Snow White's an Extra [END]

By Harefa_Halu

344K 38.9K 964

'Snow white', semua orang tahu dengan dua kata itu. Sebuah film animasi yang menceritakan gadis yang sangat c... More

β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 1
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 2
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 3
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 4
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 5
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 6
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 7
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 8
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 9
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 10
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 11
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 12
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 13
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 14
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 15
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 16
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 17
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 18
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 19
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 20
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 21
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 22
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 23
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 24
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 25
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 26
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 27
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 28
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 29
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 30
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 31
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 32
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 33
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 34
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 35
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 37
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 38
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 39
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 40
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 41
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 42
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 43
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 44
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 45
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 46
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 47
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 48
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 49
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 50 [𝐄𝐍𝐃]
❄ Bonus Part ❄
❄ Bonus Part ❄
❄ Bonus Part ❄
❄ Bonus Part ❄

β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 36

4.9K 658 11
By Harefa_Halu

𝕾𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆
____________o0o_____________




Libra berdehem untuk mencairkan suasana tak mengenakan yang begitu kentara di meja makan. Lelaki itu mencoba mencari perhatian Zoia yang sibuk pada ponselnya. Karena tak berhasil, Libra mendengus lalu lanjut mengunyah makanannya yang terasa hambar saja.


Brak!


Libra membulatkan matanya. Apa-apan gadis itu memukul meja tanpa aba-aba. Dan juga, ada apa dengan mata yang kini memelototinya. Libra mengabaikan agar ia tidak semakin tertekan.

"Ibra!", ngegas Zoia.

"Ha? A-apa", gagap lelaki itu tanpa sadar.

Zoia mendatarkan wajahnya, ia lalu menunjukan layar ponselnya.
"Apa ini?", cerocos Zoia.

Libra menganga. Shit! Jadi tadi Zoia asik chettingan dengan wakil ketos sok-sokan itu?! Dan apa-apaan bajingan tengik itu, ia mengirim foto wajahnya yang ada luka lebam yang cukup serius. Apa ia sedang mengadu dengan Zoia?!


"Apa?! Kamu apain Brayn", sinis Zoia.

Libra menelan makanannya dengan kasar.
"Itu aja ngadu, banci", gumamnya lirih.


"Ibra!", marah Zoia.

Libra mendengus dengan hati yang sudah kepanasan.
"Dia duluan yang deketin kamu", ujarnya sarkas.

"Heh!"

Tak!

Libra meletakan sendoknya dengan kasar. Lelaki itu langsung berdiri dan pergi dari sana meninggalkan Zoia yang melongo. Tak lama, suaminya itu kembali namun bukan menemuinya. Libra melangkah menuju pintu apartemen.

"Ibra"

Zoia mengekori lelaki itu dari belakang.

"Kok ngambek?", heran gadis itu. Seharusnya yang marah dan ngambek di sini itu adalah dirinya. Libra sudah berlebihan dengan menghajar anak orang hanya karena masalah sepele. Hanya karena Brayn dekat-dekat dengannya.

Libra menghempaskan tangan istrinya di lengan kekarnya.
"Aku mau pergi. Kamu nggak usah tunggu aku pulang", pamit lelaki itu.

"Mau kemana emang?", celetuk Zoia.

"Rumah Nuel", balasnya cepat sebelum pergi dengan langkah lebar meninggalkan Zoia di daun pintu.


Kembali pada Libra yang kini melajukan motornya dengan mulut misuh-misuh tidak jelas meninggalkan gedung apartemen.
"Yang suaminya siapa emang? Ck sialan lo Brayn", desisnya semakin kesal saja.

Di pertengahan jalan menuju rumah Nuel, lelaki itu mendapatkan telpon dari Nate.
"Apa?", tanya to the point Libra. Lelaki itu sedikit tak nyaman dengan suara berisik di tempat Nate.

"Bang Lib, kita lagi di club. Susulin woi", cerocos Nate.

"Ngapain kalian?"

"Cari kesenangan lahh Bang, mumpung masih sepi", itu suara Lintang yang tak jauh dari Nate.



"Gue nggak bisa. Takut khilaf gue", balas Libra.


"Nanti kalo hampir khilaf kita bawa lo pulang. Lo nggak usah minum makanya Bang!", celetuk Nate.

Jika dipikir-pikir di sana seru juga. Ia sudah lama tak menginjakan kaki ke sana karena pihak club selalu melarang kedatangan anak muda di bawah umur sembilan belas tahun.

