Magic Potion [END]

By alana_l0v3

33.3K 3.8K 1K

Bagaimana jika salah satu atau beberapa dari ketujuh kembaran ini berubah? Saksikan saja sendiri!! ••• "Eh... More

ᏢᎡϴᏞϴᏀ
ᏟᎻᎪΝᏀᎬᎠ
ᏟᎪΝ'Ͳ ᏴᎬᏞᏆᎬᏙᎬ ᏆͲ
ᏴᎬᏟϴᎷᎬ Ꭺ ᏀᏆᎡᏞ
ՏᎷᎪᏞᏞ ᎬᎡᎡϴᎡ
ᎻᎪᏞᏆᏞᏆΝͲᎪᎡ
ᏆͲ'Տ ՏͲᏆᏞᏞ ͲᎻᎬ ᏴᎬᏀᏆΝΝᏆΝᏀ
ՏᏆ ᏢᎡᏆᎪ ͲႮᎪ
Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ
ᏞᎬͲ'Տ ՏͲᎪᎡͲ
Ꭺ ᏢᎪᎡͲ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ
ᎷᏆՏᏆ ᏦᎬᏟᏆᏞ(2)
ՏᏆᏟᏦ?
ᏀᎬᎷᏢᎪ
ᏟᎬᏞᎪᏦᎪ
ᏞϴՏͲ
ᏟϴᎷҒϴᎡͲᎪᏴᏞᎬ ᎻϴᎷᎬ
ᏆᏟᎬ
ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ
ᎡႮᎷᎪᎻ ᎡᎪᎽᎻᎪΝ(2)
Ꭺ ҒႮΝ ᎠᎪᎽ
ՏϴᏞᎪᎡ
ҒႮΝ ᏀᎪᎷᎬՏ
ͲᎻᎬ ᏔϴᏞҒ ᎻᎪՏ ᏟϴᎷᎬ
ͲᎪႮҒᎪΝ
ᏔᎪΝͲ Ͳϴ Ꮐϴ?
Ꭺ ᏢᎪᎡͲ
ᏢᎬᎡႮᏴᎪᎻᎪΝ
ᏴᏞᎪᏃᎬ
ᏴᎪᏆᏦᎪΝ
ϴᏞᎠ ҒᎬᎪᎡՏ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(2)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(3)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(4)
ᎷᎬᎷϴᎡᏆᎬՏ ϴҒ ͲᎻᎬ ᏢᎪՏͲ(5)
ᎡᎬϴᏟᏟႮᎡ
ΝᎬᏔ ᏢᎡϴᏴᏞᎬᎷ
ᏦᎬͲᎪᎻႮᎪΝ
ͲᎻϴᎡΝ
ᏀϴΝᎬ
Ꭺ ՏᎬᏟᎡᎬͲ
ՏᎬᏞᎬՏᎪᏆ
ᎬᏢᏆᏞϴᏀ
ᏴϴΝႮՏ ᏟᎻᎪᏢͲᎬᎡ

ᎷᎪՏᎪᏞᎪᎻ ᏦᎬᏟᏆᏞ

919 106 4
By alana_l0v3

Just enjoy it! Happy Reading⚪

•••



























































































Magic Potion : Masalah Kecil

===

BOOM!!

Suara ledakan itu membangunkan seluruh penghuni rumah. Dan sontak menghampiri asal suara.

Brak!

"Kenapa?! Ada apa?!"

"Uhuk uhuk!!"

Baru saja membuka pintu lab, asap hitam sudah dimana mana. Perlahan asap mulai menghilang dan sisa lah si bungsu yang terlihat berantakan karna ledakan tadi. Beruntung tidak cidera karna itu.

"Pftt–HAHAHAHAHAHAHA, lihat wajahmu!" Blaze tertawa keras.

Wajah Solar terlihat hitam, rambut nya yang tanpa topi juga ikut berantakan. Kacamata visor kuningnya itu ikut menghalangi pandangannya.

"Gak usah ketawa deh" ucap Solar mengambil kain bersih dan mengelap wajah juga kacamatanya.

"Kau ngapain sih? Masih pagi juga" gerutu Taufan menguap.

"Buat penawar lah, bre. Apa lagi?" jawab Solar memerhatikan ramuan yang tadi dia buat ternyata tidak berhasil, malah justru meledak dan dia kena imbasnya. "Perasaan kemarin aku buat gak meledak deh, ini kok meledak??" bingung Solar.

