Adelene Dé Cloups

By bonbonsusucoklat

41.4K 2.9K 47

Series 1 start : 30 Juni 2023 finish : --- Petualangan Adelene. Marga Dé Cloups adalah yang terkuat. Adelene... More

#01
#02
#03
#04
#05
#06
#07
#08
#09
#10
Baca ini!
Thanks
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
#34
#35
#36
#37
#38
#39
#40
#41
#42
#43
#44
#45
#47
#48
#49
#50
#51
#52
#53
#54
#55
#56
#57
#58
#59
#60
#61
#62
#63
#64
#65
#66
#67
FYI
#68
#69
#70
#71
#72
#73
#74
#75 (short story)

#46

381 31 0
By bonbonsusucoklat

Hutan Es

-Adelene Dé Cloups-

Mereka yang tidak seperti Adelene, Felix dan juga Kalio merasakan suhu yang teramat dingin. Mereka telah berada di tengah-tengah hutan es. Matahari telah tenggelam sepenuhnya. Walaupun begitu, hutan es tidak segelap seperti yang kalian bayangkan. Cahaya bulan yang lebih terang dari biasanya menyinari seluruh kawasan hutan es.

Tepat pada keberadaan mereka saat ini. Prajurit sibuk menyiapkan tenda. Yang lainnya sibuk menurunkan makanan dan keperluan lainnya untuk menginap di hutan es.

Deiv dengan langkah lebarnya menghampiri mereka yang telah berkumpul pada satu titik. "Jika kalian mendengar suara hewan buas atau yang mencurigakan lainnya. Segera beritahu aku, kita akan saling menjaga dan takutnya hal yang tidak diinginkan akan terjadi nantinya." Lalu, Deiv kembali untuk membantu para prajurit membangun tenda.

Sekumpulan kupu-kupu berdatangan. Mengelilingi mereka dengan senangnya seakan menyambut kehadiran mereka di hutan es ini. Adelene tersenyum melihat kupu-kupu yang sedang mengelilingi dirinya, tangan kanannya ia naikkan. Dua kupu-kupu langsung bertengger di tangannya.

"Kupu-kupu ini termasuk jenis kupu-kupu yang memiliki memori yang kuat dari dunia immortal." Semua mata tertuju pada Grizel. Grizel mengadahkan tangannya beberapa kupu-kupu langsung menghampiri dan berada di tangannya.

"Biasanya saat ada orang yang tersesat kupu-kupu ini akan memberikan petunjuk arah keluar. Tapi, kalau manusia yang tersesat itu percaya dengan kupu-kupu ini."

"Sangat mengagumkan," gumam Adelene.

Adelene melihat sekeliling. Nampak asing dan tak biasa. Hutan yang sungguh aneh menurut Adelene. Tidak seperti hutan pada umumnya.

Deiv menghampiri mereka dengan nampan dan juga beberapa cawan teh di atasnya. "Minumlah terlebih dahulu. Suhu di hutan ini bisa menjadi sangat dingin daripada sekarang saat tengah malam nanti." Satu persatu dari mereka mengambil cawan teh itu dan meminumnya hingga tandas. Efek ajaib mereka rasakan. Tubuh mereka seketika menjadi hangat dan tidak sedingin tadi.

Akhirnya, yang mengenakan pakaian tebal dan berlapis-lapis mengurangi pakaian yang dikenakan dan tersisa hanya sebuah pakaian yang pas di tubuh mereka.

Prajurit mengambil kembali nampan dan cawan cawan itu.

"Apakah ada hewan lain?" tanya Adelene penasaran.

"Banyak," balas Deiv. Mata laki-laki itu mengitari sekeliling. "Lebih baik kita bercerita di sana," lanjutnya setelah melihat para prajurit yang sudah selesai membangun tenda dan satu tempat yang untuk mereka duduki beramai-ramai beralaskan karpet tebal yang telah disiapkan oleh Ratu Berliana sebelumnya.

Mereka semua berjalan beriringan. Satu persatu duduk di atas karpet. Suasana saat ini sungguh menyenangkan dan mungkin akan terjadi sesi bercerita. Keadaan yang sangat memungkinkan untuk saling mengeluarkan pendapat.

"Hutan es ini abadi. Tidak akan mencair." Deiv membuka pembicaraan. "Hutan ini dibuat oleh Frost lima tahun lalu dan menjadi salah satu simbol bagi Kerajaan Iglov. Banyak juga hewan buas ada juga yang tidak, beberapa tempat juga menjadi tempat persembunyian beberapa monster."

"Monster lagi?!" tanya Adelene sedikit berteriak.

Semua mata tertuju pada Adelene. "Apakah aku salah?" tanyanya tak mengerti.

