Adelene Dé Cloups

By bonbonsusucoklat

52.3K 3.6K 49

Series 1 start : 30 Juni 2023 finish : --- Petualangan Adelene. Marga Dé Cloups adalah yang terkuat. Adelene... More

#01
#02
#03
#04
#05
#06
#07
#08
#09
#10
Baca ini!
Thanks
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#34
#35
#36
#37
#38
#39
#40
#41
#42
#43
#44
#45
#46
#47
#48
#49
#50
#51
#52
#53
#54
#55
#56
#57
#58
#59
#60
#61
#62
#63
#64
#65
#66
#67
FYI
#68
#69
#70
#71
#72
#73
#74
#75 (short story)
#76
#77
#78

#33

517 39 0
By bonbonsusucoklat

Jeco dan Jeremy

-Adelene Dé Cloups-

Adelene duduk di samping Darco dengan tenang. Darco sudah selesai memberi peringatan kepada dua laki-laki di hadapannya. Tapi, Adelene tahu mereka akan tetap berkelahi.

"Paman, aku ingin memberitahukan sesuatu kepada mereka." Darco melirik Adelene sekilas lalu berdehem mengiyakan perkataan Adelene.

Adelene tersenyum manis melihat raut kedua laki-laki itu. "Kalian harus membantuku mencari sebuah batu sihir."

Kedua laki-laki itu menatap Adelene tak mengerti. Jeco pemilik alis tebal berucap tak suka, "apa urusannya dengan kami?"

Jeremy menyenggol lengan saudaranya itu. Jeco berdecak kesal. "Jangan menyentuhku bodoh!" sungut Jeco tak suka. Jeremy mendengus pelan kembali menatap Adelene.

"Karena ini adalah takdir kalian berdua, hanya kalian lah yang dapat menemukan dan memegang batu itu," jelas Adelene.

Jeco yang tak mengerti hendak membuka suara namun Jeremy menahannya. "Apa ini berhubungan dengan bulan biru?" tanya Jeremy tiba-tiba.

Adelene menatap Jeremy sedikit terkejut. "Kau tahu?" tanyanya tak menyangka.

Jeremy mengangguk pasti.

"Ibu pernah mengatakannya padaku," kata Jeremy.  Jeco menatap Jeremy tak suka, "kenapa aku tak diberi tahu?!" ketusnya.

Jeremy memutar bola matanya kesal, saudara nya ini memang perlu dijatuhkan ke jurang. Adelene hanya menyimak keduanya. Darco undur diri terlebih dahulu, pembicaraan penting ini hanya Adelene yang akan mengurusnya.

"Kau saja yang jarang berada di rumah," balas Jeremy ketus. Jeco terdiam dan menatap Adelene.

Adelene menghirup udara sebanyak mungkin. Melihat kedua orang yang mungkin akan berkelahi lagi membuat Adelene harus menambah kesabarannya berkali-kali lipat.

"Bulan biru sebentar lagi, kalian berdua yang menjadi takdir untuk meletakkan batu sihir Qwi di menara." Adelene mengambil selembaran kertas yang menjadi petunjuk orang-orang tepat untuk meletakkan batu itu. Menyerahkan nya kepada dua saudara yang sangat terlihat jelas kalau mereka penasaran.

Jeco dan Jeremy membacanya. Jeco nampak tak terima dengan kalimat yang seperti ramalan untuk salah satu dari mereka.

"Apa-apaan ini, kenapa harus satu yang menjadi senjata Kerajaan Slyx?" Jeco meletakkan kembali kertas tersebut di atas meja. Mereka berdua dipisahkan oleh meja kerja milik Darco.

"Karena memang itu takdirnya. Kau ingin melawan takdir?" tanya Adelene kesal. Jeco cukup keras kepala dari tebakannya.

Kedua orang itu terdiam. Mereka masing-masing berpikir tentang apa yang Adelene katakan. Jeco yang nampak tak senang sedangkan, Jeremy sangat berbanding terbalik dengan Jeco. Jeremy lebih tenang dan penyabar dibandingkan Jeco.

"Aku ikut denganmu," putus Jeremy.

Jeco melotot tak menerima keputusan Jeremy. Ia mencengkram lengan Jeremy erat. Adelene yang melihat Jeremy terlihat kesakitan langsung berdehem dan menatap tajam Jeco yang melihat Adelene tak suka.

Jeco berdiri dan berniat pergi dari ruangan Darco. Ia sangat tidak setuju dengan apa yang diucapkan oleh Adelene ataupun saudaranya.

"Aku akan memberikan mu tawaran. Ikut aku mencari batu itu dan kau, Jeremy dan Ibumu akan aku berikan rumah layak untuk kalian tempati."

Jeco berhenti melangkah, ia menatap Adelene dengan ragu.

Adelene tersenyum tipis di tempatnya. Ia mengetahui keadaan keduanya berkat Darco yang ia paksa cerita tentang kedua murid yang selalu berkelahi itu.

Mau tidak mau Darco menuruti perkataan Adelene. Jeco dan Jeremy tinggal disebuah rumah yang tak layak huni bahkan bisa disebut gubuk. Keduanya memiliki prinsip yang berbeda.