"Ck, aku mau tidur lagi" Ice berbalik pergi. Begitupun Taufan.

"Thorn juga" gadis—eh, lelaki yang sedang dalam bentuk perempuan pecinta tanaman itu juga ikut pergi dari sana.

Satu persatu dari mereka pergi dari sana, dan hanya menyisakan Solar sendirian didalam lab. Dia menatap serius tabung berisi cairan berwarna biru langit itu. Diambilnya tabung itu dan diangkat, mengarahkan ke bohlam lampu untuk menerawangnya. Matanya menyipit serius.

Ck, apa yang salah lagi coba? Perasaan sama aja kayak kemarin aku buat, batinnya kesal.

Dia hendak melempar itu ke lantai saking kesalnya, tapi dia tidak mau menerima konsekuensi dari itu. Jadi dia biarkan saja diatas meja. Sementara dia pergi mengambil beberapa buku ramuan yang terletak disana. Membuka dan membacanya, siapa tau dia menemukan sesuatu yang berguna. Tapi nyatanya tidak.

Dia menutup buku itu dan beralih ke buku lainnya. Melihat dengan teliti setiap halaman tanpa melewati satu katapun. Tapi tetap tidak ketemu juga. Solar ingin beralih ke buku lain, tapi dia sudah malas mencari. Dia memilih untuk menggunakan otaknya sendiri berpikir secara logis.

"Oh! Minta tolong Fang aja kalik ya?"

===

Sementara itu, sebuah kapal angkasa kecil mendarat di depan rumah pemuda berambut ungu itu. Fang menunggu di halaman rumah. Dan saat kapal itu mendarat, orang yang keluar dari sana membuat Fang menghampirinya.

"Sekarang?" dia bertanya pada Fang.

Fang mengangguk, "Sekarang aja, bang"

Ternyata itu adalah abang Fang, Kaizo. Dia memang seringkali datang menjemput adiknya untuk membawanya pergi ke kapal angkasa yang sesungguhnya. "Bagaimana dengan sekolahmu?" tanya Kaizo.

"Aman itu, minta tolong Gempa udah beres pasti" jawab Fang.

"Hahh, terserah kau saja. Bilang aja kau mau membolos" tebak Kaizo dan itu langsung tepat sasaran.

Fang cengengesan.

Drrrttt

Hp nya tiba tiba saja bergetar disaku celananya.

"Bentar, bang. Aku angkat telpon dulu" ucapan Fang di angguki oleh Kaizo.

Fang berjalan menjauhi Kaizo dan mengangkat panggilan itu.

"Kenapa, Solar?"

"Fang! Aku mau minta tolong dong"

Alis Fang mengerinyit, "Tumben, minta tolong apa?"

"Kau kapan pergi ke luar angkasa lagi?" Solar disebrang sana nampak juga sambil sibuk mengacak acak buku ramuan.

Jadi tidak usah heran jika ada suara grasak grusuk dipendengaran Fang. "Ini mau berangkat"

"Oh! Bagus dong! Tolong ambilin beberapa tanaman disana ya! Apa aja pokoknya yang bisa di jadiin ramuan"

Mata Fang memincing curiga ke layar ponselnya, "Kau gak berniat bikin eksperimen yang aneh aneh, kan?"

"Gak dulu, tapi nanti mungkin"

"Kalo gitu aku gak mau"

"Ish, jangan dong! Ambilin aja! Gak buat aneh aneh juga"

"Ck, memangnya buat apa sih?"

"Ada deh, kalo udah jadi baru aku kasih tau"

"Kasih tau sekarang aja susah banget. Yaudah iya"

"Okeyyy!! Makasih, Fang. Makin sayang deh"

"Najis, udah ya, aku tutup dulu"

"Siap!"

Tut

Panggilan pun diputuskan. Fang kembali ke abangnya yang menunggu. "Ayo, bang"

Kaizo mengangguk dan masuk duluan kedalam kapal angkasa itu, disusul Fang yang duduk sebelahnya.

===

Solar sedang dilanda senang hati, jika dibawakan tanaman aneh dari luar bumi sama, maka sama artinya dia bisa bereksperimen dengan suatu hal yang baru. Ya sekalian mencari penawar nya juga.

