik, bang"

"Yahhhhh, padahal aku berharap banyak darimu lho, Gem. Sekali gak dapet, gak dapet. Sekali dapet, bisa gemparin satu sekolah" nada kecewa bersahutan.

Gempa terkekeh pelan, "Apa sih, biasa aja, bang"

"Kau ini tipe merendahkan minta di gebuk, Gem. Kakakmu gak pernah gebukin kamu ya? Makanya jadi gini?"

"Gak tuh, emang kayak abang yang sering di gebuk adik sendiri gara gara suka ganggu?"

"Jangan buka kartu dong!"

"Hemm, iya iyaaa"

"Jadi kamu beneran gak dapat apa apa nih? Abang berharap banyak lho sama kamu, Gem"

Senyum tipis terulas di wajah Gempa, "Gak ada, bang. Maaf ya"

"Hemm, yaudah deh kalo gitu. Okeyy, bang Kai matiin ya!!"

"Iya, bang. Sekali lagi maaf ya"

"Santai, Gem. Kayak sama siapa aja"

Panggilan pun dimatikan oleh sebrang. Gempa mendengus lagi. Sebenarnya dia sempat melihat sesuatu yang mungkin tidak akan di percayai oleh siapapun. Bahwa dia melihat ada orang berjalan jalan di dalam hutan saat dia memantau dari aula. Gempa tidak yakin karna jaraknya sangat jauh, membuat penglihatan juga tidak ikut tajam saat melihat. Namun dari posturnya, bisa Gempa pastikan kalau itu orang.

Tapi dia tidak mau memberikan suatu hal yang tidak pasti. Yang ada nanti dia malah berbohong.

Ting-!

Pesan masuk di HP Gempa.

Gempa mengerinyitkan alisnya dan membalas pesan tersebut.

Jujur, sebenarnya Rayhan si abang kelas dan teman sekelas Kai tidak seram sebenarnya. Hanya saja Gempa tidak dekat dengannya karna menurut Gempa abang kelas satunya itu sedikit menyeramkan baginya.

Gempa mendengus kesekian kalinya, tapi kali ingin dengan berat dan kasar. Sekarang dia harus pergi ke rumah abang kelasnya itu, meminta foto untuk Kai. Seharusnya Kai bisa pergi sendiri, tapi kenapa harus Gempa yang repot repot pergi. Tapi karna ini perintah dari ketua klub, Gempa juga tidak bisa berbuat apa apa. Yang bisa dia lakukan hanyalah menurut sekarang.

Dia pun masuk kedalam rumah, sebelumnya dia berada di halaman depan, menyiram tanaman Thorn yang belum disiram tadi pagi. Itu juga dimintai tolong oleh adiknya itu, sementara adiknya pergi bersama Blaze dan Solar entah kemana. Yang penting mereka tidak pulang larut malam dan tetap mengabarinya, Gempa baik baik saja.

Didalam, Gempa melihat para saudaranya duduk diruang tengah. Tidak menonton, tapi bermain kartu uno di lantai. Bahkan kakak sulungnya juga ikut disana. Gempa duduk disofa, melihat mereka semua yang duduk di lantai sambil fokus bermain kartu.

Hali, Ice, dan Taufan terlihat heboh sendiri.

"Uno!" Taufan mengeluarkan kartu dan kini kartunya tersisa satu.

Halilintar mengeluarkan seringaiannya dan mengeluarkan kartu plus 4. "Uno"

Disusul Ice yang mengeluarkan kartu plus 2 berwarna merah, "Uno game!!" dia tertawa puas.

Mata Taufan membelalak lebar, "IH APA SIH?!"

"Terima nasib atuh, nih ambil kartunya lagi" Ice menggeser beberapa kartu sembari menghitung, totalnya ada 6 kartu yang bertambah di Taufan.

"Uno game" Hali mengeluarkan kartu 6 berwarna merah dengan wajah bangga.

Taufan membanting sisa kartunya di lantai, "Tau ah!!" rajuknya.

