GEOGRA

By iceynda

2.4M 99.3K 4.1K

Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat... More

PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50
CHAPTER 51
CHAPTER 52
CHAPTER 53
CHAPTER 54
EPILOG
EXTRA CHAPTER

CHAPTER 39

40.1K 1.6K 29
By iceynda

Camela melangkah pelan sembari mengernyit jijik saat tak sengaja menangkap dua orang berbeda jenis kelamin tengah melakukan hal yang tidak senonoh. Telinganya berdengung mendengar suara musik yang begitu keras disertai lampu yang berkelap-kelip.

Gadis itu berdecak pelan. Dia merenggut tak suka. Jika bukan karena ia yang sedang membutuhkan orang itu, ia tak sudi untuk mendatanginya kemari. Kedua tangannya terkepal kuat seraya menggumamkan nama seseorang yang sangat ia benci. Zeyra. Gadis sialan itu!

Tidak bisa dibiarkan. Camela tidak bisa diam saja, ia harus cepat-cepat bertindak. Zeyra sungguh tidak tahu diri. Gadis miskin dan cupu sepertinya tidak pantas bersanding dengan Geogra. Zeyra sudah berani melewati batas. Camela tidak akan membiarkan Zeyra tenang sedikitpun.

Langkah kaki Camela terhenti ketika matanya menangkap sosok laki-laki di paling ujung ruangan yang tengah duduk sembari memangku seorang wanita. Tangan laki-laki itu dengan nakal melingkar di pinggang sang wanita.

Raut muka Camela terlihat kesal lantas menghampiri sosok itu dengan langkah lebar. "Hei kau!" teriaknya.

Mendengar suara seseorang yang melengking membuat semua orang yang ada di sana mengalihkan pandangan menuju Camela termasuk sosok laki-laki itu.

Satu alis laki-laki itu terangkat. Bibirnya berkedut kemudian tertarik ke atas. Ia menatap Camela dari atas sampai bawah sembari menyeringai.

"Siapa, Sayang?" Wanita yang berada di pangkuan laki-laki itu bertanya.

Laki-laki itu mengusap pinggang sang wanita kemudian mengecup pipinya pelan. "Pergilah." Tanpa kata, wanita bergaun merah itu mengangguk lalu beranjak pergi dari sana.

Tatapan laki-laki itu beralih pada seorang gadis yang kini berdiri beberapa jarak di depannya. Dia mengangkat dagu, memandang Camela dengan angkuh. Kedua tangannya melipat di depan dada.

"Oh, lihat siapa yang datang? Lama tak berjumpa, Camela Maysara."

Camela memutar bola mata. Keningnya mengerut saat menyadari bahwa semua orang di sekelilingnya tengah memperhatikan mereka berdua. Gadis itu berdecak, dia melangkah mendekat ke arah laki-laki itu.

"Ravion, ikut aku!" ujar Camela.

"Wow wow! Tunggu. Jangan terburu-buru, Nona Manis. Kemarilah, duduk di sampingku. Aku cukup terkejut, seorang Camela datang menemuiku," ujar Ravion. Dia menepuk sofa di sampingnya sembari mengedipkan mata.

"Aku ingin bicara denganmu!"

"Ya, silakan," balas Ravion.

"Tidak di sini, Ravion. Ikut denganku!" ucap Camela, ia jengkel dengan sikap laki-laki itu. Gadis itu melirik ke sana kemari. Ia takut jika ada orang-orang Geogra di sini. Camela benar-benar nekat menemui Ravion, musuh Geogra. Amarahnya sudah tidak dapat dibendung lagi. Dia sangat bertekad untuk memberi pelajaran pada Zeyra.

"Apa yang ingin kau bicarakan hingga aku harus ikut denganmu?"

Camela menggertakkan gigi, geram. Gadis itu menarik tangan Ravion dengan paksa hingga laki-laki itu berdiri. Bisikan-bisikan semua orang mulai terdengar saat Camela dengan berani menyeret Ravion meninggalkan tempat itu.

Banyak yang merasa heran sekaligus takjub. Gadis itu sangat berani sekali bersikap lancang saat berhadapan langsung dengan Ravion.

