Snow White's an Extra [END]

Harefa_Halu

342K 38.8K 964

'Snow white', semua orang tahu dengan dua kata itu. Sebuah film animasi yang menceritakan gadis yang sangat c... Еще

❄𝓟𝓪𝓻𝓽 1
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 2
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 3
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 4
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 5
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 6
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 7
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 8
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 9
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 10
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 11
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 12
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 13
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 14
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 15
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 16
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 17
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 18
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 19
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 20
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 21
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 22
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 23
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 24
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 25
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 26
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 27
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 28
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 29
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 30
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 31
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 32
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 33
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 34
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 35
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 36
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 37
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 38
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 39
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 40
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 41
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 42
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 43
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 44
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 45
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 46
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 47
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 48
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 49
❄𝓟𝓪𝓻𝓽 50 [𝐄𝐍𝐃]
❄ Bonus Part ❄
❄ Bonus Part ❄
❄ Bonus Part ❄

❄ Bonus Part ❄

5.2K 628 14
Harefa_Halu

𝕾𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆
____________o0o_____________



Liqa buru-buru mengelap tangannya pada apron miliknya. Wanita itu langsung meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja secara cepat.
"Halo Nak", sapanya sambil mendudukan diri di kursi meja makan.

"Halo Bun, kabar Ibu sama Zoia gimana?", tanya Libra di balik meja kerjanya.

"Baik-baik aja. Istri kamu adem ayem sejak pagi tadi. Sekarang aja lagi duduk sambil baca buku di teras rumah", ujar Liqa.

"Tumben diem-diem aja Bun? Nggak rusuh?", ujar Libra keheranan. Pasalnya istrinya itu tidak akan tenang jika tidak melakukan keributan. Pagi tadi, ia mengantar bumil itu ke rumah orang tuanya. Bukan apa-apa, ia malam ini akan pulang agak larut. Ia takut wanita berbadan dua itu melakukan hal-hal aneh seperti sebelum-sebelumnya.

Liqa terkekeh.
"Kamu tenang aja, Zoia aman sama Bunda di sini", ujar wanita itu memaklumi kekhawatiran anaknya.

"Yaudah aku matiin ya Bun, nanti aku telpon lagi. Dahh Bunda", pamit Libra.

"Iya, jangan terlalu sibuk juga nanti malah jatuh sakit", pesan wanita itu sebelum ia mematikan sambungan. Liqa langsung beranjak sambil membawa segelas susu menuju teras.

"Lohhh dia kemana?", tanyanya kelimpungan. Setahunya menantunya itu sedang anteng di sini. Liqa langsung meletakan susu tadi ke atas meja yang sudah duluan diisi oleh buku yang sempat Zoia baca tadi.

"Pak", panggil Liqa pada satpam yang berjaga di pos samping gerbang.

Pria paruh baya itu segara berlari tergopoh-gopoh untuk menghampiri sang majikan.
"Iya Nya?", sahutnya.

"Lihat Zoia nggak Pak? Tadi ada di sini", ujar Liqa.

"Ohh itu si Nona Muda tadi pergi ke rumahnya Non Melia di depan sana. Katanya mau silaturahmi", ujar satpan itu.

***

"Melia! Ini ada menantunya Tante Liqa sayang!"

Melia, gadis manis yang sedang asik menonton di layar laptopnya dengan posisi tengkurap itu segara menutup benda itu. Dengan ogah-ogahan ia keluar dari kamarnya untuk sekedar menemui sosok yang belum terbayangkan akan berkunjung ke rumahnya. Apalagi itu adalah Zoia, wanita yang telah membuatnya patah hati dan langsung berhenti untuk menyukai Libra.

Di ruang tamu ada sang Nenek dengan Ibunya yang sedang berbincang dengan sosok dengan perut bola itu.

"Kenapa Mihh?", tanya Melia malas lalu menjatuhkan bokongnya di samping Neneknya.

"Hai Melia", sapa Zoia.

"Emm hai", jawab gadis itu sekadarnya.

