GEOGRA

By iceynda

2.9M 122K 4.3K

Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat... More

PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50
CHAPTER 51
CHAPTER 52
CHAPTER 53
CHAPTER 54
EPILOG
EXTRA CHAPTER
EXTRA CHAPTER

CHAPTER 27

48.4K 2.2K 117
By iceynda

Pagi-pagi sekali, Zeyra sudah membantu para pelayan untuk menyiapkan sarapan. Lalu setelah pekerjaannya selesai, ia buru-buru bersiap karena hari ini ia akan pergi sekolah.

Gadis itu sangat bersemangat, memakai seragam baru yang telah diberikan oleh Rashelyna. Seragam lama yang sudah sangat tidak layak dipakai, ia simpan ke dalam kotak. Dia tidak berniat untuk membuangnya karena seragam tersebut nenek yang membeli untuknya.

Bu Inah datang memasuki kamar, pelayan itu berniat membantu Zeyra untuk bersiap. Sebenarnya gadis itu sudah lebih dulu menolak, akan tetapi Bu Inah tetap memaksa.

Alhasil, Zeyra kini tengah duduk di depan cermin dengan Bu Inah yang sedang menata rambutnya.

"Zey, kau tidak menyadarinya?" tanya Bu Inah tiba-tiba membuat kening Zeyra mengerut.

"Kenapa, Bu?"

Bu Inah mencubit pipi Zeyra dengan gemas. "Astaga, Zey. Lihat baik-baik wajahmu di cermin. Kau itu sangat cantik. Semalam saja Ibu sangat terkejut melihat penampilanmu. Bukan hanya Ibu, tetapi Nyonya besar dan Nona Giselle juga, kan? Mereka memujimu," ujar Bu Inah, menaruh jepit motif kupu-kupu di poni gadis itu.

Zeyra tersenyum kaku. "Itu, kan, karena Ibu yang merias Zey. Ibu sangat hebat, Zey jadi tidak mengenali wajah Zey sendiri," ujarnya. Bu Inah terkekeh.

"Saat melihatmu Ibu jadi teringat putri Ibu, dia mirip sepertimu Zey. Cantik dan manis."

"Benarkah? Lalu di mana putri Ibu? Apakah ia seumuran dengan Zey?" tanya Zeyra antusias.

Bu Inah tersenyum kecil. Ia mengikat kepangan rambut Zeyra. "Putri Ibu sudah meninggal sejak ia berusia sepuluh tahun."

Senyum Zeyra seketika luntur, ia berbalik menatap Bu Inah yang terlihat sedih. "Maaf, Bu. Zey tidak tahu," ucapnya, mengusap lengan Bu Inah.

"Tidak apa-apa, Zey," balas Bu Inah, ia mengelus pipi Zeyra. Sejak kedatangan gadis itu, Bu Inah sudah menganggap Zeyra sebagai putrinya.

"Kalau Ibu rindu dengan putri Ibu, Ibu bisa peluk Zey," ujar Zeyra, tersenyum kecil sembari merentangkan tangan yang langsung disambut oleh pelukan hangat Bu Inah.

Mereka berdua pun saling berpelukan selama beberapa detik. Lalu suara pintu yang digedor dengan kuat menyentak keduanya.

Bu Inah memandang Zeyra dengan kernyitan di dahi. "Biar Ibu lihat." Bu Inah melangkah menuju pintu, lalu membukanya. Pelayan tua itu begitu terkejut saat melihat kehadiran seseorang di hadapannya.

"Tuan Muda?"

"Di mana Zeyra?"

Orang itu adalah Geogra, laki-laki dengan seragam khas Zergant School sama seperti seragam yang Zeyra kenakan. Matanya melirik tajam ke dalam ruangan, mencari keberadaan gadis itu.

"Ada, Tuan. Sebentar akan saya panggilkan."

Bu Inah dengan segera melangkah masuk, menghampiri Zeyra yang sedang mengenakan kacamata barunya.

"Zey, Zey!" panggil Bu Inah. "Di luar ada Tuan Muda, beliau memanggilmu."

"T-tuan Muda?" tanya Zeyra terbata, ia mendekat ke arah Bu Inah. Pelayan tua itu menganggukkan kepala. "Baiklah, Zey akan temui beliau. Terima kasih, Bu."