Saat mereka sudah cukup jauh dari tempat tersebut. Camela menghempaskan tangan Ravion secara kasar. Dia berdecih, "Jangan main-main denganku, Ravion."

Kedua alis Ravion menukik tajam. Dia menatap wajah Camela dengan seksama. Wajah itu, wajah seorang gadis yang selama ini sangat ia rindukan. Seseorang yang telah berhasil mencuri hatinya. Ya, Camela Maysara adalah sang gadis pujaan hati Ravion. Bertahun-tahun ia menunggu, selalu menunggu Camela datang padanya. Selama itu pula, Ravion selalu mendapat penolakan. Camela menolak cintanya. Gadis itu sudah lebih dulu jatuh cinta pada seseorang. Dan sialnya, orang itu adalah Geogra.

Hal itu adalah salah satu penyebab Ravion amat sangat membenci Geogra. Gadis yang sudah ia klaim sebagai miliknya tidak pantas bersama seorang bajingan seperti Geogra.

Tidak dapat dipercaya. Seorang gadis yang selalu menolak untuk bertemu dan menghindar darinya kini tengah berada di hadapan Ravion. Tangan laki-laki itu terangkat hendak menyentuh pundak Camela tetapi langsung ditepis oleh sang empu.

Ravion menatap ke arah tangannya lantas tersenyum menyeringai. "Sudah lama kita tidak bertemu. Apa kau tidak merindukanku?"

"Jaga batasanmu!" ujar Camela, marah.

"Kau semakin cantik, Camela." Ravion dengan tatapan tajamnya terus memandang Camela. Dia mendekat membuat gadis itu memundurkan langkahnya. "Bolehkah aku memelukmu? Aku merindukanmu."

"Ravion!" teriak Camela. Dia mendorong bahu Ravion agar menjauh darinya. "Aku akan langsung mengatakannya. Ravion, aku membutuhkan bantuanmu," ujarnya.

Kening Ravion mengerut ketika melihat Camela yang tiba-tiba menunduk seraya memasang ekspresi sedih. Satu tetes air mata turun mengenai pipi gadis itu.

"Huh? Kau menangis?" tanya Ravion, bingung. Padahal sedari tadi Camela marah-marah padanya. Mengapa sekarang tiba-tiba begitu?

"Aku tidak tahu harus mengatakannya pada siapa. Aku merasa sangat sedih sekaligus marah."

Camela mendongak, kedua matanya berkaca-kaca. "Ravion, tolong bantu aku. Hanya kau satu-satunya orang yang dapat membantuku. Jika bukan padamu, lantas pada siapa?"

Ravion hanya diam mendengarkan. Dia terkejut saat Camela tiba-tiba mendekat dan memeluknya dengan erat.

"Dia telah mencuri kebahagiaanku, Ravion. Dia sangat jahat. Dia bahkan telah merebut seseorang yang aku cintai." Camela terisak sembari terus mengeluarkan air mata palsu. Dia terpaksa melakukan hal tersebut sebab Ravion paling lemah jika sudah melihat Camela menangis.

Mendengar ucapan Camela, tangan Ravion terkepal. Seseorang yang dia cintai? Ravion terkekeh dalam hati. Jadi gadis itu datang menemuinya hanya karena bajingan itu? Sialan!

***

"Kak Zey, itu ada mobil Kak Geo!" ujar Giselle, menunjuk mobil hitam yang melaju memasuki area sekolah. Kali ini Zeyra tidak sendirian lagi karena selalu ada Giselle yang menemaninya. Anak kedua dari keluarga Zergant itu kini melanjutkan sekolahnya di Zergant School.

"Untuk apa Kakak datang ke sekolah?" tanya Giselle, heran. Ia mengapit lengan Zeyra lantas melangkah bersamaan menghampiri mobil milik Geogra.

Dari kejauhan, pintu mobil terbuka dengan perlahan. Lalu sebuah sepatu pentofel menapak di atas tanah. Sosok laki-laki yang memakai jas formal berwarna hitam itu keluar dari mobil.  Laki-laki itu sangat tampan dan gagah membuat para siswi menjerit.