"Yey yey, ramuan baru lagi"

Solar mengemas ramuan yang tadi dia buat agar tidak ada kekacauan lebih lanjut jika ada yang datang masuk kembali ke dalam lab nya.

Saat hendak menyimpan tabung berisi ramuan itu di dalam rak yang bertuliskan 'Belum di Ketahui', pupil matanya tak sengaja menangkap salah satu ramuan yang ada di rak kaca sebelah kirinya. Solar segera menyimpan dan beralih ke salah satu ramuan itu. Sebuah kertas menempel ditabung yang tertutup itu dengan tulisan 'Pengubah Jiwa'.

Solar sedikit merinding, "Lah, sejak kapan aku bikin ni ramuan??" dia mencoba mengingat ingat kapan dia membuatnya. "Oh iya, kan pas itu. Hehe, kak Thorn sama kak Ice juga kena jadi kelinci percobaan olehku ya" dia menyengir tanpa dosa. Dia ingat sekali kalau saat itu Thorn berubah menjadi Ice, begitu pun sebaliknya.

Dimana Thorn yang seharusnya periang dan polos menjadi Ice yang pemalas dan suka tidur. Dan Ice yang begitu berubah menjadi Thorn yang lucu dan polos. Benar benar berbeda kebandingannya. Keadaan mereka berlangsung hanya selama 3 jam saja, setelahnya kembali seperti semula.

"Hebat juga aku bisa bikin ramuan kayak gini" bangga Solar.

Dia menyimpan kembali ramuan yang ia pegang dan kembali pada ramuan ramuan yang belum terdeteksi fungsinya.

"Siapa ya yang mau jadi kelinciku selanjutnya?" Solar berpikir keras. Dan semua ide tiba tiba terlintas di kepalanya hingga membuatnya menjentikkan jari, "Kak Gempa!!"

Begitulah Solar yang terlalu kepo dengan sesuatu. Bahkan saudaranya yang tak bersalah juga ikut kena karna dirinya. Memang pada dasarnya anak ini tidak boleh terlalu penasaran sepertinya.

===

"Kak Gempa"

"Ya?" Gempa yang tengah sibuk menata rambut Thorn itu menoleh dan melihat Blaze disana.

"Nanti aku ikut mobil kak Gem ya!" ucap Blaze.

"Tumben? Biasanya mau sama Ice terus" bingung Gempa. Dia selesai menyanggul rambut Thorn lalu memakaikan topinya dengan sayap topi mengarah ke belakang dengan sedikit menyamping.

"Hehe, mau suruh kakak berhenti di depan alf*m*rt sekalian" kata Blaze menyengir.

"Udah aku duga" Gempa menggeleng pelan, "Memangnya kau mau apa?" tanyanya pergi menuju lemari Thorn untuk mengambilkan pakaian yang agak besar ditubuhnya.

"Mau beli cemilan, buat pelajaran mtk nanti" jawab Blaze tanpa rasa bersalah dan rasa takut sama sekali.

"Kalo belajar ya belajar, Blaze" kata Gempa membawakan hoodie oversize untuk Thorn.

"Hehe, aku makan kalo aku lapar kok, kak"

"Yasudah, iya"

"Makasih, kak!!"

Tak berselang lama, semuanya pun mulai masuk kedalam mobil untuk berangkat ke sekolah. Di dalam mobil pertama, ada Hali, Taufan dan Ice. Hali yang menyetir, seperti biasanya. Sementara di mobil kedua ada Solar, Gempa, Blaze, juga Thorn. Dan Gempa lah yang menyetir di sana.

Mobil pertama itu melaju lebih dulu. Sementara Gempa melaju dan berhenti di alf*m*rt sebentar.

"Lho, kenapa kak Gempa berhenti disini?" tanya Solar menatap kearah toko perbelanjaan itu.

"Itu Blaze, mau beli cemilan katanya" jawab Gempa.

Blaze sudah turun duluan sendirian dan masuk kedalam sana.

"Kak Blaze!! Thorn juga ya!" ucapan itu diancungkan jempol oleh Blaze dari dalam sana.

"Temenin gih, Solar" kata Gempa pada Solar yang duduk di kursi belakang.