Buru-buru Zeyra menuju pintu, sebelum ia membuka mulut untuk bicara, lengan gadis itu sudah lebih dulu ditarik oleh Geogra.

Laki-laki itu berjalan lebih dulu dengan Zeyra yang berada di belakang. Zeyra berusaha mengimbangi langkah lebar Geogra. Ia kesulitan sebab Geogra berjalan terlalu cepat. Pandangan Zeyra beralih menatap lengannya yang dicekal oleh laki-laki itu.

Ke mana laki-laki itu akan membawanya?

"Ck, lambat!" desis Geogra. Dia menghela napas kasar lalu memperlambat langkahnya hingga ia sejajar dengan Zeyra. Tangan yang semula mencekal kuat lengan Zeyra, kini beralih menggenggam lembut telapak tangan gadis itu, menautkan jemarinya yang besar pada tangan mungil itu.

Seketika Zeyra tersentak kaget. Ia menatap pada Geogra dengan raut bingung. Apa yang tengah laki-laki itu lakukan? Apakah Geogra sadar dengan sikapnya?

Ekspresi Geogra terlihat dingin dan datar. Namun, entah mengapa tangan laki-laki itu yang sedang menggenggam tangannya terasa hangat.

"Kak Zey!" pekik Giselle.

"Astaga, Sayang. Mom kaget," ujar Rashelyna mengelus dada. Giselle tidak mendengarnya, gadis berseragam putih biru itu berdiri dari duduknya, menghampiri Zeyra.

Giselle memeriksa kondisi Zeyra dari atas sampai bawah. Gadis itu memekik melihat penampilan Zeyra pagi ini. Ia langsung memeluk Zeyra dengan erat.

"Kak Zey sangat cantik!"

Zeyra terkejut dengan pelukan yang tiba-tiba itu, hampir saja ia terjengkang ke belakang jika saja Geogra tidak menahannya. Pegangan tangan mereka hampir terlepas, tetapi Geogra tetap menggenggam dengan erat.

"Lepas, Giselle. Dia bisa mati," ujar Geogra. Memang benar, Zeyra menjadi kesulitan bernapas karena pelukan Giselle terlalu erat.

Giselle melepas pelukan sembari meringis, ia meminta maaf pada Zeyra dibalas senyuman manis gadis itu.

"Zeyra, sini, Nak. Kita sarapan bersama," ajak Rashelyna yang sudah duduk manis di kursi meja makan bersama suaminya. Bukan hanya itu, terdapat keluarga Camela juga di sana. Zeyra menegang, ia tidak menyangka jika Camela masih berada di sini.

Pandangan Zeyra bertemu dengan Camela. Raut wajah gadis itu memerah, tatapan matanya tertuju pada tangan Geogra yang menggenggam tangan Zeyra. Gadis itu terlihat sangat marah dan tidak suka. Dalam benaknya terus bertanya-tanya.

Sebenarnya ada apa dengan sikap Geogra? Mengapa laki-laki itu tiba-tiba berubah? Bukankah Geogra membenci Zeyra?

"Sini, Nak Zeyra," panggil Viesa.

Tangan Camela yang berada di bawah meja terkepal kuat. Ada rasa sakit hati dan sesak melihat Geogra terlihat sangat dekat dengan gadis cupu itu.

Geogra melangkah menuju meja makan, ia melepaskan tangan Zeyra saat akan menarik kursi. Barulah Zeyra bisa bernapas lega. Sepertinya tidak ada yang mempermasalahkan tentang ia dan Geogra yang pegangan tangan selain Camela.

"Duduklah." Rashelyna menyunggingkan senyum sembari menarik kursi di sampingnya.

Sarapan yang sudah disajikan dengan rapi di meja makan begitu menggugah selera. Akan tetapi, Zeyra merasa tak nyaman. Tatapan Camela yang begitu menusuk terus-menerus tertuju padanya.

Di meja makan, tidak ada satu pun orang yang berbicara. Hanya suara alat makan yang saling beradu. Dalam makannya, Zeyra menunduk, menelan makanan yang masuk ke dalam mulutnya dengan susah payah. Untungnya mereka semua yang berada di meja makan tengah fokus menikmati sarapan tanpa menyadari sikap Zeyra yang aneh.

