Magic Potion [END]

By alana_l0v3

33.2K 3.8K 1K

Bagaimana jika salah satu atau beberapa dari ketujuh kembaran ini berubah? Saksikan saja sendiri!! ••• "Eh... More

ᏢᎡϴᏞϴᏀ
ᏟᎻᎪΝᏀᎬᎠ
ᏟᎪΝ'Ͳ ᏴᎬᏞᏆᎬᏙᎬ ᏆͲ
ᏴᎬᏟϴᎷᎬ Ꭺ ᏀᏆᎡᏞ
ՏᎷᎪᏞᏞ ᎬᎡᎡϴᎡ
ᎻᎪᏞᏆᏞᏆΝͲᎪᎡ
ᎷᎪՏᎪᏞᎪᎻ ᏦᎬᏟᏆᏞ
ᏆͲ'Տ ՏͲᏆᏞᏞ ͲᎻᎬ ᏴᎬᏀᏆΝΝᏆΝᏀ
ՏᏆ ᏢᎡᏆᎪ ͲႮᎪ
ᏞᎬͲ'Տ ՏͲᎪᎡͲ
Ꭺ ᏢᎪᎡͲ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ(2)
ՏᏆᏟᏦ?
ᏀᎬᎷᏢᎪ
ᏟᎬᏞᎪᏦᎪ
ᏞϴՏͲ
ᏟϴᎷҒϴᎡͲᎪᏴᏞᎬ ᎻϴᎷᎬ
ᏆᏟᎬ
ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ
ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ(2)
Ꭺ ҒႮΝ ᎠᎪᎽ
ՏϴᏞᎪᎡ
ҒႮΝ ᏀᎪᎷᎬՏ
ͲᎻᎬ ᏔϴᏞҒ ᎻᎪՏ ᏟϴᎷᎬ
ͲᎪႮҒᎪΝ
ᏔᎪΝͲ Ͳϴ Ꮐϴ?
Ꭺ ᏢᎪᎡͲ
ᏢᎬᎡႮᏴᎪᎻᎪΝ
ᏴᏞᎪᏃᎬ
ᏴᎪᏆᏦᎪΝ
ϴᏞᎠ ҒᎬᎪᎡՏ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(2)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(3)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(4)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(5)
ᎡᎬϴᏟᏟႮᎡ
ΝᎬᏔ ᏢᎡϴᏴᏞᎬᎷ
ᏦᎬͲᎪᎻႮᎪΝ
ͲᎻϴᎡΝ
ᏀϴΝᎬ
Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ
ՏᎬᏞᎬՏᎪᏆ
ᎬᏢᏆᏞϴᏀ
ᏴϴΝႮՏ ᏟᎻᎪᏢͲᎬᎡ

Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ

729 90 2
By alana_l0v3

Just enjoy it! Happy Reading⚪

•••


























































































































Magic Potion : A Secret

===

Gempa berjalan bolak balik di ruang tengah sambil menggigit ibu jarinya selama 15 menit tadi. Dia menoleh kearah jam dinding yang menunjukan pukul 8.21 p.m. Yang artinya sudah hampir larut tapi kedua adik bungsunya tidak kunjung menampakkan dirinya dari pintu.

Ceklek

Gempa sontak kembali menoleh saat pintu rumah terbuka. Tapi bukan bertemu dengan 2 adik bungsunya, malah bertemu dengan kakak kakaknya.

"Gimana? Ketemu?" tanya Gempa dengan khawatir.

Taufan menggelengkan kepala dengan lesu. "Kami udah cari kemana mana tapi tetap gak ketemu"

Halilintar melepaskan topinya dan membiarkan rambutnya tergerai dengan kasar. "Sebenarnya kemana mereka tadi pagi?!" tanyanya dengan penuh emosi.

Gempa yang mendengar kalimat dengan nada keras itu menundukkan kepala, "Solar bilang mereka mau pergi ke perpustakaan kota..." jawabnya dengan nada pelan dan takut.

"Kak Gempa!"

Mereka menoleh bersamaan ke arah belakang dan melihat Blaze juga Ice yang ngos-ngosan.

"Gimana? Kalian ketemu?" tanya Taufan.

Blaze menggelengkan kepalanya. Nafasnya masih tidak beraturan dengan rambut panjang yang acak acakan. Padahal sebelumnya dia sudah mengikat kuncir dengan kuat, tapi malah terlepas.

