Snow White's an Extra [END]

By Harefa_Halu

419K 43.7K 1K

'Snow white', semua orang tahu dengan dua kata itu. Sebuah film animasi yang menceritakan gadis yang sangat c... More

β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 1
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 2
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 3
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 4
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 5
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 6
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 7
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 8
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 9
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 10
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 11
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 12
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 13
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 14
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 15
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 16
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 17
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 18
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 19
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 20
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 21
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 23
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 24
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 25
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 26
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 27
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 28
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 29
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 30
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 31
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 32
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 33
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 34
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 35
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 36
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 37
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 38
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 39
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 40
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 41
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 42
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 43
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 44
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 45
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 46
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 47
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 48
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 49
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 50 [𝐄𝐍𝐃]
❄ Bonus Part ❄
❄ Bonus Part ❄
❄ Bonus Part ❄
❄ Bonus Part ❄

β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 22

6.6K 792 4
By Harefa_Halu

𝕾𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆
____________o0o_____________


"Bang, biar Kakak yang gantian jaga istri kamu. Abang pulang aja, istirahat. Ini udah hampir pagi lohh", suruh Ella yang sudah datang sejak lima menit lalu di sebuah kamar rumah sakit swasta di kota ini.


Libra menggeleng sambil mengusap wajahnya yang awut-awutan dengan rambut yang sudah berantakan, ditambah lagi belum mandi sejak pagi.

"Abang di sini aja Kak. Mending Kakak balik aja, kasian Jilvanya capek di bawa di sini", ujar Libra. Ella menatap keponakannya yang sudah tidur di pengakuannya. Gadis mungil itu memaksa ikut padahal baru bangun. Dan diperjalanan tadi dia malahan kembali terlelap sampai sekarang.



"Kan Kakak ke sini mau nyuruh kamu pulang Bang", ujar Ella.

"Kakak pulang aja, Libra masih mau jaga Zoia. Bukannya jam tujuh nanti Kakak berangkat kerja kan?", ujar Libra.

"Kakak tinggal ambil cuti beberapa hari buat jaga Zoia", ujar wanita paruh baya itu.

"Nggak usah Kak. Abang telpon Bang Neil biar jemput kalian yaa"

Ella akhirnya pasrah dan mengangguk saja. Wanita itu hanya bisa menatap kegiatan adiknya yang sedang menelpon suaminya. Ella berdecak, dasar keras kepala.

"Udah ya Kak, Bang Neil langsung otw ke sini", ujar Libra.

"Hufttt yaudah, Abang jaga kesehatan juga. Itu makanan yang Kakak bawa tadi dimakan. Jangan terlalu banyak pikiran, nanti kalo Abang sakit nggak ada yang jaga Zoia", celoteh Ella.

"Iya kak"

"Kakak sama Jilva nunggu Abang kamu di lobi aja yaa. Kita pulang, ingat pesan Kakak tadi", ujar Ella berdiri dari tempatnya sambil menggendong tubuh Jilva.

"Biar Libra anter sampai ke bawah", ujar lelaki itu. Ella langsung menggeleng.

"Nggak usah, kamu di sini aja", tolak wanita itu.

"Yaudah, hati-hati di jalan Kak", ujar Libra.

"Iya"

Setelah kepergian Ella dan Jilva, kini ruangan itu kembali sepi. Libra mengambil tempat di tempat yang tadi diduduki Ella. Lelaki itu menatap tubuh Zoia yang terbaring pucat di atas brankar.

"Lo kenapa lama banget bangunnya?", ujar Libra.



"Setelah kami periksa berulang-ulang kali, ternyata tidak ada kejanggalan di tubuh beliau. Organ-organ luar maupun dalam baik-baik saja. Kami tidak bisa mengklarifikasi ini penyakit apa yang diderita pasien. Semua bagian tubuhnya normal. Hanya saja saraf pusatnya seperti sedang tidur hingga organ pasien seperti mata, telianga, tangan, kaki dan sebagainya tidak bisa merespon segala usaha kami. Dan kita hanya bisa menunggu keajaiban dari Yang Maha Kuasa"



Libra mengacak rambutnya gelisah saat kembali mengingat perkataan dokter tentang kondisi Zoia. Lelaki itu mengambil tangan istrinya, mengelusnya dengan pelan sambil merebahkan kepalanya di sisi brankar. Perlahan matanya tertutup karena rasa lelah dan ngantuk yang menyerangnya dalam waktu bersamaan.



