Magic Potion [END]

By MOODY_AL16

40.3K 4.3K 1.1K

Bagaimana jika salah satu atau beberapa dari ketujuh kembaran ini berubah? Saksikan saja sendiri!! ••• "Eh... More

ᏢᎡϴᏞϴᏀ
ᏟᎻᎪΝᏀᎬᎠ
ᏟᎪΝ'Ͳ ᏴᎬᏞᏆᎬᏙᎬ ᏆͲ
ᏴᎬᏟϴᎷᎬ Ꭺ ᏀᏆᎡᏞ
ՏᎷᎪᏞᏞ ᎬᎡᎡϴᎡ
ᎻᎪᏞᏆᏞᏆΝͲᎪᎡ
ᎷᎪՏᎪᏞᎪᎻ ᏦᎬᏟᏆᏞ
ᏆͲ'Տ ՏͲᏆᏞᏞ ͲᎻᎬ ᏴᎬᏀᏆΝΝᏆΝᏀ
ՏᏆ ᏢᎡᏆᎪ ͲႮᎪ
Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ
ᏞᎬͲ'Տ ՏͲᎪᎡͲ
Ꭺ ᏢᎪᎡͲ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ(2)
ՏᏆᏟᏦ?
ᏀᎬᎷᏢᎪ
ᏟᎬᏞᎪᏦᎪ
ᏟϴᎷҒϴᎡͲᎪᏴᏞᎬ ᎻϴᎷᎬ
ᏆᏟᎬ
ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ
ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ(2)
Ꭺ ҒႮΝ ᎠᎪᎽ
ՏϴᏞᎪᎡ
ҒႮΝ ᏀᎪᎷᎬՏ
ͲᎻᎬ ᏔϴᏞҒ ᎻᎪՏ ᏟϴᎷᎬ
ͲᎪႮҒᎪΝ
ᏔᎪΝͲ Ͳϴ Ꮐϴ?
Ꭺ ᏢᎪᎡͲ
ᏢᎬᎡႮᏴᎪᎻᎪΝ
ᏴᏞᎪᏃᎬ
ᏴᎪᏆᏦᎪΝ
ϴᏞᎠ ҒᎬᎪᎡՏ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(2)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(3)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(4)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(5)
ᎡᎬϴᏟᏟႮᎡ
ΝᎬᏔ ᏢᎡϴᏴᏞᎬᎷ
ᏦᎬͲᎪᎻႮᎪΝ
ͲᎻϴᎡΝ
ᏀϴΝᎬ
Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ
ՏᎬᏞᎬՏᎪᏆ
ᎬᏢᏆᏞϴᏀ
ᏴϴΝႮՏ ᏟᎻᎪᏢͲᎬᎡ
-ͲᎻᎪΝᏦᎽϴႮ, ᎬᏙᎬᎡᎽϴΝᎬ-

ᏞϴՏͲ

751 94 16
By MOODY_AL16

Just enjoy it! Happy Reading⚪

•••







































































































Magic Potion : Lost

===

BRAK!!

"BRENGSEK!!"

Pintu gudang terdobrak dengan keras, membuat atensi semua yang ada di dalam mengarahkan pandangan ke arah nya.

Blaze mencoba menjernihkan pandangannya, melihat siapa yang datang kemari. Otak berpikir, apakah dia akan ikut datang untuk menyiksa dirinya? Dia tidak bisa melihat jelas wajahnya orang itu.

"Sialan kau.. apa yang kau lakukan pada kakakku?!!"

Hendrik menyeringai, "Bukan urusanmu, anak kecil sebaiknya tidak ikut campur urusan dewasa"

"Br*ng*sk kau, Hendrik!!"

Satu pukulan mendarat di pipi nya, membuat Hendrik ikut memukuli orang itu. Mereka berdua berkelahi disana dengan teman teman Hendrik yang menonton dan menyoraki nya sesekali.

Blaze memandang sayu siapa yang ada di depan sana. Dan seketika dirinya terisak kecil. Dia mencoba bangun dan tak sengaja membuat topinya terjatuh, membuat rambutnya terurai.

Teman Hendrik yang memang ada di dekatnya langsung terkejut akan penampilan Blaze, mereka mundur beberapa langkah.

"Kau?!"

Blaze melirik lemas ke arah mereka yang syok dengan penampilan nya. Akan tetapi dia tidak peduli, tubuhnya lemas dan ingin tidur sekarang.