"Kami udah cari mereka di perpustakaan, tapi mereka tetap gak ada" ucap Ice dengan keringat yang bercucuran.

"M–Maaf.."

Pandangan mereka semua kini tertuju pada Gempa yang masih setia menundukkan kepalanya disana.

"Harus Gempa gak izinin mereka, hiks. Gempa minta maaf" kedua tangannya yang gemetar di kepala kuat sambil menahan air mata agar tidak turun. "Maafin, Gempa.." hancur sudah, air matanya turun begitu saja tanpa di perintah.

Hali mendengus kasar dan mengusap wajahnya. "Bukan salahmu, Gempa" ucapnya dengan nada pelan. Ingatkan dia bahwa dia lemah jika dalam bentuk perempuan. Bahkan dirinya hendak ingin ikut menangis melihat adiknya menangis. Sangat menyayat hatinya.

"Sudahlah, jangan menangis. Lebih baik kita cari mereka lagi" ucap Taufan mencoba menenangkan mereka berdua.

"Kak!!!"

Suara yang sangat familiar itu menarik perhatian mereka semua. Senyuman manis dengan wajah berseri dan wajah tenang bercampur lelah itu menatap mereka di sebrang jalan sana. Dengan hati hati dan cepat mereka menyebrang dan menghampiri mereka.

Itu Thorn dan Solar!

"Kalian ngapain di luar? Terus ini kenapa pada nangis?!" Solar bertanya panik.

"Kalian kenapa?!" timpal Thorn.

Bruk!

Tiba tiba saja mereka berdua tumbang karna di hantam oleh Halilintar dengan keras dan mereka tidak bersiap. Alhasil mereka bertiga jatuh.

"Bodoh, kemana saja kalian, hah?!" Hali memeluk erat mereka berdua.

Gempa ikut berlari dan menunggu mereka bangun lalu ikut mendekap mereka berdua dalam pelukannya. "Kalian kemana aja?! Kami khawatir sama kalian" isak Gempa menguatkan pelukannya, menyalurkan tanpa sadar rasa takut itu pada mereka.

Thorn dan Solar masih mencoba mencerna.

"Dasar adek sialan! Kerjanya bikin khawatir!" Blaze ikut mengusap matanya yang berair.

"Kalian nakal sekali.." Ice menghela nafas pelan dengan mata berkaca kaca.

"Kalian kemana aja sih..?" Taufan melemas lega saat melihat mereka pulang dengan selamat.

Thorn dan Solar yang masih berada di pelukan Hali dan Gempa nampak saling melirik.

Mereka khawatir sama kita ya?

Kayaknya iya.

"Kalian kemana aja?!" sentak Hali melepaskan pelukannya dengan wajah kesal bercampur lega, air matanya membasahi pipinya itu.

Thorn dan Solar tertegun melihat wajah kakak sulungnya yang sama sekali tidak pernah mereka lihat. Sebegitu khawatirnya kah dia??

"Kami baru pulang dari perpustakaan..?" jawab Solar dengan ragu. Dia takut akan kena amuk.

"Kami udah kesana dan kalian gak ada disana. Kemana kalian?" kini Ice bersuara.

"Kami beneran baru pulang dari sana kok. Nih liat, Thorn juga pinjam buku disana" ia memperlihatkan totebag cokelat yang dia bawa.

Gempa melepaskan pelukannya, "Lain kali jangan pulang selarut ini! Kalian gak tau apa seberapa khawatirnya kami pas kalian belum pulang?! Mereka bahkan sampai muter muter daerah sini buat nyari kalian! Lain kali jangan gini.. Kakak khawatir kalian kenapa napa" omelnya dengan diakhiri nada lembut sambil kembali menundukkan kepalanya.

Thorn dan Solar kembali melirik satu sama lain lalu tertawa bersama. Padahal baru beberapa jam mereka menghilang, tapi saudaranya sudah khawatir setengah mati. Bagaimana jika seharian atau bahkan berhari hari?

"Kami baik baik aja, kak. Sehat walafiat" celetuk Solar.

"Lagipula kami lama karna Solar yang gak selesai selesai baca buku filosofi yang setebal kamus bahasa itu. Padahal Thorn udah nyuruh dia udahan pas udah jam 6, eh malah bilang tunggu sampai sekarang baru pulang" jelas Thorn.