"Cepet lah Bang, seru nih. Mumpung kita diizinin masuk. Nanti kalo ditanya umur lo tinggal bilang temennya Emmanuel", desak Nate lagi.

"Oke"


Setelah mengatakan itu, Libra langsung tancap gas menuju club dimana ketiga temannya berada. Sekitar 15 menit berlalu, akhirnya Libra bisa memarkirkan motornya setelah sampai di depan club.


Ia masuk dan harus melewati para penjaga.
"Umur?", tanya salah satu dari mereka.

"Teman Emmanuel", ujar Libra. Entah apa yang telah disogok sohibnya yang mesum itu, sehingga setelah menyembutkan nama Nuel, kedua pria yang berjaga itu langsung masuk mempersilahkannya masuk.


Dan benar saja, club sekarang sedikit lebih sepi. Pantas saja karena ini baru jam setengah delapan malam. Dan mereka para pencinta club akan datang paling cepat jam sepuluh.



"Bang Lib!"

Libra mencari arah suara milik Lintang. Dan yap, ia menemukannya. Ketiga lelaki itu nongkrong di salah satu sofa. Libra langsung menghampiri ketiganya sambil tos ala-ala jantan.


"Akhirnya lo ke sini juga", heboh Lintang.

Nuel menuangkan satu gelas kecil berisi wine dan meneguknya dalam satu kali tegukan.
"Udah mabuk", bisik Nate untuk memperjelaskan keadaan Nuel pada Libra yang menatap horor ke arah lelaki yang sudah tak beres.


"Kenapa biarin dia minum kalo ujung-ujungnya kita yang dibuat susah?", celetuk Libra.


"Lo nggak tahu Bang? Babang Nuel lagi sad", celetuk Nate.

"Lahh kenapa?"

"Dia suka sama temannya Venus yang culun itu. Dan lo tahu? Hahaha dia nggak rela dia suka sama cewek dengan penampilan cupu. Harga diri Babang Nuel tersiksa namun hatinya suka sama tuh cewek", kekeh Lintang.

"Secha?", tanya Libra.

"Iya lah. Lo pikir emang siapa lagi teman Venus? Teman dia kan cuman satu si Secha", ujar Nate.

"Boleh gabung?"

Mata mereka serentak menatap sumber suara. Vansel? Kenapa lelaki itu ada di sini?



"Silahkan-silahkan", titah Lintang tak mempedulikan ketidaksukaan Libra saat tahu kehadiran Vansel. Walaupun baru-baru ini mereka jarang berinteraksi karena Libra tak mendekati Tamiya lagi, namun tetap saja Libra tak suka satu oksigen dengan lelaki itu.


"Jangan natap gue kek gitu bro, santai aja", kekeh Vansel sambil menepuk bahu Libra.

"Maksud lo apa?", sinis Libra.

"Gue mau ngajuin perjanjian damai", celetuk Vansel tiba-tiba.


"Ha?", pelongo Nate dan Lintang yang tak mengerti apa-apa.

"Jadi gini. Gue nggak mau lagi berurusan sama Tamiya, gue mundur. Kalo lo mau deketin dia silahkan. Kita damai bukan?", ujar Vansel.

"Kenapa nggak dari dulu?", celetuk Libra.

"Kalo gue udah tahu dia hamil sebelum-sebelumnya, gue nggak bakal ambil tindakan lanjut buat bersaing sama lo. Ternyata gue cuman merjuangin ampas", ujar Vansel.

"APA?! HAMIL?!", teriak Nate dan Lintang yang mampu membuat Nuel terbangun dari tidurnya. Sementara Libra berdecak. Kenapa lelaki itu cemplas-ceplos, bagaimana jika ada orang luar yang dengar?



"Ketos kita? Hamil?", pangling Lintang yang tak percaya.

"Lo pada bisa jaga rahasia kan?", decak malas Libra.

"Bisa. Tapi itu anu, siapa ayahnya?", tanya Nate.

"Itu masih jadi tanda tanya", bisik Vansel.

***

Zoia mondar-mandir di ruang tamu. Bohong jika ia tidak khawatir pada Libra yang masih belum pulang disaat jam sudah lewat tengah malam. Sedari tadi gadis itu menghubungi suaminya sampai-sampai ia tidak bisa tidur.

Zoia langsung bergegas membuka pintu saat mendengar suara ketukan pintu. Jika itu Libra, tidak mungkin ia tidak tau pin rumah. Lalu siapa?

Namun pemikiran-pemikiran itu langsung sirna saat mau tak mau ia harus menerima jika tamu itu adalah suaminya sendiri.

