Happy reading semuanya.
🍁🍁🍁
Daxter menatap dalam-dalam ke arah Jovanka yang nampak biasa-biasa saja mendapatkan tatapan tajam darinya dan Yasmine. Wanita tiga-puluh tahun itu tetap asik mengemil kacang gorengnya dengan santai.
Daxter benar-benar masih tak percaya jika gadis yang selama ini dibicarakan oleh Dirly dan Raidon adalah wanita bernama Jovanka Xynerva Alixie ini.
"Gimana bisa kamu..." Yasmine terbatah. Sahabat dari Jovanka itu pun masih nampak tak percaya akan pernyataan sahabatnya beberapa menit yang lalu di press conference.
"Bagaimana bisa selama ini kamu ber-acting seakan-akan kamu membenci Daxter, sedangkan kamu sendiri udah suka sama Daxter sejak kamu masih tujuh tahun, Jovanka!" teriak Yasmine tak percaya.
"Aku harus melakukannya untuk membuat Daxter menjauh dari aku, Yas." kata Jovanka sambil menatap Daxter yang hanya bisa terdiam. "Tapi Tuhan malah buat dia semakin dekat sama aku." lanjutnya sambil mengulum bibir bawahnya menahan senyum.
"Kenapa begitu? Kamu tahu, Jo, Bang Dirly dan Raidon selalu bilang kalau suatu saat nanti akan datang wanita pemilik cincin ini dan dia akan jadi istri aku!" kata Daxter sambil menyentuh cincin yang ada di kalungnya.
"Dan kamu percaya sama mereka?"
"Mereka nggak pernah bohong!"
"Terus kalau aku nggak pernah datang?"
"Aku akan terus tunggu kamu." Daxter berteriak penuh amarah.
Jovanka tersenyum tipis dengan air mata yang menetes di kedua pipinya. "Kalau begitu, nggak salah aku pilih untuk kembali ke Indonesia, kan?!" kata Jovanka sebelum bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Daxter.
"Daxter, lima tahun lalu aku tahu dari Dirly kalau kamu punya pacar. Kamu tahu gimana sakitnya hati aku? Laki-laki yang aku cintai sejak aku masih kecil ternyata menjadi milik wanita lain. Kamu tahu gimana hancurnya hati aku saat itu? Sakit banget, Daxter."
"Tapi dari sana aku tergerak untuk maju. Aku ingin menjadi wanita yang lebih segalanya dari gadis yang kamu pilih jadi kekasih kamu itu. Aku harus bisa mendapatkan kamu apapun yang terjadi."
"Tapi semakin lama aku semakin takut, Daxter. Kita sangat berbeda. Aku lebih tua dari kamu..."
"Umur hanya sebuah angka, Jovanka!" Daxter memotong dengan cepat.
Kenapa masalah usia menjadi hal yang paling mengganggu di hubungan mereka?!
"Nggak buat aku yang bahkan mencintai kamu sejak kamu baru berusia satu minggu, Daxter!" teriak Jovanka tertahan.
"Aku pergi ke psikiater dan memohon kepada mereka untuk membuang kamu dari memori aku. Semuanya, Daxter. Semua tentang kamu sudah coba aku hilangkan, tapi tetap aja nama kamu masih ada di dalam hati aku. Kamu sudah tertancap dengan mantap di dalam hati aku." Jovanka menyeka air matanya dengan kasar.
"Sampai dua bulan yang lalu aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Dan seakan belum puas Tuhan menyiksaku dengan rasa cinta ini, Tuhan buat aku terus ketemu sama kamu. Bahkan Tuhan membuat kamu menarikku ke dalam hubungan yang selalu aku inginkan sejak dulu."
"Daxter, aku merasa Tuhan memberiku kebahagiaan dan siksaan secara bersama-sama. Jujur aku sangat bahagia bisa mengenalmu semakin dalam, tapi aku kecewa saat melihat diri kamu yang brengsek. Sosok Daxter Nugraha di dalam otakku adalah sosok laki-laki yang manis, hangat, dan penuh cinta. Bukan seperti kamu yang sekarang."
"Tapi kamu tahu, aku masih mencintai kamu. Bahkan di saat kamu hanya bilang kalau kamu tertarik sama aku, aku sudah merasa sangat bahagia. Bahkan di saat kamu hanya menatap mata aku, jantungku sudah berdebar dengan tidak tahu dirinya."
"Daxter, bagaimana bisa kamu membuat aku segila ini?!" Jovanka merasa sangat lega setelah mengungkapkan segalanya kepada Daxter.
"Jadi semua ini..." Daxter tidak mampu lagi melanjutkan kata-katanya.
"Ya, semua ini sandiwara supaya kamu menjauh dari aku. Aku nggak siap untuk patah hati lagi. Aku nggak siap kehilangan kamu untuk yang kesekian kali, Daxter." lirih Jovanka.
"Tapi dengan nggak tahu dirinya kamu selalu menawarkan diri untuk menjadi suami aku. Gimana aku bisa menolak, Daxter? Kamu... Kamu adalah laki-laki yang sejak kecil aku harapkan dan aku mimpikan mau bertahan di sisi aku sekalipun aku nggak pantas. Apa kamu pikir aku bisa menolak?!"