Giselle memutar bola mata, malas. "Mengapa mereka berteriak saat melihat kakakku? Padahal biasa-biasa saja tuh."

Zeyra menggaruk pipi. Sebenarnya ia agak tidak setuju dengan ucapan Giselle. Setiap kali melihat atau berhadapan dengan laki-laki itu, ia tidak bisa menyangkalnya bahwa Geogra memang sangat tampan. Eh? Zeyra segera menepis pemikirannya barusan. Apa-apaan ini?!

Zeyra mendadak gugup, ia menatap ke arah Geogra yang sedang menunggunya sembari bersandar di depan mobil dengan kedua tangan yang melipat di dada.

"Apa yang Kakak lakukan di sini?" tanya Giselle.

"Tentu saja menjemput Zeyra," balas Geogra, ia melirik pada gadis yang berada di samping sang adik.

"Apa?" Giselle menatap tak percaya, mulutnya terbuka lebar. Tentu saja ia terkejut. Di saat sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan di kantor, laki-laki itu menyempatkan diri untuk menjemput Zeyra? Repot-repot datang ke sekolah hanya untuk menjemput Zeyra?! Garis bawahi, menjemput Zeyra!

"E-ehm, maaf telah merepotkan G-geogra. Terima kasih sudah berbaik hati menjemput Zey tetapi bukankah Zey akan dijemput oleh supir?" tanya Zeyra.

"Tidak perlu. Mulai hari ini dan seterusnya, aku yang akan menjemputmu."

"Kak? Kau tidak apa-apa, kan? Kakak tidak sedang sakit, kan?" Giselle mendekat seraya menempelkan telapak tangan di dahi Geogra. Yang benar saja, belakangan ini sikap kakaknya sangat aneh dan mencurigakan. Giselle saja tidak pernah diberi perhatian seperti ini oleh Geogra. Tetapi Zeyra? Oh tidak. Pasti ada sesuatu yang telah kakaknya sembunyikan. Laki-laki itu mendengus, menepis tangan Giselle.

"Ayo," ajak Geogra pada Zeyra.

"Tunggu Kak. Jawab dulu pertanyaan Giselle!"

"Berisik!"

Giselle memanyunkan bibir. "Kak Zey langsung pulang? Mampir ke rumah Giselle, yuk?"

"Tidak," jawab Geogra.

"Giselle bertanya pada Kak Zey bukan Kakak!" Gadis itu berdecak.

Zeyra tersenyum kecil. "Zey akan pergi menjenguk nenek."

Ah, tadi pagi Zeyra meminta izin pada Geogra bahwa setelah pulang sekolah ia akan mengunjungi nenek terlebih dahulu. Mungkinkah laki-laki itu sengaja meluangkan waktu untuk menjemput dan mengantarkan Zeyra ke rumah sakit?

"Benarkah? Kalau begitu Giselle ingin ikut!"

"Tidak. Kau langsung pulang ke rumah."

"Giselle ingin ikut, Kak. Giselle juga ingin mengunjungi Nenek Sura. Please?" Geogra memasang muka cuek, mengabaikan Giselle.

"Kak Zey, Giselle boleh ikut, kan?" tanyanya beralih pada Zeyra. Gadis itu memasang raut muka memelas dengan bibir cemberut. Jika sudah begitu, mana mungkin Zeyra tega menolaknya.

Akhirnya Zeyra mengangguk membuat Giselle memekik kegirangan. Geogra menghela napas kasar.

"Cepat masuk," katanya. Dia menunjuk ke arah mobil menggunakan dagu. Giselle langsung saja menarik lengan Zeyra, tetapi sebelum itu Geogra sudah lebih dulu menahan tangan gadisnya.

"Aku ingin bicara dengan Zeyra. Kau masuk saja."

Giselle mengerutkan kening lantas mengangguk. "Giselle beri waktu dua puluh detik." Setelah gadis itu memasuki mobil. "Jangan lama-lama Kak!"