"Heh, kak Thorn juga baca buku sama ngobrol lama sama kakek Lyon ya! Jangan salahin Solar!"

"Ih, tapi kan gak se-lama Solar!"

"Tetap aja, kalian ngobrol selama 2 jam gak berhenti tau gak?"

"Kita harus hormat sama orang tua, jadi kalo kakek Lyon tanya, ya di jawab. Ntar kalo gak jawab dosa lagi. Thorn gak mau"

"Perasaan kau deh yang ngomongnya kepanjangan?"

"Solar ih!!"

Mereka berdua malah berkelahi disana. Mengabaikan keadaan kakak kakaknya yang tengah kesal dengan tingkah laku mereka.

"Heh, udah udah. Kok kalian malah kelaih?" suara parau lembut itu menghentikan perdebatan mereka berdua.

Kedua anak bungsu itu menoleh kebelakang, "Kakek?!"

Dia tersenyum pada mereka dan menyuruh mereka bangun. "Udah malam, lebih baik kalian tidur sana. Gak baik malam malam di luar" ucapnya.

Thorn mengangguk kuat dan Solar hanya mendehem.

"Aku pulang dulu ya. Sampai jumpa di perpustakaan lagi, nak" pamitnya ingin pergi.

Thorn menatap berseri. "Kakek bakal disana lagi?!"

Tawaan kecil merespon ucapannya, "Aku setiap hari ada disana, anak cantik. Jangan khawatir, datang temui aku jika kamu mau ya"

"Aye aye captain!!"

Pria tua itu tersenyum dan beranjak pergi dari sana. Meninggalkan kakak kakak dari si bungsu terdiam di tempat.

"Masuk, kak. Ntar kena angin malam" ajak Solar beranjak duluan.

"Erk—!" namun kerah belakangnya ditahan oleh Hali hingga membuatnya sedikit tercekik. "Apasih kak?!"

"Siapa dia?" tanya Halilintar dengan wajah bingung dan penasaran. Tatapan was was juga tersirat.

"Namanya kakek Lyon. Dia pemilik perpustakaan di kota kita! Orangnya baik bangettttt" bukan Solar tapi Thorn yang menjawab dengan penuh semangat.

Satu persatu dari mereka mulai masuk perlahan.

"Pemilik? Ku kira perpustakaan itu udah jadi punya rakyat sini" ucap Gempa lesu karna lelah menangis.

"Itu kan masih rumornya" kata Taufan.

"Jadi kalian bersamanya dari pagi?" tanya Blaze.

Thorn dan Solar mengangguk.

"Kami bercerita banyak sama kakek Lyon! Dia juga nyeritain banyak hal ke kami! Pokoknya seru" Thorn terlihat sangat senang.

Hali menghela nafas pelan. Sedikit lega jika adiknya baik baik saja dan kembali dengan keadaan gembira membuatnya ikut senang.

"Tapi lain kali jangan pulang jam segini ya? Bikin orang panik tau gak" ucap Hali dengan nada kesal.

Thorn dan Solar lagi lagi mengangguk, "Baik"

"Omong omong, kalian yakin dia baik?" tanya Ice.

"Yakin banget" jawab Thorn. "Kalo sama kakek Lyon rasanya juga nyaman banget. Thorn gak ngerasa aneh sama badan Thorn pas dia nyentuh dan ngusap kepala Thorn. Kakek Lyon juga mirip sifatnya sama Atok.. Jadinya ya... ya gitu deh, hehe" Thorn menggaruk kepala nya yang tak gatal.

Mereka semua terdiam mendengarnya.

"Solar, temenin Thorn ke kamar yuk" ajak Thorn.

Solar tersadar dari lamunannya dan mengangguk. Mereka berdua pun pergi dari sana dan naik keatas dimana kamar mereka berada.

Semua saudara nya yang lain masih berdiam diri disana. Seakan akan melupakan sesuatu.

Beberapa menit kemudian mereka baru kembali ingat kalau akan memarahi mereka berdua karna pulang malam.