"Husss kenapa gitu mukanya? Zoia dateng baik-baik loh", tegur Irene, ibu dari gadis itu.

"Ck iya-iya isss. Kenapa Zo?", tanya Melia dengan bibir mencebik kesal.

"Cucuku yang baik dan cantik jelita. Nak Zoia mau minta jambu yang di samping rumah", tutur Liana, sang nenek.

"Ya terus kenapa? Tinggal ambil aja", dengus Melia tak habis pikir.

"Kamu yang ambil sayang, Zoia ngidam kamu manjat pohonnya", jelas Irene sambil tersenyum manis. Melia? Gadis itu membelalakan matanya.

"Ihhh kok gitu sih Mih? Melia nggak bisa manjat issss. Pokoknya Melia nggak mau, amit-amit manjat-manjat. Nanti kulit Melia lecet", tolak gadis itu mentah-mentah.

"Yahhhh"
Zoia mendesah kecewa dengan bibir melengkung ke bawah. Rasanya seperti patah jantung, karena keinginannya tak akan terwujud. Eh?

"Aduhh jangan sedih dulu ya Nak. Melia, ayo dong ambilin jambu buat Zoia. Kan ada dahan yang pendek, paling kamu cuman manjat dua langkah aja langsung dapat sayang. Pohon jambunya kan berbuah sampai di dahan terdekat", ujar Irene.

Melia membolakan matanya.
"Mih! Melia nggak mau, manjat-manjat bukan kerjaannya cewek lohh", sarkasnya.

"Iyain aja Melia, nggak susah kok. Nanti Mami beliin kamu produk skincare yang kamu ngemis-ngemisin kemarin", ujar Irene. Dan bagaikan terpaan mujizat, Melia langsung berdiri dengan wajah cerah.

"Ayo Zo, kita petik jambunya", ajak Melia dengan senyum lebar.

Kedua anak muda itu langsung keluar rumah meninggalkan Irene dan Liana yang serentak menepuk jidatnya.
"Cucuku itu benar-benar jiplakan Ibu waktu muda, disogok dulu baru mau", kekeh Liana membuat Irene mau tak mau tertawa.

Beralih pada Melia yang yang kini mulai mengambil ancang-ancang, sedangkan Zoia di sampingnya sudah menatap liar buah-buah jambu di atas sana. Benar-benar menggoda imannya.

"Ayo Mel, semangat demi skincare!", ujar Zoia menyemangati. Melia mengangguk dengan patuh, gadis itu menggulung lengan bajunya dan mulai naik.

"Lo kutip ya! ", pesan gadis itu.

"Oke!", jawab Zoia. Gadis itu membuka hoodienya, menyisakan kaos tipis putih tanpa lengan. Wanita hamil itu menjadikan hoodie suaminya itu sebagai tempat jambu-jambu yang ia kutip nanti.

"Melia, itu ada yang besar! Aku mau yang itu Mel", pekik Zoia menunjuk dahan yang terdapat beberapa buah jambu dengan ukuran sedikit lebih besar dari yang lain.

"Iya sabar", ujar Melia dengan hati-hati mulai berpindah dahan.

"Yang ini bukan sih?", tanya Melia.

"Iya-iya yang itu Mel", pekik Zoia sambil melompat-lompat kegirangan.

Melia membelalakan matanya di atas pohon.
"Lo nggak usah lompat-lompat juga bodoh! Ponakan gue bisa lompat keluar nanti!", teriaknya kesal.

Zoia cengengesan dan mulai mendekat pada batang pohon.

"Zo! Ngapain lo?", ngegas Melia.

"Mau ikut manjat juga. Seru keknya kan?", celetuk wanita itu.

"JANGAN NGADI-NGADI LO YAA. Jauh-jauh lo hussss, mending lo duduk cantik di sana", teriak Melia dengan mata melotot hampir keluar dari sangkarnya.

"No no no gue pengen manjat", bantah Zoia. Tak mengindahkan larangan Melia, wanita itu mulai naik dengan hati berbunga-bunga. Di dahan atas, Melia menggigit bibirnya gelisah.