Jarang jarang Gempa melihat mereka yang akur begini, biasanya mereka tidak akan mau main bersama. Karna Ice biasanya main bersama Blaze dan Solar, ataupun Thorn. Sementara Hali yang tidak suka membuang buang waktu kecuali membaca novelnya. Dan Taufan yang biasanya bermain dengan Thorn dan Blaze.

Tapi kini mereka di satukan dan heboh sendiri karna kartu Uno. Gempa menggeleng gelengkan kepalanya.

"Eh, ada kak Gempa. Mau join gak, kak?" ajak Ice menyusun kembali kartu yang berserakan. Tangannya terlihat masih terlilit dengan perban.

Gempa menjawab dengan gelengkan kepala, "Gak deh, kalian aja. Aku mau pergi keluar sebentar lagi"

"Mau kemana? Ikut dong!" seru Taufan.

"Rumah bang Rayhan"

"Oh, gak jadi deh"

Mendengar kata abang kelasnya itu membuatnya tidak jadi bersemangat. Dia lebih memilih untuk main kartu Uno saja.

"Mau ngapain ke rumah bang Ray?" tanya Hali.

"Tau tuh bang Kai. Nyebelin banget, masa nyuruh aku buat tanyain dia dapet foto bagus atau enggak. Kenapa gak tanya sendiri aja coba?" jawab Gempa dengan dumelannya.

"Bang Ray kan kalo gak mau biasanya harus di sogok dulu, makanya bang Kai gak mau. Kau kayak gak tau bang Ray aja, Gem" balas Taufan datar.

"Emang Rayhan siapa?" Ice bertanya penasaran.

"Temennya ketua klub foto" jawab Gempa dan di 'oh' kan oleh Ice.

"Lebih tepatnya temen sehidup semati sih. Dimana ada bang Kai, disitu ada bang Ray" celetuk Taufan.

Ice dibuat tertawa mendengarnya.

"Kak Hali, temenin aku yuk" ucap Gempa dengan wajah memelas.

"Dih? Ogah, Gem" tolak Hali secara mentah. Dia kenal dengan Rayhan dan berharap tidak dekat dengannya. Tidak akan pernah mau.

"Ayo dong, kakkkkk. Aku gak berani kalo ketemu bang Ray sendirian" ucap Gempa turun dan duduk di sebelah Hali.

Hali menggeleng gelengkan kepalanya, "Gak mau. Tuh orang kalo gak ngeselin ya nyebelin. Mau ku pukul takut koit. Serba salah juga. Mending kau pergi sendiri aja sana" balasnya mengocok ngocok kartu Uno.

"Ihh, kakak aja bisa mikir kayak gitu apa lagi aku yang pernah kepikiran buat ngubur dia? Ayolah, kak. Temenin Gempa" rengek Gempa.

"Gak mau!!" tolak Hali bergeser mendekat ke Ice untuk menghindari Gempa yang merengek padanya. "Lagian juga kau mau suruh aku pergi dengan tampilan begini? Gak, makasih"

Gempa baru teringat jika kakak nya itu sedang berubah. Dia dengan cepat menunjukan raut wajah cemberutnya.

"Semangat bujuknya, Gem. Kalo gak mau, kau sogok aja dia pake duit" tutur Taufan membagikan kartu Uno yang sudah di kocok oleh Hali tadi.

"Duit lambemu, kak. Nanti aku lempar dia pake daun yang ada" kesal Gempa. "Lagian juga bujuk itu satu manusia bukan gampang. Kalo sama cewek aja langsung luluh, lah ini kalo sama bang Kai aja minta disogok, apalagi aku yang selaku adik kelas yang tidak dekat dengannya ini? Bisa bisa di palakin nanti" Gempa menghela nafas kasar.

Ice menatap ke arah Gempa, "Aku kasih saran boleh gak, kak?"

Sementara yang di tatapi membalas dengan wajah lelah, "Aku harap saranmu gak diluar nalar, Ice"

"Enggaklah, sejak kapan aku begitu?"