"Enghhh"



Libra membuka matanya lebar-lebar. Ia duduk tegak dengan ekspresi yang seperti baru mendapatkan nyawanya yang hilang. Lelaki itu buru-buru menekan bel di samping brankar. Sambil menunggu dokter, Libra mengambil waktu untuk mengelus kepala istrinya yang dingin.

"Bertahan", bisiknya.

Tak lama setelah itu, terdengarlah bunyi langkah kaki yang saling bersahutan di koridor rumah sakit yang sunyi. Libra tanpa disuruh lagi langsung sadar diri dan memilih menunggu di luar.

Libra mengucapkan banyak permohonan yang sama agar gadis itu sadar dari komanya.


Disela-sela itu juga, kantuknya kembali menyerang matanya. Namun lelaki itu berusaha agar bisa terjaga, untuk menunggu hasil dari pihak medis yang sedang bekerja semaksimal mungkin untuk nyawa seseorang.


Ceklek


"Pasien sudah kembali normal. Beliau akan siuman dalam beberapa jam lagi", ujar mereka.


Libra tersenyum lebar. Hatinya langsung merasakan rasa lega yang melepas semua beban di dadanya dan pikiran-pikiran yang sudah bercabang-cabang terlebih dahulu.



***



Secha keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Gadis itu menarik selembar tisu di atas meja make upnya. Ia menggunakannya untuk mengelap kecamatanya yang tadi jatuh ke dalam bathrobe.

Secha sedikit heran saat melihat baju-bajunya sudah berhamburan keluar dari dalam lemari. Gadis itu memungutnya dan memasukannya kembali ke dalam lemari. Ia terdiam melihat dompetnya sudah terbuka.

Secha membukanya.

"Sacha!!!!"

Gadis itu dengan kesal berlari ke kamar sebelah. Secha memukul pintu tak sabaran.

Ceklek


Sacha keluar dengan pakaian modis. Ia menatap heran atas keberadaan kembarannya di depan pintunya. Oh tumbenan sekali.


"Apa?", tanya Sacha.


Secha menggeram, ia melempar dompet miliknya ke wajah Sacha.
"Black card gue mana?!!!" teriak Secha.


Sacha tidak merasa takut atau menyesal.
"Sama gue, gue mau senang-senang bareng tuh kartu di club", sinisnya.


"Gila ya lo, kembaliin! Itu uang bulanan kita", geram Secha.

"Ohh ya? Sayang sekali gue nggak mau", celetuk santai Sacha.

"Kembaliin!!!", geram Secha.

"Diem dehh, lo pikir gue nggak tahu ini uang jajan lo dari dulu kan? Bonyok selalu lebihin uang jajan lo dibanding gue yang pas-pasan. Jadi lo mending diam"

Sacha begitu saja menerobos Secha yang marah.

"SACHA!"

Secha menahan Sacha yang ingin naik ke dalam mobil miliknya. Namun dalam satu kali dorongan, Secha sudah mundur beberapa langkah. Tak habis pikir lagi, Secha cepat-cepat mengabil tempat di depan mobil. Ia yakin kembarannya itu langsung mengalah.

Namun sayang, sepertinya Secha terlalu percaya diri. Karena detik berikutnya gadis itu tercengang saat Sacha dengan berani menancap gas. Secha memekik dan langsung menyingkir dari tempat itu. Sejurus kemudian, Sacha sudah menghilang dari balik gerbang.


Secha mengelus dada.
"Adek saiton", decaknya.

"Habislah riwayat uang gue", mirisnya.



Sementara Sacha dengan kecepatan agak tinggi membawa mobilnya menyusuri jalanan lenggang. Gadis itu hari ini akan bolos. Karena percuma saja ia sekolah, Libra pasti tidak datang juga.


Senyum Sacha terpatri indah di bibir manisnya. Gadis itu tertawa jahat melihat Tamiya di atas motor dengan seragam sekolah yang rapi tak jauh darinya.

Sacha menginjak pedel gas dan...

Byurrr


Tamiya berusaha menjaga keseimbangannya saat tubuhnya terkena genangan air, saat mobil dengan kecepatan penuh itu melewatinya.