"I-Ice.." lirih Blaze menahan tangisnya yang akan keluar. Sungguh, badannya terasa aneh dengan gemetar yang tak kunjung berhenti. Kepalanya pusing seperti di pukul. Pandangannya mulai mengabur saat itu juga. "Kak.. Hali.. ka-kakak.." dia mulai merancau memanggil saudaranya.

"Ck, sialan!!" orang itu yang tidak lain adalah Ice langsung mengeluarkan panah es nya. Menarik anak panah dan mengarahkan kearah Hendrik yang mematung di tempat. "Kau harus membayar akibat dari perbuatanmu, br*ngs*k!" netra aquamarine nya itu menyala penuh amarah, membuat lawan yang ada di depannya ini ikut merinding melihatnya.

Sret

Satu anak panah mendarat di dadanya, cairan merah kental langsung merembes keluar dari sana dengan Hendrik yang terjatuh ke lantai. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya.

Teman temannya nampak terkejut dengan perbuatan Ice dan langsung takut apabila mereka juga akan ikut di bunuh olehnya.

Ice menghilangkan panah es nya dan langsung berlari kearah Blaze. Mengangkat tubuhnya dan menepuk nepuk pelan pipi Blaze agar dia tersadar.

"Kak, bangun kak. Ini Ice" Ice di buat panik dengan keadaan Blaze yang benar benar membuat nya takut.

"I..ce?" Blaze melirih sambil melirik lemas kearahnya.

Ice memeluknya dengan erat saat itu juga, "Iya, kak.. ini Ice.. Bentar, kita ke UKS ya? Biar aku menggendongmu" tanpa menunggu persetujuan dari Blaze, Ice langsung mengangkat tubuh Blaze ala bridal style dan langsung berlari keluar dari sana. Sebelumnya dia tak lupa untuk mengambil topi Blaze yang terjatuh.

Belum saja keluar dari gudang, Ice berhenti dan menoleh kearah belakang. Melihat sekumpulan tenan Hendrik yang masih mematung di tempat dengan tatapan dinginnya.

"Jangan harap kalian bisa lepas dari ku setelah ini" Ice menandai mereka berempat.

Mereka tersentak kaget kala mendengar nada rendah yang terdengar menyeramkan untuk di dengar.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Ice langsung membawa pergi Blaze dari sana untuk di obati di UKS.

"... Sial.. sekarang kita harus apa?"

"Gara gara Hendrik kita jadi kena juga kan"

"Sudah kubilang jangan mengganggu Blaze, masih aja gak mau dengar"

"Cih, sudah lah. Sekarang kita urus dulu mayat Hendrik"

Mereka mulai berjalan mendekat kearah Hendrik yang sudah tak bernyawa itu. Agak sedikit ngeri melihat temannya yang kini sudah berada di atas sana.

Salah satu dari mereka hendak mengangkat nya, akan tetapi dirinya terhenti kala telinganya menangkap suara samar.

"... Kalian dengar?"

Salah satu dari mereka menyahut dengan anggukan kepala, sementara yang lainnya menunjukan tampang kebingungan.

"Ap—"

Grrrr...

Suara teriakan keras beruntun mengisi kesunyian yang ada di gudang. Raungan kesakitan ada di mana mana dengan darah yang muncrat membasahi lantai dan mewarnai apa yang ada di sana dengan cairan merah kental yang amis. Sesosok binatang itu menunjukkan taring tajamnya dan mencabik cabik tubuh mereka satu persatu dengan beringas.

Cakar tajamnya tak berhenti melukis tubuh mereka yang kini sudah tak berdaya. Menjadikan mereka mayat tanpa belas kasihan. Sesosok berjubah hitam muncul di balik pintu gudang, menatap mereka dengan penuh rasa puas. Bibirnya bergerak dan membuat binatang itu berhenti mencabik cabik mereka. Lalu pergi tanpa aba aba masuk ke dalam hutan.

Panah Ice yang tadi menancap di dada Hendrik kini menghilang perlahan dan musnah.

===

Sementara itu, Ice sudah membaringkan Blaze yang tak sadarkan diri diatas ranjang. Perasaannya kacau dan khawatir akan apa yang terjadi dengan kakaknya itu.

"Kak.. bangun..." dia menepuk nepuk pelan pipi Blaze, namun sang empu tak kunjung sadar.

Ice menghela nafas dan menyelimuti Blaze dengan perlahan. Dirinya merapikan rambut Blaze sedikit. Lalu duduk di sebelah nya dan menatap wajahnya dengan lesu. "Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya karna dia tidak tau apa apa tentang obat obatan. Memanggil pengurus UKS pun tidak membuahkan hasil yang bagus, karna yang artinya Blaze akan ketahuan identitas aslinya.