Solar memanyunkan bibirnya, "Males ah mau turun lagi, kak. Toh kak Blaze paling gak lama perginya"

Gempa menghela nafas pelan dan tidak memaksa lebih lanjut. Dia memerhatikan Blaze dari dalam mobil. Untuk saja kalau tembok disana itu kaca, bukan kayu atau pun semen. Jadi tidak susah untuk melihat dimana adiknya itu berada, walau pun tertutupi beberapa rak.

Beberapa menit pun berlalu, Blaze keluar dari sana dengan wajah pucat pasi. Gempa mengerjap kaget. Saat Blaze hendak membuka pintu, Solar sudah lebih dulu membukanya. Blaze pun masuk dan duduk disana, tepatnya di belakang Gempa dan di sebelah Solar.

"Kau gak papa, Blaze? Wajahmu pucat lho" khawatir Gempa.

"Gak papa, kak. Tadi ada orang aneh nyentuh aku, aku gak sadar tadi kalo ada orang" jawab Blaze meminum sebuah minuman dingin yang dia beli.

"Nyentuh gimana?! Dia ngelakuin hal yang aneh gak?!" tanya Solar yang sudah siap akan menghajar orang itu.

"Gak, dia nyentuh bahu aja. Bukan apa apa, aku juga gak tau kenapa aku jadi pucat begini" jawab Blaze sedikit terkejut dengan wajahnya di layar HP.

"Cuman bahu aja? Jadi pucat begitu?!" Solar berpikir itu tidak masuk akal. Dia menyentuh bahu Blaze, bahkan sesekali menepuknya. "Lah, ini aku pegang kau gak kenapa napa"

Gempa melajukan mobilnya dengan segera, dia takut kalau mereka akan terlambat.

"Mana aku tau, anjir. Perasaan aku gak enak pas dia nyentuh tubuhku, gila tenagaku kayak diserap sama tuh orang"

"Oh, kayak Thorn kemarin dong" celetuk anak polos itu yang tengah makan cemilan yang Blaze beli tadi.

"Hah? Emang Thorn kemarin kenapa?!" panik Gempa.

"Aduh, kak, jangan gitu dong. Ntar nabrak" kata Solar sedikit panik saat Gempa tidak melajukan mobilnya sesuai jalur lurus.

"Iya iya maaf"

"Kemarin yang pas Solar bawa Thorn pulang itu lho, kak. Sebelumnya, Thorn gak bisa lawan karna gak tau kenapa kalo setiap mereka nyentuh tubuh Thorn, Thorn malah jadi kayak gak ada tenaga" jawab Thorn.

"Oh, jadi lebih sensitif maksudnya?" tanya Blaze.

Thorn mengangguk.

"Oalah, pantesan pas Fang pegang tanganmu, kau malah marah" ucap Solar mengangguk angguk paham.

Thorn menyengir, "Hehe, Thorn juga gak tau kenapa Thorn marah"

"Tapi kalo semua cewek begitu, kenapa fans aku enggak ya?" pikir Solar.

"Mereka mah emang udah gila aja" celetuk Gempa blak-blakan.

"Kayaknya tergantung gak sih? Karna Thorn sama kak Blaze belum lama jadinya belum terbiasa. Thorn yakin pasti cewek kalo disentuh pertama kali pasti juga merinding sama takut" ucap Thorn.

Blaze menyimak dengan penuh kagum, "Tumben kau pinter, Thorn"

Thorn mempoutkan kedua pipinya, "Maksud kak Blaze selama ini Thorn gak pinter gitu?"

"Gak gitu, astaga"

"... Kalo kalian begitu, berarti kak Hali juga, kan?" pertanyaan Gempa dijawab dengan keheningan.

"Kayaknya iya deh"

Sementara yang dibicarakan tiba tiba bersin di dalam kelas.

"Kau gak papa, kak?" tanya Taufan takut takut kalau kakaknya itu sakit karna kehujanan kemarin malam.

Hali mengangguk, "Gak papa. Omong omong, Gempa sama yang lain kok belum datang?"

Taufan menggidikkan bahunya, "Paling bentar lagi kok"






























































































































































===

Bersambung...

Bakal jarang update nih, masa baru masuk udah dikasih tugas banyak bjir. "Kurikulum nya merdeka, murid menderita"

Taufan : Kebanyakan ngeluh lu jadi orang

Author : Orang nyatanya begitu😤

Continue Reading

You'll Also Like

494K 49.5K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
1M 86.8K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
519K 5.6K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
53.2K 3.9K 53
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...