Tamiya memilih menepi di pinggir jalan. Ia menatap nanar tubuhnya yang bau dan basah itu.

"Iwww gembel"


Tamiya mendongak. Matanya terbelalak ketakutan seperti sedang melihat malaikat maut. Jadi ini ulah Sacha?

"Gimana rasanya mandi versi gue?", ujar remeh Sacha sambil menatap tubuh Tamiya bagaikan mangsa yang siap di bunuh.

"Lo kok tega sih?!", marah Tamiya mengesampingkan rasa takutnya. Ia tidak boleh lemah apalagi di sini tidak ada Anneth yang selalu menjadi pelindungnya.

Sacha tertawa jahat.
"Bisa dong kan gue maunya lo itu mati", sinisnya.



"Gue salah apa sama lo? Kenapa lo selalu ganggu gue?!", sela Tamiya dengan lantang.

Sacha berdecih.
"Hama kek lo emang pantas diperlakuin kek gitu. Soal salah, lo nggak bisa hitung kesalahan lo di dihiup gue"




"Gue nggak punya salah sama lo!"

"Nggak usah banyak bacot anjing!"

"Awssss l-lepas"

Tamiya meringis saat rambutnya ditarik dengan tak manusiawi oleh Sacha.

"Kenapa lo nggak mati aja?", geram Sacha penuh dendam.

"SACHA!"

Tamiya menatap Vansel yang berhenti di samping mereka. Lelaki itu langsung melepaskan tangan Sacha yang kuat. Tentu saja Tamiya mengambil kesempatan itu untuk bersembunyi di belakang punggung Vansel, penyelamatnya.


"Lo gila ya!", marah Vansel.

Sacha tertawa.
"Gue gila, gila karena setiap hari liat lonte berkeliaran", sindirnya.


"Lo emang gila. Pasti gila karena lo nggak bisa nyaingin  Tamiya dalam segi mana pun", sinis Vansel menarik tangan Tamiya pergi.

"Anjing", bisik Sacha dengan tangan terkepal.

***

"Gimana tubuh lo Zo?"

Itu adalah ucapan Venus yang baru pulang dari sekolah.

"Baik"

Suara serak dan lemas Zoia ia keluarkan untuk menjawab pertanyaan dari Venus.

"Bagus deh. Untung aja lo bisa sembuh Zo, gue belum siap liat paman gue menjabat jadi duda sad" cerocos gadis itu sambil melirik-lirik Libra yang sudah terlelap damai beberapa menit yang lalu.

Zoia menanggapinya dengan senyum manis tanpa mau mengalihkan pandangnya dari tubuh suaminya yang begitu pulas.

"Zoia"

Itu suara Ella yang duduk di sofa yang tersisa bersama suaminya. Zoia menoleh.

"Iya Kak"

"Abang Neil dan Kakak udah sepakat kalo kamu harus tinggal di rumah selagi kamu dalam masa pemulihan. Kalau di apartemen, nggak ada yang jaga kamu apalagi Libra juga sekolah. Nggak apa-apa sih kalo di tempat kalian ada ART, tapi ini tidak. Libra soalnya anti banget kalo privasinya diganggu oleh orang lain", ujar Ella menjelaskan dengan pelan.

"Nggak apa-apa ya Kak?"

"Tentu saja tidak Zoia. Kami malahan sangat senang karena rumah semakin ramai", sahut Neil.

"Yesss akhirnya ada teman gue maskeran", seru Venus yang tadi hanya menyimak.

"Sayang, Zoia lagi sakit. Jadi nggak ada waktu maskeran", decak Ella. Dan Venus hanya menjawabnya dengan cengiran.



___o0o___

20 Januari 2023

Continue Reading

You'll Also Like

5.1K 369 42
Semuanya tak adil. Tapi setelah kamu datang, semuanya menjadi lebih menyenangkan karena kamu mengajarkan aku bagaimana cara ikhlas di setiap saat aku...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.3M 252K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
844K 23.9K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
1.4M 144K 34
SEGERA TERBIT! Lysandra. Seorang mahasiswi kedokteran, harus menelan pahit kenyataan dan situasi yang menimpa dirinya. Gadis yang memiliki mulut cep...