Dan Ice tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada kakaknya. Dia berdiri dari kursinya dan mencari obat yang mungkin bisa membantu pemulihan Blaze walau hanya sedikit.

"Ice?"

Yang di panggil nampak tersentak kaget kala mendengar suara asing itu. Dia menoleh kebelakang dan melihat petugas UKS yang berdiri di ambang pintu dengan wajah penasaran tertuju padanya.

"Kau sakit?" tanyanya berjalan masuk dan memeriksa apa kah ada yang salah. Matanya tertuju pada seseorang yang berbaring diatas ranjang itu. "Itu siapa?"

"Ah.. Itu, anu.." Ice tidak tau mengapa dia gugup sekarang. Apa yang harus aku katakan?!! Kakak tolong aku..

"Dia temanmu?" tanya petugas itu menatap kearah Ice sejenak lalu berjalan kearah Blaze yang berbaring di ranjang.

Ice cengo sebentar lalu reflek menganggukkan kepalanya.

Dia gak ngenalin Blaze ya?

"Dia kenapa, Ice? Apa ada yang bisa kubantu?"

"Ah.. Saya rasa tidak, bu. Karna teman saya mungkin kecapean, makanya pingsan" Ice merutuki ucapan tidak masuk akal itu.

"Hmm, mungkin saja. Aku periksa dia sebentar, boleh?" izin petugas itu.

Ice menganggukkan kepalanya, mana mungkin dia menolak Blaze yang memang harus di periksa keadaannya. Setidaknya dia bisa tenang walau hanya sedikit.

Ibu petugas itu memeriksa kening Blaze dan nadi di tangannya juga.

"Dia demam"

Ice menghela nafas secara diam diam. "Cuman demam?"

Petugas itu menganggukkan kepala lalu mencari kan obat penurun panas untuk Blaze. "Berikan ini kalau dia sudah bangun. Jangan lupa di suruh makan dulu ya. Aku harus pergi untuk mengurus sesuatu" titah petugas itu dengan senyum hangatnya yang ramah.

Ice mengangguk patuh dan menerima obat yang di berikan. Petugas itu pun keluar dari ruangan dan Ice berjalan kembali dan duduk di kursi. Di sebelah Blaze tentunya.

"Hahh.. kak, apa yang harus aku katakan ke yang lain? Kalo kau gak sengaja minum obat morfin?" monolog Ice merasa sedih karna tidak bisa melindungi kakaknya dengan benar.

Seharusnya dia memaksakan untuk ikut dengan Blaze ke kamar mandi, bukan malah mengalah dan membiarkannya pergi sendirian. Pantas saja perasaannya di kelas dari sebelum Blaze pergi sudah tidak enak, ternyata memang ada kejadian yang membuatnya menjadi yakin dengan firasat awalnya.

"Kurasa gak berbahaya kalo dosisnya kebanyakan, tapi kenapa kau bisa sampai berhalusinasi seperti tadi? Berapa banyak yang di berikan b*j*ng*n itu?!" Ice mengepal kuat kedua tangannya untuk merendam amarah yang akan memuncak.

"Maaf, kak.." tangan nya melemas dengan tatapan sendu yang ada di wajahnya. Menatap wajah damai Blaze yang seperti sedang tertidur di sana. Tangannya tergerak untuk menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya dan mengusap sayang pipinya. "Ice minta maaf, kakak"

Kini sepanjang hari Ice memutuskan untuk tidak masuk ke kelasnya dan memilih tinggal untuk menemani Blaze yang masih tak kunjung sadarkan diri.

Dia juga sudah mengechat ketua kelasnya bahwa Blaze sedang sakit dan dia harus menemaninya di sini.

Jam sudah menunjukan pukul 2 siang, Ice masih terjaga dan Blaze belum juga sadar dari pingsannya. Mata Ice sudah sayup dan ingin tertutup, tetapi dia memaksakan dirinya untuk tetap bangun.

"Jangan tidur, Ice!" dia menepuk kedua pipinya sedikit keras. Setelahnya mendesah lelah. "Kenapa kah belum bangun juga? Apa efek dari obatnya?" dua mengulurkan tangan dan memeriksa suhu kening Blaze. Dan memang benar kalau anak itu kini demam sekarang, bahkan tubuhnya terasa lumayan panas.