"God anak orang, kalo jahuh terus meninggoy kan gue yang jadi tersangka, aihhh bumil dakjal", gumamnya dengan wajah memucat.

Gadis itu akhirnya sadar saat Zoia sudah berdiri di depannya. Melia melongo. Kok cepat?
"Astaga Zo, udah kan? Sekarang turun, gue masih mau hidup tenang tanpa ngedekam di penjara", celoteh gadis itu.

Zoia tersenyum bodoh. Wanita itu mengambil satu buah jambut, lalu menggigitnya.
"Uhh manisnya", serunya berbinar.

"Heh! Mau ngapain lo?!", pekik Melia menyaksikan Zoia yang malahan duduk di dahan yang mereka injak, dan menjadikan batang pohonnya sebagai sandaran.

"Sini Mel, duduk samping gue", ajak Zoia.

Melia menelan ludah. Ia kapok, setelah ini ia tidak akan mau menuruti jika Zoia menyuruhnya dengan iming-iming sedang ingidam. Pasti nyawanya akan selalu dalam bahaya.

"Babynya tarzan kali ya?", gumannya tanpa sadar menelan ludah.

"YA TUHAN ZOIA!"

Keduanya menoleh ke bawah. Itu suara Liqa yang datang-datang bersama Irene dan Liana.
"ASTAGA ZOIA! NGAPAIN DI ATAS SITU? SIAPAPUN TOLONG", pekik Liana dengan wajah pucat. Ini pertama kalinya melihat bumil dengan janinnya yang berumur 7 bulan berada di atas pohon. Sepertinya ia akan truma setelah ini.

"Iya aku turun", ujar Zoia mengambil ancang-ancang untuk melompat.

"JANGAN LOMPAT ZOIA!", teriak Liqa, Melia, Irena, dan Liana kompak. Jantung mereka seperti sedang diuji ketahannya dengan kelakukan ibu hamil satu ini.

"Terus gimana? Zoia tiba-tiba takut turun", ujarnya sambil menelan ludah. Wanita itu memeluk batang pohon besar itu sambil gemetar ketakutan.

"Awww ada semut!", pekik Melia panik. Gadis itu langsung melompat turun. Dan sialnya itu tak semudah yang ia kira, karena pada akhirnya ia nyungsep dengan bokong mencium tanah.

"Aduhh sakitt", rengek Melia berlinang air mata. Sumpah, sudah salit digigit semut, sekarang malahan ditambah dengan penderitaan bokong gemoynya.

Irene langsung membantu gadis itu bangun.
"Aduh sayangnya Mami"

"Bundaaaaa takut", ringis Zoia yang masih memeluk batang jambu.

"Zoia gimana bawa kamu turun? Ah iya. Bentar yaaa, Bunda panggil Pak satpam kita dulu", ujar panik Liqa yang kembali sadar.

"Nggak mau Bun, Zoia muntah tiap deket-deket Pak Mamat huaaaa gimana ini", rengek Zoia.

"Lahhh iya, gimana ini ya ampun", ringis Liqa.

"Panggil suaminya aja Bu", saran Irene.

***

Dan si sinilah Zoia sekarang. Wanita itu menunduk saat sedang dihadangkan dengan keberadaan Libra yang duduk di depannya sambil melipat tangan sambil menyilangkan kaki. Jangan lupakan tatapan tajam menusuk yang membuat wanita hamil itu tak bebas bergerak, bahkan jika bernapas sekalipun.

"Udah itu Nak, kamu nakutin istri kamu", tegur Stevin yang datang bersama istrinya. Liqa, wanita itu tersenyum geli dan duduk di samping menantunya. Sedangkan Stevin memilih duduk di samping putra sulungnya.

"Sini, mana yang digigit semut", ujar Liqa.

Zoia memperlihatkan tangan, leher, dan kaki dengan posisi yang masih menunduk pada ibu mertunya. Ia masih tak punya nyali untuk menatap suaminya yang menatapnya tajam dari tadi. Dengan pelan Liqa mengelesi saleb pada bagian yang memerah di Zoia.