"Mana tau kau ketularan Blaze"

"Pake kak Hali, kak"

Hali yang disebut namanya nampak melirik sinis, "Apaan bawa bawa namaku, hah?"

"Kak Hali kan jadi perempuan sekarang. Jadi otomatis itu yang nama si Rayhan pasti luluh, kan? Kak Gempa juga bilang kalo si Rayhan luluhnya sama perempuan doang" Ice memeriksa kartu yang telah di bagikan dan tersenyum puas. "Kartunya bagus ih, hehe"

"Hehe hehe hehe, aku pastiin kau kalah kali ini!" seru Taufan.

"Coba aja"

Disisi lain, Hali tidak terima dengan susulan itu. "Apa sih? Ogah, gak mau juga"

"Mau gak mau, emang kak Hali mau kak Gempa kena palak sama si Rayhan?" tanya Ice.

"Kan yang kena palak si Gempa, bukan aku" jawab Hali dengan santai sambil memeriksa kartunya.

"Kak Hali jahat!" sebal Gempa.

"Udah sih, kak. Bantuin aja sana. Daripada ntar nih anak di apa apain sama bang Ray. Kau tau sendirikan bang Ray kalo sama Gempa gimana?"

Taufan dan Hali sering menemani Gempa di klub foto. Jadi tak heran jika mereka kenal dengan para anggotanya. Terutama Kai dan Rayhan selaku abang kelas mereka yang menurut mereka, sedikit agak gila.

"Ck, males ah!" Hali masih tetap tidak mau pergi.

"Aku traktir deh nanti" ucap Gempa.

"Traktir apa?" tanya Hali menatap kearahnya.

"Kak Hali mau apa?"

Hali terlihat berpikir keras. Dia juga tidak tau apa yang dia mau saat ini. Ah, tapi dia memikirkan satu hal yang dia ingin.

"Buku novel!"

Dan selalu itu yang akan dia minta pertama kali jika dia ditanyain ingin apa.

"Yaudah iya, nanti kita ke toko buku" Gempa tersenyum padanya.

Hali tiba tiba bersemangat sendiri, "Beneran?"

Gempa mengangguki pertanyaannya. "Kak Hali siap siap sana, aku mau nyalain mobil"

"Masa sih? Serius?" Hali sedikit tidak percaya jika Gempa mau mentraktir nya buku novel, biasanya dia akan membelinya sendiri dan Gempa biasanya akan mendumel sedikit jika dia membaca buku seperti itu terlalu sering. Katanya tidak bagus buat otak yang menurutnya harus terlalu banyak mengkhayal.

Tetapi biarpun begitu, Halilintar tetap bisa menyeimbangkan nilai sekolahnya.

"Iya, kakkkkkk" jawab Gempa.

"Yaudah deh, tapi beneran ya?"

Gempa bingung harus dibuat kesal atau tertawa dengan tingkah kakak sulungnya itu. "Iya, tapi jangan banyak banyak"

"Oke deh!!"

Hali menaruh kartu Uno itu dan berlari kecil ke kamarnya yang ada di lantai 2. Taufan menggeleng gelengkan kepalanya dan Ice terlihat termangu diam disana melihat sisi lain kakak sulungnya.

"Sejak kapan itu anak jadi agak hiperaktif kayak gitu?" ujar Taufan.

"Kak Hali gitu pas ada mau nya doang" timpal Ice membalasnya.

Gempa tertawa kecil.

"Kak Taufan jaga Ice sama jaga rumah ya. Kalo Thorn sama yang lain balik, di suruh makan siang" ucap Gempa berdiri.

"Aman, Gempa"

===

Dan disinilah mereka berdua berada sekarang. Didepan perkarangan rumah yang tidak terlalu besar, berbeda dengan rumah yang mungkin memiliki 3 lantai. Sekitaran rumah itu juga di susul dengan rumah rumah lain dengan beberapa pohon rindang tumbuh disana.