"Ah, sudahlah. Udah gak mood mau marahin mereka" celetuk Ice pergi ke sofa dan berbaring disana. Seperti biasa, dia selalu mengantuk. Terlebih lagi karna tenaganya habis setelah berlari larian menelusuri perpustakaan kota yang besar dan juga beberapa komplek disana untuk mencari kedua adik bungsunya.

"Duain" Blaze ikut duduk di lantai dan bersender pada kaki sofa yang di tiduri Ice sambil membuka TV.

"Kak Taufan, suruh mereka makan nanti ya. Aku mau tidur" ucap Gempa tersenyum kecil dan kembali ke kamarnya tanpa mendengar persetujuan dari Taufan dulu.

"Aku mau panasin lauk buat mereka" Halilintar pergi ke dapur.

Taufan mendengus, "Malah pergi semua, gimana sih?"

"Beberapa hari lalu ditemukan nya beberapa mayat tergeletak di jalanan sepi dekat penghujung kota sebrang. Tidak ditemukan luka akibat senjata tajam mau pun pukulan. Tubuh mereka hanya gosong dengan mata terbuka seakan akan baru saja terkena sengatan listrik yang kuat. Hasil mengatakan kalau mereka tersambar petir yang terjadi di malam itu juga"

Suara TV yang dibuka oleh Blaze menarik perhatian mereka bertiga.

"..."

"..."

"..."

Mereka saling menatap. "KAK HALI!"

Sedangkan yang dipanggil sedang berada di dapur sambil mencoba menulikan pendengarannya.

Serba salah jadi nya..

===

"Bagaimana?"

Ucapan itu hanya di respon dengan suara angin mendesir rerumputan disana. Kepalanya menoleh kebelakang dengan raut bertanya balik.

"Apanya yang bagaimana?"

"Rencanamu"

Netra merahnya yang menyala menatap dengan tatapan teduh lalu kembali melihat kearah langit malam yang kosong tanpa bintang maupun bulan. Sepertinya akan turun hujan malam ini. Tidak ada jawaban dengan cepat, yang bertanya tadi terlihat sabar menunggu.

"Kita mulai besok, bersiaplah" seringaian lebar tertuju pada satu arah, mengeluarkan taring tajam yang dia punya.

"Selalu, tuan"

Angin malam menutup pembicaraan mereka.

"Tetapi, sebelumnya kita urus anak itu dulu" dia melihat target yang tengah berjalan sendirian di tepi jalan yang sepi yang manusia lain.

"Baiklah, itu hal yang mudah"

===

"Kak"

"Iya?"

Thorn sedang berbaring di kasurnya, sambil membaca buku tadi siang yang belum ia baca habis disana.

"Menurutmu, yang dikatakan kakek Lyon itu benar atau tidak?" Solar tengah duduk di meja belajarnya Thorn, sambil menatap lurus dimana jendela tertutup terletak disana.

Thorn menggidikkan bahunya, "Thorn gak tau benar atau salahnya. Thorn bakal percaya kalo udah ngeliat mereka sendiri"

Solar beralih menatap kearahnya. "Kau yakin?"

Thorn mengangguk mantap. "Lagipula.. Solar juga berpikir kalo itu gak mungkin ada, kan? Maka Thorn juga sama. Aku gak begitu percaya, tapi sedikit percaya dengan keberadaan mereka. Bahkan jika beneran ada pun...aku gak yakin kalo manusia bakal bisa selamat" Thorn mengulas senyum kecil.

Solar hanya diam menatap kakaknya yang berbicara.

"Kakek Lyon juga bilang, kalo ketemu sama mereka kita harus lari. Dan aku juga udah tau maksud dari manusia adalah serigala bagi manusia lainnya" Thorn tersenyum makin lebar saat menatap Solar.

Mata Solar mengerjap kaget. "Jadi.. Maksudmu?"

Senyuman itu masih tidak luntur dari wajah Thorn, "Iya, kakek Lyon sedang memperingati kita, Solar. Tidak hanya kita berdua, tapi semuanya"







































































































































































===

Bersambung...

Thorn jadi pinter deh, hehe.

Thorn : Thorn kan emang pinter!

Author : Iya deh iya"

Morning yorobun!! Jangan lupa sarapan🍳☕🍞. Moga terhibur yaa!😇

Continue Reading

You'll Also Like

62K 4.6K 29
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
86.1K 5.9K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
492K 49.4K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
294K 30.2K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...