"Ini kalau kak Gempa tau bisa bisa akau yang di bunuh" Ice sudah mulai bisa membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya.

Netra aquamarine nya itu menatap teduh Blaze yang masih tak kunjung bangun.

"Kau tunggu lah disini dan jangan kemana mana pas bangun. Aku akan belikan air dan makanan untuk mu, kak"

Ice pun berdiri dan berjalan keluar dari UKS. Kini hanya tertinggal Blaze yang sendirian berbaring diatas ranjang. Tidak sampai satu menit Ice pergi, kedua mata itu terbuka perlahan. Lenguhan terdengar dari mulutnya dengan kepala yang terasa pusing.

Matanya berkedip beberapa kali untuk menjernihkan pandangannya. Lalu melirik ke kanan dan kiri, memeriksa keadaan.

Sepi..

Salah satu tangannya terangkat untuk memegang kepalanya yang terasa berat. Tenggorokannya sakit dan ingin di basahi dengan air. Dirinya bangun perlahan dan mencoba mencari segelas air, tetapi tidak menemukannya.

Kakinya turun dari ranjang, satu langkah saat dia maju sudah goyah, tetapi tidak menghentikan dirinya untuk berjalan keluar dari sana. Topinya terlihat ingin lepas dengan rambut yang acak acakan.

Dan ya, topi itu lepas tepat di depan pintu UKS. Sementara orangnya kini berjalan di lorong antara kelas yang tengah belajar dengan perlahan. Tanpa alasan kaki, hanya kaos kaki yang dia pakai disana.

Pikirannya tidak bisa jernih dan pandangannya terus berhalusinasi. Dia tidak bisa melihat dengan jelas jika ada seseorang di depannya.

Blaze terus berjalan, jalan dan jalan sampai akhirnya dia berakhir pergi keluar melewati gerbang sekolah yang memang tidak pernah ditutup. Kini dia berjalan di tepi jalanan yang cukup ramai, tetapi tidak seramai saat jam pulang. Suara kendaraan lewat masuk dan keluar dari telinganya. Hanya ada sedikit pejalan kaki yang dia temui.

"Ughh.." kepalanya benar benar pusing dan sakit seperti telah di hantam oleh sesuatu yang keras.

Kakinya gemetaran dan melemas jatuh ke jalan.

"Ah.. sial.." dia bisa merasakan sendiri nafasnya yang terasa hangat. "Kakak.. Kalian dimana..?" gumamnya mencoba bangun, akan tetapi kakinya tidak mau mengikuti perintahnya. Yang pada akhirnya kesadarannya mulai menurun kembali dengan dia yang kini terkapar lemas di tepi jalanan yang sepi.

"Hai, nak? Kamu tidak apa apa?" salah seorang wanita parubaya menghampirinya dengan wajah khawatir.

Blaze tidak bisa mendongak untuk melihatnya, rasanya lelah sekali dan sakit.

Keningnya bisa merasakan tangan wanita itu yang terasa dingin. "Astaga, kamu demam? Kenapa jalan jalan di luar?" dia mencoba mengangkat tubuh Blaze yang ringan untuk dia dudukan disana. "Kita ke rumah sakit ya?"

Blaze menggeleng lemah kala mendengar pertanyaan itu.

Pandangannya benar benar mengaburkan sekarang. Kini ada bayangan mobil yang berhenti tepat di depannya. Dengan seseorang yang keluar dari mobil dan menghampiri mereka.

"... Nak? Kau baik baik saja?"

Suara lembut itu mengusik telinganya. Dan tak lama kesadarannya menghilang.

===

"BAGAIMANA BISA?!!" amuk Taufan marah. Ice hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berani menatap sang kakak.

Mereka kini sedang berada di parkiran mobil. Sepi karna kebanyakan murid sudah pulang dan sekarang turun hujan dengan derasnya. Mereka semua berada di pondok kecil dekat parkiran, berteduh sejenak sebelum kembali mencari keberadaan saudara kembar mereka.

Hali dan Taufan syok dengan kabar hilangnya Blaze. Mereka tidak bisa menjawab panggilan dari mereka karna sedang menghadapi ujian kala itu. Yang arti nya HP mereka dikumpulkan di depan meja guru dengan suara yang di silent kan.

Saat selesai, mereka terkejut dengan 5 panggilan dari Gempa. 1 panggilan grup dari Ice. 3 panggilan dari Solar. Dan 6 pesan dari Thorn yang memberi kabar pada mereka tentang Blaze.