Gempa memarkirkan mobilnya di tepi jalan, sementara Hali nampak sudah turun lebih dulu dan berdiri di depan pintu. Dia tidak mengikat rambutnya dan memakai topi seperti biasa. Pakaiannya juga terlibat kasual dengan kaos abu abu bertimpa dengan kemeja merah kotak kotak dan celana jeans.

Gempa turun dari mobilnya dan menyusul Halilintar. Hali berdiri di belakang Gempa.

Tok tok tok

Gempa mengetuk pintu rumahnya. Tapi tidak ada tanda tanda adanya yang mau membuka pintu untuk mereka.

"Gem, itu ada bell pintu" ucap Hali dan membuat Gempa tersadar. Dia tidak melihat bell pintu disana.

Jadi telunjuknya pun menekan bell itu, dan tak butuh waktu lama pintu setelah di buka untuk mereka.

"Eh? Nak Gempa ya?"

Seorang bibi yang Gempa kenal sebagai pengurus rumah ini membuat Gempa tersenyum ramah. "Iya, bi. Bang Rayhan nya ada gak?"

"Ada kok, masuk aja" bibi itu membalas senyum yang tak kalah ramah. Atensinya beralih ke Hali saat dia hendak masuk kedalam, mengikuti Gempa. "Eh, adek siapa ini, Gempa?" tanyanya.

Gempa tersenyum kikuk dengan Hali yang terlihat tidak suka di sebut dengan adek siapa. Dia ini sulung dan tidak punya kakak!!

"Anu.. itu, em"

"Aku tetangganya Gempa, bi. Salam kenal" Hali memotong ucapan Gempa yang terlihat bingung harus menjawab apa.

"Ohhhh, kirain adiknya Gempa. Abis muka kalian mirip" bibi itu tersenyum gemas.

Gempa tersenyum dengan Hali yang mendumel dalam hatinya.

Gempa adikku! Bukan kakakku!! Seperti itulah bagaimana dia mendumel.

"Masuk aja, nak. Biar bibi panggilin nak Ray"

Gempa mengangguk dan tak lupa bilang terimakasih padanya. Dia menarik tangan Hali agar ikut dan membawanya ke ruang keluarga milik Rayhan.

"Orang tuanya gak ada?" tanya Hali berbisik.

"Orang tua kak Rayhan kerja di luar kota, jadi jarang pulang"

Hali ber'oh' ria.

"Aduh! Lihat siapa yang datang!!"

Gempa dan Hali menoleh kearah suara dan melihat orang yang tidak asing di mata mereka. Itu Rayhan.

"Bi, buatin air untuk mereka ya" titah Rayhan dengan sopan.

"Baik, nak. Bibi ke dapur dulu ya"

Selepasnya, Rayhan duduk di depan mereka berdua dengan senyum lebar. "Ada apa nih datang kesini, tumben banget, Gem. Kangen yah??"

Gempa tersenyum kikuk. Menurutnya, sifat Rayhan dan Kai tidak lah berbeda jauh. 11/12 hampir sama. "Gak gitu, bang"

"Haha, aku cuman bercanda, Gem. Btw, adek manis siapa ini???" Rayhan beralih melihat kearah Halilintar yang terlihat sudah masam mukanya. "Aduh duh, jangan masam gitu dong mukanya, nanti abang kasih permen, mau gak?"

"Apa sih, anjir" ucap Halilintar kelepasan.

"Aduhhh, adek mulutnya gak boleh ngomong kasar. Ntar dimarahin mama lho"

Gempa sendiri terlihat membuang muka sambil menahan tawanya. Lucu saja melihat kakaknya dengan wajah masam begitu, ditambah karna dikacau oleh Rayhan.







































































































































































































===

Bersambung...

Menistakan Hali adalah kesukaanku😂.

Lanjut part 2 nya nanti ya!!

Makasih yang udah mau mampir ke ceritaku, makin banyak yang baca makin seneng buat lanjut deh. Semoga gak ngebosenin ya😍.

Continue Reading

You'll Also Like

68.7K 13.1K 14
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
294K 30.2K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
493K 49.4K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
73.4K 6.7K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...