Geogra mengedikkan bahu tak acuh. Dia menarik tangan Zeyra agar berdiri di hadapannya. Memandang wajah gadis itu dengan tatapan datar.

"Apa yang ingin Geogra bicarakan?" tanya Zeyra saat laki-laki itu hanya diam saja sembari terus menatapnya. Zeyra merasa gugup lagi.

Tangan kekar Geogra terulur, menyelipkan rambut Zeyra. "Apa kau baik-baik saja? Bagaimana sekolahmu?"

"Ehm, Zey b-baik-baik saja."

"Tidak ada yang mengganggumu?"

Zeyra menggeleng. "Tidak."

"Jika mereka melakukan sesuatu padamu, kau harus segera mengatakannya padaku, hm?"

"Iya," balas Zeyra.

"Sayang, aku belum mendapat pelukan hari ini."

Zeyra meneguk ludah mendengar suara laki-laki itu yang terdengar dingin dan serak. Ya, setiap hari Zeyra harus memeluk Geogra. Dan itu sudah seperti peraturan yang wajib ia lakukan. Jika tidak, maka Geogra akan marah dan merajuk.

"Nanti ya, Geogra."

"Nanti kapan, hm?" Geogra mendekat. Jantung Zeyra berdetak kencang.

"Nanti Giselle lihat," ujar Zeyra, melirik ke sana kemari. Dia jadi malu ketika dirinya dan Geogra menjadi pusat perhatian. Posisi Zeyra tertutupi oleh Geogra yang berada di depan mobil. Semoga saja Giselle tidak melihatnya.

Geogra menarik sudut bibirnya. "Lihat di sana," katanya menatap ke belakang. Saat Zeyra menoleh, Geogra mengambil kesempatan mendaratkan kecupan di pipi gadis itu.

Seketika raut muka Zeyra menegang disertai rona merah yang timbul di kedua pipinya. Gadis itu segera menundukkan pandangan, dia sangat malu. Melihat reaksi kekasihnya yang seperti itu membuat Geogra tersenyum tipis. Ia mengusap puncak kepala Zeyra, gemas.

"A-ayo p-pergi," ucap Zeyra, terbata-bata.

Geogra mengangguk, ia menarik lembut tangan Zeyra. Menuntun gadis itu sekaligus membukakan pintu untuknya. Zeyra menggigit bibir, debaran jantungnya semakin menggila.

"Kak Zey duduk denganku, Kak," ucap Giselle protes pada Geogra.

"Diam atau turun?"

Giselle mencebik, dia mencibir dengan tatapan kesal. Giselle merasa dirinya sekarang menjadi nyamuk. Menyaksikan sang kakak yang menaruh perhatian lebih pada Zeyra. Giselle merasa Geogra memperlakukan Zeyra seperti kekasih. Diam-diam Giselle menyipitkan mata seraya tersenyum misterius.

***

"Kalau begitu, saya permisi, Bu." Seorang dokter beserta dua perawat tengah berpamitan bertepatan dengan Zeyra yang datang memasuki ruangan.

Sang dokter tersenyum seraya menyapa mereka bertiga terlebih dahulu sebelum meninggalkan ruangan bersama kedua perawat tersebut.

"Zey, kau datang?"

Zeyra terkejut saat dia melihat sang nenek yang tengah berbaring dengan wajah pucat. Gadis itu segera mendekat menghampiri Sura. Ekspresinya terlihat khawatir.

"Nek, bagaimana keadaanmu? Apa Nenek masih merasakan sakit? Nenek baik-baik saja?"

Sura tersenyum kecil. Dia mengulurkan tangan, mengusap pipi Zeyra. "Nenek baik, Nak. Bagaimana denganmu? Apa kau bisa hidup sendiri tanpa Nenek?"

"Apa maksud Nenek? Tentu saja tidak Nek. Zey baik, tapi akan lebih baik lagi jika bersama Nenek. Nenek harus cepat sembuh. Zey sangat merindukan Nenek." Zeyra memeluk Sura, menyalurkan rasa rindunya.

Wanita itu mengusap rambut Zeyra dengan sayang. "Nenek juga rindu padamu. Bagaimana dengan sekolahmu?"