"Kamu nggak tahu ini jam ber-"

"Shutttt"

Libra meletakan telunjuknya di aras bibir kenyal Zoia. Lelaki itu dengan sempoyongan berjalan menuju kamarnya. Zoia buru-buru menutup pintu dan segera menyusul suaminya.


"Kamu mabuk?", tanya Zoia sambil mengendus-endus dada suaminya dengan penuh selidik. Sedangkan Libra hanya tersenyum bodoh sebelum mengambil kesempatan mencium kening istrinya sambil menyengir.

"Oia kok ada dua? Kembar ya?", ujar Libra lirih.

"Beneran mabuk ternyata", dengus Zoia mendapatkan satu kepastian baru, setelah melihat mata memerah suaminya.

"Oiaaa kangen tahu", manja Libra sambil menarik pinggang istrinya yang melongo. Sakit nih orang.


"Udah, mending kamu bobo", suruh Zoia menarik tangan Libra duduk di pinggir ranjang dengan dirinya yang berdiri tepat di depan lelaki itu.

"Panas nggak? Kalo panas dibuka bajunya", celetuk Zoia lagi.

Libra mengangguk patuh. Lelaki itu membuka kaos oblongnya dengan santai.

"Udah", beri tahunya.

"Bobo", titah Zoia mendorong bahu lelaki itu hingga terbaring di atas kasur. Namun bukan Libra namanya jika tidak nyaman jika tidak membuat Zoia serangan jantungan. Karena detik berikutnya ia menarik pergelangan tangan gadis itu, membuatnya jatuh di atas tubuh setengah telanjang Libra.

Zoia melotot, ia memukul-mukul lengan suaminya dengan kesal.
"Ngapain sih?! Lepas", dengusnya. Namun Libra tak menghiraukan, lelaki itu malahan berani menenggelamkan kepalanya di ceruk leher gadis itu.


"Ehh ehh"

"Ibra pengen makan Oia"

"Heh!"

"Aaaaa pengen punya baby gemes-gemes"

"Heh!"

"Ibra pengen itu Oia. Ibra iri sama Tamiya yang punya baby aaaaa", rengek Libra.

"Heh"

Libra mulai nakal dengan menjilat leher istrinya. Sepertinya efek alkohol itu benar-benar merenggut kewarasan Libra. Tidak, ia tidak ingin melakukan apapun dikeadaan salah satu diantara mereka tidak sadar.

Dan dengan sangat berat Zoia menampar pipi lelaki itu untuk berniat menyadarkannya. Namun sepertinya salah, Libra malahan tertidur setelah ditampol oleh gadis itu.

"Maaf", gumam Zoia yang sedikit merasa bersalah sekarang.

Zoia membaguskan posisi tidur Libra, menyesuaikannya dengan bantal. Tangan gadis itu aktif untuk menyugar rambut suaminya yang basah oleh keringat. Zoia memperhatikan wajah damai itu. Wajah yang membuatnya untuk pertama kali jatuh hati.


Zoia mengulum senyum, Libra benar-benar manis dengan posisi tertidur pulas dan berkeringat. Gadis itu merendahkan diri untuk memberikan kecupan singkat di bibir suaminya yang sedikit terbuka.

Tak ada reaksi apapun dari Libra. Itu menandakan pulasnya tidur lelaki itu. Zoia merangkak, dan menjatuhkan dirinya di samping sang suami. Gadis itu memeluknya dari samping sambil mengusap keringat di dahi Libra.


Zoia merasa gemas sendiri sekarang. Gadis itu dengan usil menjepit hidung suaminya sambil terkikik.

"Enghh"

Lenguhan dari korban membuat Zoia melepaskan tangannya. Dan ya, lelaki itu kembali tertidur lagi dengan damai. Zoia memejamkan mata saat kantuk ikut memgambil alih konsentrasinya. Dalam keheningan malam, gadis itu menipiskan bibirnya. Libra miliknya, tidak boleh ada yang mengambilnya dari sisinya.
Tidak boleh! Dia bukan tipe yang suka berbagi.




____o0o____

4 Februari 2023

Continue Reading

You'll Also Like

3M 325K 49
Canaria Adelia atau kerap di sapa Kana harus menjalani sisa hidupnya dengan cara yang menyakitkan, saat berada diambang kematian Kana dikejutkan deng...
1.8M 129K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2.3M 272K 38
Tak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya saat ketiga lelaki yang amat ia percayai menghancurkan hidup nya. Gadis itu terduduk di atas ubin kerami...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...