"Apalagi banyak fakta-fakta baru yang aku tahu akhir-akhir ini tentang kamu. Daxter, demi Tuhan, itu semakin membuat aku ingin berada di sisi kamu dan berjalan bersama kamu untuk selamanya. Aku ingin mendekap kamu dan berkata jika semuanya akan baik-baik saja karena ada aku di sisi kamu."
"Jovanka, kamu..."
"Aku harus pergi sekarang." kata Jovanka sebelum berlalu begitu saja. Dia tidak ingin terlihat menangis di hadapan Daxter. Cukup tempo hari saja dia menangis di hadapan laki-laki itu. Bukan apa-apa, dia hanya belum siap terlihat lemah di hadapan Daxter.
Di tempatnya Daxter hanya bisa terpaku. Semuanya terlalu tiba-tiba untuknya. Bahkan semua ini tak mampu hanya untuk sekedar Daxter bayangkan. Otaknya tiba-tiba berhenti bekerja. Benar-benar sehebat itu pengaruh Jovanka untuk hidupnya.
Ya Tuhan, Jovanka Alixie mencintainya!
Sesuatu hal yang sangat Daxter inginkan. Namun dia tak menyangka jika dia sudah mendapatkannya jauh sebelum dia mengenal apa itu arti cinta yang sesungguhnya.
🍁🍁🍁
Jovanka mendekap laki-laki itu dengan erat, sedangkan si lelaki hanya bisa mengelus punggung Jovanka yang bergetar karena tangis dengan lembut. Laki-laki itu -Dirly Nugraha- membiarkan Jovanka mengeluarkan semua keluh kesahnya dengan tangisan.
"Akhirnya aku punya keberanian untuk mengungkapkan segalanya, Dirly." lirih Jovanka. "Apa... Apa yang akan Daxter pikirkan setelah ini? Aku menyukainya sejak dia bahkan belum bisa membuka matanya." lanjut Jovanka penuh kepedihan.
"Van, umur bukan masalah lagi sekarang. Semua orang bisa memakluminya karena kalian sudah sama-sama dewasa."
"Bagaimana dengan kamu? Kenapa kamu tiba-tiba memperbolehkan aku untuk bersama dengan Daxter setelah sepuluh tahun lebih kamu melarangku untuk mendekatinya?" tanya Jovanka setelah mengurai pelukannya.
"Kamu sudah sering mempertanyakannya dan aku juga sudah sering menjawabnya. Itu karena aku merasa sekaranglah waktu yang tepat untuk kalian bersama." kata Dirly dengan senyum tipis.
"Semua orang akan memaklumi hubungan kalian diusia kalian yang sekarang. Seandainya kamu yang waktu itu berusia sembilan belas tahun berpacaran dengan laki-laki yang baru berusia dua belas tahun. Apa menurut kamu mereka akan melihat hubungan kalian sebagai hubungan yang wajar?"
Jovanka menunduk dalam-dalam. Termenung memikirkan apa yang barusaja dikatakan oleh Dirly. Dia sudah sering mendengar jawaban itu dari Dirly, namun baru sekarang dia bisa mengerti apa maksud dari laki-laki itu.
"Aku bukannya melarang hubungan kalian, tapi aku hanya menundanya sedikit supaya semuanya terlihat wajar dan nggak menyakiti pihak manapun. Aku adalah kakak tertua, aku nggak akan membiarkan adik-adikku terluka." kata Dirly lagi sambil mengaduk kopi hitamnya sebelum meneguknya sedikit.
"Lalu sekarang apa? Setelah ini apa yang harus aku lakukan?"
"Hilangkan ketakutan kamu tentang pernikahan, Jovanka. Karena kamu akan menikah dengan laki-laki yang sudah kamu cintai sejak kamu kecil."
"Tapi..."
"Apa kamu mau menikah saja denganku?" tanya Dirly yang langsung membuat Jovanka melotot dan menggeleng kuat-kuat. Dirly pun terkekeh melihat wajah panik dan gelisah Jovanka.
"Van, kamu sudah berhasil melawan ketakutan kamu tentang kehilangan Daxter seandainya dia tahu kalau kamu sudah menyukainya sejak lama. Sekarang ketakutan kamu hanya tentang pernikahan. Aku yakin kamu juga pasti bisa melawan yang satu ini."
Jovanka menatap Dirly dalam-dalam sebelum mengela nafasnya. "Aku akan mencoba berbicara dengan Daxter setelah ini."
🍁🍁🍁
What do you think about this part guys?
Suka nggak?
Kalau suka jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote and comments ya.
Btw yang bilang Dirly jahat di part sebelumnya, semoga kalian bisa ngerti cara pikirnya Dirly dari part ini ya.
Bang Dirly itu bener-bener hebat buat aku karena dia menuntut dirinya sendiri untuk menjadi dewasa karena dia anak sulung.
Makin cinta kan aku sama Bang Dirly😭
See you guys soon.
Much love💚
Mrs. Lee👰🏻♀️
26 Mei 2022🌱