"Zey sekolah dengan baik, Nek. Zey tidak bolos, Zey belajar dengan rajin!" ucap Zeyra, penuh semangat.

Sura terkekeh mendengarnya. Dia menarik wajah sang cucu agar mendekat lantas mencium keningnya dengan lembut.

"Gadis pintar. Nenek sangat bangga padamu."

Zeyra menarik diri, kemudian menatap Sura dengan tatapan heran. "Tumben sekali Nenek tidak memarahi Zey?" Tepat setelah Zeyra berkata seperti itu, ia memekik saat keningnya terkena pukulan pelan dari neneknya.

"Dasar! Jadi kau hanya ingin dimarahi oleh Nenek, hah? Nak Geogra, apa Zeyra berbuat nakal selama tinggal di mansion? Jika iya, akan Nenek beri hukuman," ujar Sura. Zeyra mengerjapkan mata seraya melirik ke arah Geogra.

"Nenek apa-apaan..."

"Ya, dia nakal," jawab Geogra. Sudut bibirnya tertarik ke atas melihat Zeyra yang memandang ke arahnya dengan mata melotot.

"Bohong, Nek. Kak Zey tidak nakal. Kak Zey baik," balas Giselle, membela Zeyra. "Kak Zey sering membantuku mengerjakan tugas, Nek. Kak Zey sangat pintar. Selain itu, Kak Zey juga membuat kue yang sangat enak. Mommy sampai menyukai kue buatan Kak Zey." Giselle menghampiri Sura, menceritakan semuanya pada wanita tua itu.

"Benarkah?"

"Ya, Kak Zey benar-benar terbaik! Giselle senang sekali jika bersama Kak Zey. Giselle jadi memiliki teman, Nek."

Sura tersenyum menanggapi setiap celotehan Giselle. "Nenek senang mendengarnya."

"Nek, kami membawakan buah-buahan untuk Nenek. Cepat sembuh ya, Nek."

"Terima kasih, Nak."

"Kalian pulang dari sekolah langsung datang kemari?" tanya Sura, ia baru menyadari kedua gadis itu yang masih mengenakan seragam sekolah.

"Iya, Nek," jawab Zeyra.

"Pasti belum makan, kan?"

"Hehe, belum Nek," balas Giselle, jujur.

"Astaga, bagaimana kau ini Zey. Kasian Nak Giselle pasti lapar ya?"

"Tidak apa-apa, Nek. Setelah pulang dari sini, Giselle akan makan yang banyak."

Sura menggelengkan kepala. "Zey kau juga pasti belum makan? Pergilah, isi perut kalian terlebih dahulu."

"Tapi Nek—"

"Ekhem! Kak Zey pergi bersama Kak Geo saja ya. Giselle akan menunggu bersama Nenek di sini," ujar Giselle memotong kalimat Zeyra.

"Tidak usah, Nak. Nenek tidak apa-apa sendiri. Pergi bersama Zeyra."

"Tidak apa-apa, Nek. Giselle masih ingin mengobrol bersama Nenek. Nanti Kak Geo yang belikan makanan untuk Giselle. Benar, kan, Kak?" Giselle menaik turunkan kedua alisnya, dia mengode pada Geogra agar cepat-cepat pergi dari sana.

Geogra memutar bola mata, ia meraih tangan Zeyra. "Kau harus makan, ikut aku." Mau tak mau Zeyra pun menurut lantas keluar dari ruangan mengikuti Geogra.

Setelah mereka berdua pergi, Giselle melangkah menuju pintu. Dia mengecek apakah mereka benar-benar sudah pergi atau belum.

"Nak Giselle sedang apa?"

"Eh, tidak apa-apa, Nek." Merasa sudah aman, Giselle mendekat. Dia duduk di kursi yang berada di samping ranjang.

"Nek, bolehkah Giselle bertanya? Tapi Nenek harus jawab jujur."

Kening Sura mengerut. "Tanyakan saja pada Nenek. Apa itu?"