Namun tanpa gadis itu sadari, dalam kegiatan makannya tatapan Geogra tak sedikit pun beralih dari Zeyra. Bibirnya tertarik sedikit ke atas, ia baru menyadari penampilan Zeyra yang berbeda dari biasanya.

Selesai sarapan, Zeyra yang hendak membantu para pelayan membereskan meja makan tetapi dicegah oleh Rashelyna.

"Tidak usah, Sayang. Biarkan saja. Kau harus segera bersiap pergi sekolah." Zeyra mengangguk menuruti ucapan Rashelyna.

"Kalau begitu, Camela dan Zeyra berangkat bersama Geo ya," ujar Rashelyna membuat wajah Camela yang muram menjadi berbinar cerah.

"Baik, Tante," jawab Camela. Berpamitan pada kedua orang tuanya terlebih dahulu.

Geogra menghela napas pelan, ia mendekat ke arah Rashelyna. Wanita itu langsung menangkup pipi putranya, lalu mencium keningnya dengan lembut. Geogra tersenyum tipis, ia mengecup pipi sang ibu.

"Hati-hati ya, Sayang." Rashelyna merapikan rambut Geogra yang berantakan. Laki-laki itu menganggukkan kepala.

Pemandangan romantis antara sang ibu dan anak itu tak luput dari pandangan Zeyra. Ia membeku kala melihat sekilas Geogra tersenyum samar nyaris tak terlihat. Sosok Geogra sangat berbeda jika bersama ibunya.

"M-mom, sepertinya Zey akan naik b—"

Ucapan Zeyra terpotong ketika tangannya ditarik oleh Geogra secara tiba-tiba. "Tidak, kau ikut bersamaku," ucap Geogra tegas, tak terbantahkan. Mata Zeyra membelalak ketika lelaki itu kembali menggenggam tangannya lalu membawanya keluar dari ruang makan tersebut.

Bibir Giselle berkedut menahan tawa melihat Camela yang hanya terdiam mematung di tempatnya. Sedangkan Rashelyna menggelengkan kepala, tersenyum kecil. Lalu Arkielga menatap kepergian putranya dengan tatapan tak terbaca.

Viesa yang menyadari putrinya hanya berdiam diri, mengerutkan kening. "Nak, ada apa? Kenapa diam saja? Ayo pergi bersama Geogra," ujarnya.

Camela mengangguk lalu berlari menyusul, ia menggertakkan gigi, emosi. "Awas kau Zeyra."

***

Suasana di dalam mobil begitu hening. Di samping terasa suram dan dingin, di belakang terasa seperti ada kobaran api yang mampu membuat punggung Zeyra seperti terbakar, panas.

Camela tidak terima, Geogra menyuruhnya untuk duduk di kursi belakang. Akan tetapi gadis cupu itu malah dibiarkan duduk di samping Geogra.

Kebenciannya pada Zeyra semakin meningkat. Kehadiran Zeyra sangat mengusik hidupnya. Camela sangat gemas, ingin sekali menusuk punggung Zeyra menggunakan bolpoin.

"Kak Geo, di sini sangat tidak nyaman," rengek Camela. "Zeyra, aku ingin bertukar tempat," ujar gadis itu dengan nada penekanan di setiap katanya.

Zeyra menghela napas pelan, "Bol—"

"Diam!" sentak Geogra, mulai kesal karena sedari tadi gadis itu terus mengoceh. Lelaki itu mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi membuat kedua gadis yang berada di dalam mobil memekik kaget.

Jantung Zeyra berdegup kencang, ia mencengkeram tas yang berada di pangkuannya. Posisinya yang berada di depan, menatap jalanan dengan raut ketakutan. Keringat dingin mulai mengucur di dahinya. Zeyra memejamkan mata, ia menggigit bibir.

"Kak Geo... Camela takutt..." lirih Camela sama takutnya dengan Zeyra. "Kak Geo jangan mengebut..."

"Kak Geo, Camela benar-benar takut... Mom... Ayah... " Suara tangisan mulai terdengar di telinga Geogra. Gadis itu selalu saja berhasil membuat amarahnya memuncak. "Bagaimana jika Tante tahu Kak Geo suka mengebut dalam berkendara? Pasti Tante sangat—AAAAA!"