"Benua Drovato memang sarangnya para monster. Tapi, banyak dari mereka memilih untuk tidak mengusik kehidupan manusia begitupun sebaliknya. Jadi, kalau ada monster yang menyerang ataupun berada di area manusia, pasti ada yang mengusik monster-monster itu." Deiv berbicara dengan tenang.

Adelene ingat, saat monster lintah laut Crayweis itu muncul.

"Jadi, monster lintah itu?"

"Itu disebabkan karena kau mencelupkan kakimu ke air. Laut Crayweis bukanlah laut yang bisa disentuh sembarang orang, laut dan seisinya itu bernyawa." Alesya yang menjawab. Adelene melihat gadis itu.

Sebanyak apa Alesya tahu tentang lautan?

"Aku tahu kau adalah mermaid, tapi kenapa kau bisa tahu tentang laut Crayweis padahal kau tidak pernah berada di sana?" tanya Griz tidak mengerti. Mereka mengiyakan pertanyaan Griz seakan mereka telah satu pikiran saat ini.

Alesya hanya tertawa, "karena aku Alesya."

Mendapat jawaban yang singkat, padat, jelas dan tidak memuaskan. Mereka mendengus sebal. Alesya hanya tertawa meresponsnya.

Setelahnya, perbincangan yang mereka lakukan sangat banyak dengan topik yang berbeda. Suhu yang dingin dengan suasana kebersamaan yang hangat seperti ini. Siapa yang akan menolak?

Mereka terus berbincang hingga tengah malam. Suara hewan nokturnal seperti serigala juga mulai terdengar.

"Sudah tengah malam, lebih baik kalian yang perempuan segera tidur. Para prajurit juga kalian tidur biar kami yang akan berjaga malam ini," kata Joan.

Joan, Deiv, Griz, Felix dan Kalio beranjak dan mulai berpencar untuk berjaga. Para prajurit telah terlebih dahulu masuk ke dalam tenda dan beristirahat. Mereka harus istirahat lebih dahulu karena keesokannya mereka akan kembali berjaga.

Para wanita masuk ke dalam tenda. Bukannya tidur mereka malah asik untuk melanjutkan cerita.

"Apa ada rumor tentang hutan ini?" tanya Ravi. Elf hutan itu sedikit merasakan hawa yang tidak mengenakan saat berada di dalam hutan.

Entahlah. Mungkin hanya perasaan nya saja.

Tapi, saat mengetahui fakta bahwa hutan es ini dibuat oleh frost muncul banyak praduga yang hanya ia simpan dalam hati. Berpikir positif tentang Frost ternyata tidak semudah itu.

"Siapapun yang masuk ke dalam hutan, tidak akan ada yang bisa keluar." Veronica sendiri merasakan hal aneh.

"Berhubungan dengan para monster yang menempati hutan es?" Adelene diam mencermati perbincangan Ravi dan Veronica.

"Mungkin iya. Tidak ada yang kembali, itu rumor yang sedikit menakutkan apalagi saat ini kita berada di dalam hutan."

Memang sedikit menakutkan. Ravi yang menjadi Elf hutan saja merinding sekujur tubuhnya.

"Seperti ada yang aneh dalam hutan ini. Entah itu hanya firasat buruk yang aku rasakan atau memang ada hal lain."

Mereka menatap Ravi meminta penjelasan. Gadis yang sudah terbiasa di hutan semestinya tahu mengenai hutan. Apalagi ada hewan buas yang berada di dalam hutan.

"Seperti kata Vero. Tidak ada yang bisa keluar dari hutan ini. Tapi, hewan buas yang menempati hutan bersalju ataupun tempat dingin tidaklah memakan manusia. Mereka adalah hewan yang takut dengan manusia dan lebih memilih bersembunyi."

"Kan ada monster ..." balas Eliza.

"Monster kalau tidak diusik mereka tidak akan muncul."

Suara auman serigala terdengar saling bersahutan. Mereka terdiam, tidak ada yang berani membuka suara saat ini. Suara auman serigala itu semakin terdengar dan jaraknya juga sangat dekat dari keberadaan mereka.

Ravi merasakan sekumpulan serigala dekat dari keberadaan mereka. Ia perlahan keluar dari tenda dan melihat sekeliling. Ia meneguk ludahnya kasar, bukan hanya serigala biasa.

Ada serigala yang memiliki ukuran yang lebih besar. Tapi, yang anehnya mereka tidak ada pergerakan untuk menyerang. "Serigala akan menyerang saat ada yang mengusik mereka. Tapi, mereka kenapa hanya diam?" biasanya serigala akan mengeluarkan taring untuk menakuti manusia yang dijumpai.

Yang berada di dalam tenda semuanya keluar. Karena penasaran dengan apa yang berada di luar saat ini.

"Kenapa banyak sekali serigala?" tanya Veronica terkejut.

Yang lainnya juga nampak terkejut. Adelene melihat ke arah Kalio yang menghampiri mereka.