Dengan cepat saat bell mereka langsung keluar dari sana untuk menemui saudaranya yang lain.

"Kenapa kau gak jaga dia dengan benar, Ice?!!" bentak Taufan. Suaranya bahkan seakan akan berlomba dengan suara hujan disana.

"... Maaf kan aku, kak.." Ice terisak kecil.

"Ck, kau—"

"Taufan, udah" Hali menghentikan Taufan. "Ice, jelaskan kenapa? Apa yang terjadi?"

Ice melirik takut kearah kakak sulungnya yang terlihat menahan dirinya agar tidak emosi. Dengan cepat kembali menatap ke bawah. "B-Blaze.."

Belum sempat ingin menjawab, Ice sudah menangis duluan. Gempa tergerak untuk memeluk adiknya itu, berupaya untuk menenangkannya. Topi yang dipegang oleh Ice terjatuh ke lantai dan di ambil oleh Hali.

Thorn menggerutkan alisnya keatas dengan sedih. Baru saja minggu lalu mereka bersenang senang bersama, kini masalah baru kembali datang.

"Blaze.. Ice minta maaf, kak.. I-Ice gak bisa jaga Blaze. Maaf.. ga–..gara Ice, Blaze ha–hampir mati, kak. Maafin, Ice.. Hiks, Ice minta maaf"

Semuanya membelalakkan matanya dengan syok.

"Siapa yang berani ngelakuin hal itu?!!" tanya Taufan dengan emosi yang masih tidak reda.

"Sialan.." gumam Solar mengepal kedua tangannya dengan kuat.

"He-Hendrik.." Ice memeluk Gempa semakin kuat. Membenamkan kepalanya pada tengkuk Gempa. Mencoba memedam tangisnya.

"Anak itu lagi?!" Taufan mendengus kasar. Dia tidak habis pikir dengan laki laki gila itu. "Dasar sinting, dimana dia sekarang?" tanya Taufan dengan nada berat yang menandakan bahwa dia benar benar emosi saat ini.

"... Di–Dia udah mati.." jawab Ice takut menatap kakaknya.

"Apa yang kau lakukan, kak?!" Solar terkejut bukan main dengan ucapannya.

"Sssttt, udah! Yang terpenting sekarang kita harus cari Blaze. Cepetan" ucap Gempa. Kekhawatiran muncul.

Hali yang sedaritadi diam mencoba menelfon nomor Blaze. Panggilan itu berdering tetapi tidak diangkat. Hali mulai khawatir jika terjadi sesuatu dengan adiknya itu.

"Kak Blaze kayaknya lari ke luar sekolah" celetuk Thorn. Mereka sudah mencari Blaze dari ujung gedung sekolah hingga ujung nya lagi. Bahkan mencari kedalam hutan secara diam diam, tapi tetap tidak ada. Digudang juga tidak ada, bahkan di ruangan manapun tidak ada tanda tanda keberadaannya.

Semuanya sudah berusaha, tetapi tidak menemukan hasil yang bagus.

"Blaze.. kamu dimana, dek.." Hali menatap sendu kearah langit yang menangis. Memegang topi Blaze dengan erat sambil menahan tangisnya agar tidak keluar.

Hujan menjadi saksi bisu kepedihan dan kesedihan mereka.





































































































































































































===

Bersambung...

Udah, otak aku buntu nih. Sengaja up malam biar makin terasa feelnya, moga kerasa feelnya ya.

Aku gak begitu ahli kalo buat yang sedih sedih, masih perlu banyak belajar, hehe:D.

JANGAN TIDUR MALAM MALAM YAAA❤, besok sekolah!!!💔.

Seperti biasa, kalo gak ada yang ingetin biar aku yang ingetin😏.

Btw, makasih buat 3k+ pembacanya!!💞💞. Lop buat kalian sekebon deh💟💟. Jangan pergi yah😭💟.

Xixixi, dadah semuanyaaa!😶😶.

Continue Reading

You'll Also Like

12.9K 296 13
YOUR MINE SWEETHEART NO WANT CAN HAVE YOU EXCEPT ME AND DON'T WORRY YOU ALWAYS SAFE WITH ME -PARK CHAEYOUNG-
54.7K 2.7K 26
"You're the survivor". "And you're the Jedi". Luke skywalker x make OC Rouge one movie & New hope trilogy arc.
19.4K 874 15
Boboiboy elemental siblings are fighting an unknown enemy! who is this enemy? what he want form them? can they save their little brother in time? and...