"Nek, bukankah sikap Kak Zey dan Kak Geo sangat aneh?" tanya Giselle, raut mukanya mulai terlihat serius.

"Aneh? Memangnya kenapa?"

"Apa Nenek tahu? Belakangan ini mereka terlihat mencurigakan! Kak Geo yang selalu menaruh perhatian lebih pada Kak Zey. Bahkan saat kami menuju kemari. Kak Geo selalu memperhatikan Kak Zey. Contohnya, Kak Geo tiba-tiba menjemput Kak Zey, Kak Geo mencium pipi Kak Zey saat di sekolah, Kak Geo memegang tangan Kak Zey, membukakan pintu mobil untuk Kak Zey terus bantu Kak Zey memasang seatbelt, Nek!" Giselle menceritakan semua kejadian yang dia lihat saat tadi. Nada bicaranya terdengar menggebu-gebu.

"Mereka terlihat seperti sepasang kekasih!"

Sura terdiam sebentar. Kemudian menganggukkan kepala. "Bukankah mereka berdua memang sepasang kekasih?"

"Apa?!" Giselle menutup mulutnya. Dia benar-benar syok. Ternyata dugaannya benar.

"Apa Nak Geo belum memberitahumu?" Sura bertanya saat melihat reaksi Giselle.

Giselle menggeleng. "Tidak, Nek. Ya ampun! Aku tidak percaya ini!"

Entah mengapa Giselle merasa senang mendengar bahwa mereka berdua memiliki hubungan lebih dari sekedar teman. Giselle tersenyum lebar, dia memekik dalam hati sembari bersyukur.

"Mereka baik-baik saja, kan?"

"Iya, Nek! Sangat baik. Kakak benar-benar berbeda jika bersama Kak Zey. Kak Geo sangat perhatian pada Kak Zey, Nek. Giselle saja tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh Kak Geo."

Sura bernapas lega mendengarnya. Dia tersenyum tipis. "Syukurlah jika begitu." Dia merasa sudah tidak perlu khawatir lagi pada cucunya. Dia sudah tenang sekarang. Zeyra. Masih banyak orang yang menyayangi cucunya. Sura mengucapkan syukur dalam hati.

"Nak Giselle, Nenek boleh minta tolong?" tanya Sura.

"Tentu saja, Nek."

"Nenek titip Zey ya, Nak Giselle. Tolong temani dia jika Nenek sedang tidak bersamanya. Nenek sangat menyayanginya. Melihat Zeyra bahagia bersama kalian, Nenek merasa cukup lega."

Giselle mengangguk cepat. "Tentu saja, Nek! Giselle akan selalu bersama Kak Zey!"

"Terima kasih, Nak Giselle." Sura tersenyum sembari mengusap puncak kepala Giselle.

***
To be continue

Haloo, babee!
Ada yang masih nungguin Bang Geo?

Oh iya, aku mau kasih tahu kalian. Jika tidak berhalangan Insya Allah aku up cerita Bang Geo setiap hari Sabtu yaa!

Komen emote setelah kalian baca chapter ini 👉

Continue Reading

You'll Also Like

57.3K 2.4K 42
seorang yeoja dari indonesia bernama syifa . seorang yeoja yang menggemari dunia k-pop. dan pada suatu hari dia berhasil berangkat kekorea. dan beruj...
LEVANADA By lyraa

Teen Fiction

2M 161K 52
Nada rela datang ke kota untuk bekerja dan rela meninggalkan sekolah nya. Situasi yang memaksa nya melakukan ini, hidup selama bertahun tahun di pant...
1.3M 147K 48
โ€ผ๏ธFOLLOW SEBELUM MEMBACA Belum direvisi. HIGH RANK: โ€ข 2 #persahabatan [21/03/2022] โ€ข 1 #mostwanted [03/04/2022] โ€ข 2 #fiksiremaja [03/04/2022] โ€ข 3 #ta...
37.7K 3.3K 28
#TUAN RUMAH GRIANA BEKSA Sang Bara, julukan yang di berikan pada remaja laki-laki bernama Baradatu Khatulistiwa. Ketua dari geng bernama REVIGSA atau...