Serigala berbulu putih dan juga serigala yang memiliki bulu yang sedikit berwarna hitam di beberapa bagian. Tubuh mereka juga sangat besar. Sebanding dengan tinggi badan Deiv yang melebihi mereka yang berasal dari Kerajaan Slyx.

Kalio mendekati mereka, "mereka tidak berbahaya," katanya.

Mereka menatap Kalio.

"Para serigala itu ingin menemui ku. Makanya mereka datang kesini secara bergerombol."

Ah, mereka akhirnya mengerti kenapa para serigala serigala itu menghampiri tenda mereka.

Tapi, suatu yang tidak diinginkan terjadi. Suara hewan lainnya terdengar nyaring dan terdengar hingga seisi hutan menimbulkan suara. Suara hewan yang mendiami wilayah hutan terdengar menyahuti suara seperti hewan yang sangat besar tadi.

Para serigala itu juga turut mengaum. Alunan suara mereka membuat Adelene merinding.

"Aku merasakan ada yang datang ..." kata Ravi sedikit ketakutan. Tanah yang mereka pijak bergetar.

Mereka tumbang dan terjatuh di tanah. Adelene pun meringis saat tubuhnya menghantam tanah dengan sangat keras.

"Akh, tubuhku ..." getaran tak lagi terasa. Mereka mencoba bangkit dan berdiri.

"Apa yang sebenarnya terja-"

"SELAMATKAN DIRI KALIAN."

Teriakan dari Deiv mampu membuat mereka bergetar ketakutan. Manusia es yang berjalan mendekati mereka sambil membawa senjata yang berada di genggamannya. Tanah kembali bergetar seraya langkah manusia es bisa disebut raksasa yang terbuat dari es itu semakin maju ke depan. Senjata yang seperti palu diayunkan kesana-kemari.

Joan berlari menghampiri para wanita yang terduduk di tanah. "Pergilah terlebih dahulu, biar kami yang akan mengurus raksasa itu."

Namun, perkataan Joan ditolak mentah-mentah oleh Veronica dan lainnya.

"Kau kira kami lemah?" mendapat anggukan oleh Adelene dan lainnya.

"Bukan seperti itu." Joan menghela nafas berat. "Baiklah. Tapi, tetap jaga diri kalian masing-masing."

Joan berbalik dan mulai menghalau bola salju yang melayang dan hampir mengenai mereka. Raksasa itu menyerang dari jarak jauh.

Alesya, Ravi dan Eliza berubah menjadi diri mereka sendiri dengan fisik mereka yang sebenarnya. Alesya berambut merah muda dan matanya juga berwarna senada namun, tanpa ekor. Eliza berambut biru menyala dengan bola mata berwarna biru, sayap tumbuh di belakang tubuhnya.

Adelene melongo melihat itu. Sosok Eliza sangatlah cantik apalagi sayap yang tumbuh berwarna perak yang berkilau dan juga sedikit transparan.

Kini Ravi. Telinganya yang lancip kembali. Rambut hijau dengan pakaian yang juga berwarna hijau. Sebuah gaun pas ditubuh Ravi, hanya sampai paha dan juga menutup dada nya. Sungguh terlihat seksi Ravi kali ini. Biasanya hanya mengenakan gaun panjang yang tidak menampakkan lekuk tubuh.

Tidak jauh dari Ravi. Eliza dan Alesya juga mengenakan pakaian yang sama. Hanya saja Alesya sedikit lebih panjang.

Veronica saja melongo menatap perubahan mereka.

Adelene terlebih dahulu terbang disusul oleh Eliza yang terbang menggunakan sayapnya.

"Kalian berhati-hatilah!" ingat Adelene yang sudah terbang menuju sumber bahaya.

Mereka semua saling melindungi dari bola-bola salju yang sangat besar. Yang pastinya raksasa itulah yang membuat bola-bola salju tersebut.

Menghalau, menangkis dan memberikan perlindungan. Hanya itu yang mereka lakukan agar tidak cidera ataupun terluka parah.

Para serigala itu juga menghalangi beberapa hewan buas yang hendak menyerang. Untungnya mereka ada dan siap untuk membantu mereka.

-Adelene Dé Cloups-

Continue Reading

You'll Also Like

616K 37.5K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
30.5K 4K 52
Book 1: Transmigration Into An Old Book√ Book 2: Reise Des Lichts ~•~•~ Lyrr ingat terakhir kali dirinya mati di tusuk pedang tepat di jantung oleh s...
38.7K 5.2K 60
[Fantasy & (minor) Romance] Bukan salahku menjadi seorang gadis ceriwis yang suka banyak tanya. Lagi pula, bertanya adalah kebiasaanku sejak kecil...
299K 32.7K 71
[Bukan Novel Terjemahan - END] Putri Cahaya, begitulah mereka memanggil Key. Key mati karena terbentur dinding ketika mengejar kucingnya yang berteng...