"Lain kali jangan nekat seperti tadi sayang, bahaya tahu. Bunda tahu ini bukan keinginan kamu, tapi kamu harus bisa ngontrol juga kalau berbahaya. Gimana kalau tadi kamu jatuh? Kamu mau diri kamu dan cucu Bunda sama Ayah kenapa-napa? Kamu mau suami kamu sedih?", ujar Liqa. Zoia membalasnya dengan gelengan lemah.

"Bagus, lain kali hati-hati yaa", pesan Liqa.

Zoia mengangguk kaku.
"I-iya Bunda", lirihnya.

"Libra, bawa istri kamu bobo siang sana", perintah wanita itu.

"Hm"
Libra berdehem dan langsung beranjak dari sana.

"Ayo ikut suami kamu", suruh Liqa.

"Iya, Zoia pamit dulu Bunda Ayah", pamit gadis itu.

"Iya", jawab Stevin dan Liqa serentak.

Zoia melangkah dengan sangat lambat, seperti ada yang menahan kedua kakinya untuk ikut masuk ke dalam kamar, yang sudah lebih dulu dimasuki oleh Libra. Dengan kepala masih tertunduk, ia masuk dan menutup pintu sambil menggigit bibir gugup.

Selamat beberapa menit Zoia masih diam sambil menatap jemari kakinya yang beralaskan sendal bulu. Tidak ada suara apa-apa membuat ia memberanikan diri mengangkat wajah. Dan saat matanya bertemu dengan mata elang yang seperti mau mencingcangnya, Zoia kembali menunduk. Ia kira Libra tidak lagi menatapnya.

"Ibra itu anu emm", ringis Zoia.

"Kalo ngomong tatap orangnya! Nggak sopan!", sarkas Libra membuat Zoia langsung mengangkat kepala tegak.

"Emm maafin, janji nggak ngulang lagi", cicit  Zoia.

"Nggak ngaku salah?!"

"Ehh ehh iya aku ngaku salah. Maafin yahhh plissss ya? Ya? Ya?", sela Zoia cepat setelah itu memberikan puppy eyes dengan wajah sememelas mungkin.

Libra berdecak.
"Yaudah sini peluk, baru aku maafin!", ujarnya.

Wajah Zoia langsung berbinar, ia langsung menabrak dada suaminya. Libra menghela napas, ingin sekali marah tetapi istrinya terlalu menggemaskan untuk diabaikan.

"Ibraaaa", panggil Zoia yang masih menempelkan wajahnya di dada bidang lelaki itu.

"Hm? Kenapa?", tanya Libra sambil mengelus rambut sang istri.

"Pengen makan mie goreng rasa laba-laba", bisik Zoia. Libra hanya bisa memasang senyum pasrah.

"Oia, nggak ada mie rasa laba-laba. Ganti yang lain yah?", ujar Libra dengan lembut, berharap istrinya bisa diajak negosiasi.

"Hiks"

"Lahh lohh?", plongo Libra mendengar isak tangis.

"Aaaaaa mau mie rasa laba-laba hiks hiks hiks huaaaaaaaaaa", tangis Zoia semakin pecah.

"Mampus", lirih Libra.


____o0o____

21 Februari 2023

Продолжить чтение

Вам также понравится

Something Wrong [END] Raa

Художественная проза

83.7K 7.4K 52
"Gue bakal selalu lindungin lo." - Auri. "Jadilah pengkhianat, jangan patuhi perintah atasan lo. Kali ini biarin gue yang lindungi lo." - Liam Domini...
TRANMIGRASI ZEA & NEYRA Dinda_ Lilis

Подростковая литература

2.6M 131K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
2.1M 235K 33
[COMPLETED] Menjadi ibu dari tokoh antagonis di masa depan? Awalnya Diandra tidak tau bahwa ia masuk ke dalam novel dan menjadi ibu dari tokoh antago...
2.3M 272K 38
Tak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya saat ketiga lelaki yang amat ia percayai menghancurkan hidup nya. Gadis itu terduduk di atas ubin kerami...