Jeco yang berambisi untuk bekerja dan Jeremy yang lebih berminat untuk menempuh pendidikan formal. Ibu mereka lebih memilih pendapat Jeremy dan itu untuk masa depan double J. Tapi, Jeco tetap dengan tekadnya untuk bekerja, diam-diam ia keluar dari akademi dan bekerja dan mengumpulkan pundi-pundi koin. Demi kehidupan Ibunya yang sendirian di rumah mereka yang tak layak huni.

Jeremy selalu menyuruh Jeco untuk fokus saja belajar jangan melakukan hal lain. Jeco dengan tekadnya yang bulat menentang keras apa yang Jeremy suruh. Apalagi, mereka dapat menempuh pendidikan di akademi atas nama Kerajaan Slyx yang membiayai mereka secara cuma-cuma. Jeremy yang merasa hutang budi dan memilih fokus untuk belajar berbanding terbalik dengan Jeco yang memilih untuk diam-diam bekerja demi Sang Ibu.

Dua laki-laki itu memiliki hati yang mulia.

Pantas saja mereka yang dipilih oleh Qwi, itu yang dipikir oleh Adelene.

"Kau sedang tidak berbohong?" tanya Jeco penuh selidik. Laki-laki beralis lebih tebal dari Jeremy itu kembali mendekati Adelene.

Adelene menatap Jeco santai, "apa aku terlihat seperti seorang pembohong?" Walaupun memang sering berbohong.

Diam-diam Adelene memuji bakatnya untuk bersandiwara di depan orang lain.

Adelene melihat tatapan Jeco yang mulai melunak. "Aku tahu kalian berdua adalah anak yang baik maka dari itu, batu Qwi memilih kalian yang bisa memegangnya dan meletakkan di menara Kerajaan."

Jeco terdiam, ia memandang Jeremy. Jeremy mengangguk saja. Helaan nafas Jeco terdengar di telinga Adelene. "Aku yakin kalian akan menjadi dua orang hebat di masa depan dengan takdir kalian masing-masing." Setelah mengatakannya, Adelene berdiri dan mengambil kembali kertas yang berada di meja.

Gadis itu melangkahkan kakinya hendak keluar dari ruangan Darco. Suara Jeco menginterupsi yang terdengar tegas saat ia memutuskan hal yang benar. Adelene tersenyum tipis.

"Aku akan ikut mencari batu itu dan ucapanmu tadi aku anggap sebagai janji."

Tanpa membalikkan badan, "aku akan menepati janjiku. Besok kau datanglah ke ruangan Wota aku akan menunggu kalian di sana." Adelene terus berjalan hingga tubuh gadis itu tak terlihat lagi saat langkah Adelene berbelok ke kanan.

"Apa keputusan ku tepat, Jeremy?" tanya Jeco ragu.

Jeremy berdiri dan menepuk pundak saudaranya itu.

"Kau tahu yang terbaik untuk keluargamu." Jeco terdiam. Ia melihat Jeremy yang sudah berjalan mendahuluinya.

"Sialan! tunggu aku bodoh!" umpat Jeco berlari kecil menyusul Jeremy yang tiba-tiba saja berlari.

-Adelene Dé Cloups-

"Adelene, apa mereka bersedia untuk membantu mu mencari batu itu?" tanya Veronica antusias.

Ketiga orang itu sedang berada di kamar Adelene dan menunggu informasi terbaru dari mulut Adelene.

"Mereka bersedia, besok kita akan memulai mencari batu itu."

Veronica dan Joan saling berpelukan. Mereka sangat senang mendapatkan kabar ini. Adelene menatap jijik kedua orang tua yang nampak masih muda itu.

"Kalian sudah tua, terlihat tak pantas melakukan itu," katanya sambil melirik jijik Saintess dan Sainess era sekarang.

"Umurku belum genap empat puluh tahun!" sungut Joan tak terima.

"Umur mu sudah cukup untuk menikah, paman."

Ketiganya diam, pikiran Joan dan Veronica sekarang entah berkelana kemana.

"Tapi, ada satu hal yang masih dipertanyakan."

Joan dan Veronica menatap Adelene serius.

"Letak sebenarnya batu Qwi ada dimana?! Kerajaan Slyx ini sangat luas, tidak mungkin kita akan mengelilingi seluruh Kerajaan hanya dalam beberapa hari."

Adelene sungguh frustasi. Joan dan Veronica mendadak hilang semangat. Hal itu tak pernah terpikirkan oleh otak mereka.

Ketiganya merenungkan apa yang dikatakan Adelene barusan.

-Adelene Dé Cloups-

Continue Reading

You'll Also Like

285K 30.9K 37
Awalnya ia hanya penasaran dengan sebuah novel yang jarang diminati oleh kalangan anak muda. Kebanyakan dari mereka menilai bahwa buku yang kini ia p...
1.6K 172 7
[END] Boboiboy Solar ANGST AU. Bagaimana jika keenam kakakmu mati satu persatu? Menyedihkan. Seorang anak bungsu dari keluarga Elemental harus meneri...
401K 66.9K 57
[bukan novel terjemahan] AWAS YA KALAU PLAGIAT. ANE SANTET ONLINE NIH :) Maria Su Han. Keluarga dan teman dekat biasanya sering memanggilnya Yaya, s...
1.2M 121K 46
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...