Camela kembali berteriak ketika Geogra menyalip pengendara lain dengan sangat cepat. Jantung Zeyra hampir saja lepas dari tempatnya. Bahunya gemetaran bukan main.

"Sialan." Geogra menggeram rendah sembari memukul stir mobil. Lebih baik ia membawa gadis sialan itu ke tengah hutan dan meninggalkannya di sana. Namun, ia tidak bisa melakukan hal itu sekarang. Ada alasan yang membuatnya harus menahan diri.

Selama beberapa menit, mobil mulai memasuki gerbang sekolah. Tanpa aba-aba, Geogra menginjak rem membuat tubuh Zeyra terhentak ke depan begitu pula dengan Camela.

Namun, sebelum kening Zeyra membentur dashboard, sebuah tangan sudah lebih dulu menahan keningnya. Zeyra mengatur napas, wajahnya memerah. Sungguh, Geogra seperti orang kesetanan. Dia tidak mau lagi!

"Keluar," ujar Geogra, memerintah.

Camela mengusap dada beserta air matanya. Ia menatap ke arah Zeyra dengan tatapan mengerut jijik. Ia mengangkat dagu ketika gadis itu hanya diam saja di tempatnya.

"Tunggu apa lagi kau Zeyra? Turun sana!" ujarnya dengan nada sombong.

Zeyra menganggukkan kepala. Masih dengan tubuh yang gemetar, ia membuka seatbelt. Lalu membuka pintu mobil dan keluar. Kakinya tiba-tiba terasa lemas seperti jelly.

Geogra berdecak kasar. Dia pun ikut turun. Camela tersenyum senang saat laki-laki itu membukakan pintu untuknya. Camela mengulurkan tangan, bersiap untuk dibantu turun oleh lelaki itu.

Akan tetapi senyumnya sirna seketika saat Geogra mengambil tas milik Camela secara paksa lalu dilempar jauh keluar.

"Kak Geo?"

"Dasar bodoh!"

Blam!

"Apa? Kak Geo!" teriak Camela, buru-buru gadis itu membuka pintu, tak memperdulikan tasnya yang sudah tergeletak di atas tanah dari kejauhan, ia berlari menyusul Geogra.

Langkahnya terhenti dengan napas yang tidak beraturan. Dadanya naik turun, tangannya terkepal hingga jari-jarinya memutih. Ia melihat pemandangan di depan sana dengan emosi yang memuncak.

Suara pekikkan heboh terdengar memekakkan telinga. Dengan langkah lebar, Geogra berhasil menarik lengan Zeyra. Kedua mata gadis itu berkaca-kaca. Kentara sekali bahwa ia sangat ketakutan.

Tanpa diduga, sosok laki-laki yang terkenal akan sifat kejam, bengis, dan tanpa ampun itu, sosok laki-laki yang menjadi penguasa sekolah, ia menarik tubuh Zeyra hingga menubruk dada bidangnya. Tangan laki-laki itu melingkar di bahu Zeyra, merengkuh tubuh mungil itu ke dalam dekapan hangatnya.

Kejadian tersebut menjadi tontonan semua orang. Mereka bahkan tidak bisa berkata-kata. Baru pertama kalinya mereka melihat sosok Geogra yang memeluk seorang gadis. Dan yang paling mengejutkan, sosok gadis itu adalah Zeyra.

***

To be continue

Ahayyy Bang Geoo ><

Eh, sumpah. Aku ngerasa garing sama ceritanya 🥲 Menurut kalean gimana?

Continue Reading

You'll Also Like

192K 15.3K 39
Shanaya memiliki 10 kakak laki-laki dan satu kembaran yang mempunyai suatu kekurangan. Dan karena kekurangan itulah terkadang membuat Shanaya harus s...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.3M 251K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
8.3K 260 59
THE 2ND STORY : CHAPTER ONE 'EVELINE' NEW ADULT kisah cinta antara Eveline Merlia Velline, si Ratu kampus. Dan juga Alvaro Galendra seorang cowo coo...
49.3K 1.9K 41
Cowok kalem a.k.a good boy √ Di paksa jadi ketua Gang √ Sekalinya marah bikin ketua Gang sebelah tepar √ *** Namanya, Sagama Neo Nugraha. Anak Bund...