Happy reading semuanya.
🍁🍁🍁
Hari ketiga di Raja Ampat, shooting akan dimulai pada siang hari karena hampir semua scene untuk tempat Raja Ampat sudah terambil, sehingga jadwal shooting lebih longgar.
Lain halnya dengan Daxter. Pagi-pagi sekali ia sudah bangun dan nongkrong di pondok Jovanka karena wanita itu berjanji akan memasakkan sesuatu untuknya pagi ini.
Daxter dengan jahil mengambil foto tubuh Jovanka dari belakang lalu menguploadnya begitu saja ke akun Instagramnya. Bisa ditebak jika para penggemarnya langsung gempar dan sibuk menebak-nebak siapakah wanita yang sedang bersama dengan dirinya.
Pasalnya berita tentang dirinya yang sedang shooting film di Raja Ampat sudah menjadi rahasia umum.
Banyak orang yang menebak jika wanita itu adalah Delia. Namun lebih banyak lagi yang menebak nama wanita lain. Tapi sungguh satupun tidak ada yang menebak jika dia adalah seorang Jovanka Alixie.
Tentu saja semua orang tahu jika Delia sudah memotong rambutnya menjadi sebahu. Wanita itu sangat sering mengupdate kabarnya di semua akun sosial media yang dia punya.
Drrrttt...
Ponsel Jovanka yang ada di atas meja bar berbunyi, sedangkan pemiliknya sedang sibuk memasak. Dengan senang hati Daxter pun mengangkat panggilan dari seseorang yang bernama Bernard Zadokh itu. Meskipun ada perasaan mengganjal, namun Daxter tetap berusaha tenang dalam mengangkat panggilan itu.
"Hello, Jovanka. I miss you, Darling" duar... monyet diving! Sungguh Daxter ingin membanting ponsel Jovanka sekarang juga.
"Hello, sorry, Jovanka is still cooking" balas Daxter dengan santainya seakan-akan perkataan rindu yang dilayangkan laki-laki di ujung sana tidak pernah dia dengar sebelumnya.
"Oh, okay. By the way lo siapa?"
Lah, laki-laki bernama Bernard itu bisa Bahasa Indonesia kawan-kawan. Siapa dia sebenarnya? Apakah laki-laki ini adalah laki-laki yang disukai oleh Jovanka-nya?
"Gue calon suaminya Jovanka"
"Really?!"
"Lo yang siapa? Kenapa pakai manggil cewek gue 'Darling'?! Ambeien lo?!" Bernard terdengar tertawa kecil di ujung sana.
"Kalau lo memang calon suaminya Vanka, dia jelas udah kasih tahu lo tentang gue" katanya yang membuat kening Daxter mengerut.
Siapakah Bernard Zadokh ini hingga seakan sepenting itu untuk ia ketahui?!
"Siapa?" Jovanka terlihat santai saat menemukan jika ponselnya ada di tangan Daxter. Wanita itu kini sedang sibuk menata makanan di atas meja makan.
"Bernard Zadokh" jawab Daxter sambil menyerahkan ponsel Jovanka dengan bibir yang mengerucut maju. Dengan kesal laki-laki itu meninggalkan meja bar dan menuju meja makan untuk sarapan.
"No no no, he's just my friend" Daxter tersedak makanannya saat mendengar perkataan Jovanka. Dengan perasaan kesal Daxter pun melemparkan begitu saja sendok dan garpunya ke atas piring hingga menimbulkan suara berdenting yang cukup nyaring.
Jovanka menoleh dan menemukan Daxter yang menatapnya tajam, Jovanka pun terkekeh melihat wajah lucu Daxter. "Okay, ya dia pacar aku, belum jadi calon suami" kata Jovanka lagi sambil berjalan mendekati Daxter yang hanya terpaku menatapnya dengan tajam.
Jovanka mengulurkan tangannya untuk mengelus pipi Daxter sebelum menarik tangan laki-laki itu untuk mendekapnya. Benar saja, dengan senang hati Daxter melingkarkan kedua lengannya di pinggang mungil Jovanka yang sudah berdiri di hadapannya. Daxter juga memilih untuk menyembunyikan wajahnya di perut rata sang kekasih.
"Dia bilang kalau dia calon suami aku?" Jovanka pun terkekeh sambil mengelus rambut halus Daxter. "Segera, Ben, setelah dia melamar aku" lanjutnya yang berhasil membuat Daxter langsung mendongak.
"Kami baru berpacaran beberapa bulan, Ben. Jangankan kamu, Papa-Mama dan Kakak-Kakak aku aja baru tahu beberapa hari yang lalu di birthday party aku" Daxter masih setia mendongak menatap Jovanka.
Daxter sibuk menerka-nerka. Siapa sebenarnya Bernard bear ini hingga Jovanka harus memberitahunya tentang hubungannya dan Daxter.
"Of course, I love him" ahay... wajah Daxter seketika memerah mendengar jawaban Jovanka yang diucapkan wanita tiga puluh tahun itu sambil menatap matanya.
Dengan senyum malu-malu, Daxter pun menarik Jovanka untuk duduk di pangkuannya dan menyembunyikan wajah di ceruk leher wanita tersayangnya itu.
"Daxter, ish, sakit! Dada aku jangan digigit!" kesal Jovanka saat dengan tidak ada rasa sungkannya Daxter malah sibuk memberi kissmark di dada bagian atasnya.
"Bukan gitu! Aku nggak lagi... Bernard!" Jovanka berteriak kesal yang membuat Daxter cukup terkejut.
"Kamu ya! Aku lagi teleponan sama sepupu aku dan bisa-bisanya kamu melakukan itu?! Kamu tahu nggak dia mikir kalau kita lagi mantap-mantap! Kalau dia bilang ke Papa gimana?!" omel Jovanka yang hanya ditanggapi wajah plonga-plongo Daxter.
"Well, we're getting married then" sebuah tabokan pun mendarat di bahu Daxter. Laki-laki itu sedikit merasa lega saat tahu jika si Bernard bear itu adalah sepupu Jovanka.
"Jadi si Bernard bear itu sepupu kamu? Kok aku nggak pernah tahu? Terus kok marganya juga beda sama kamu?" tanya Daxter bertubi-tubi setelah menarik Jovanka untuk kembali duduk ke pangkuannya. Wanita itu pun dengan pasrah menuruti apa yang dilakukan Daxter, menolak pun dia sudah terlalu malas.
"Dia anak dari kakak perempuannya Papa, dari kecil tinggal di Belanda, jadi ya kamu nggak kenal sama dia" jelas Jovanka yang hanya diangguki oleh Daxter.
"Kamu serius udah cinta sama aku?" Jovanka tersedak ludahnya sendiri saat mendengar pertanyaan dari Daxter yang sangat tiba-tiba itu.
"Belum" jawab Jovanka setelah menghela nafasnya dalam-dalam.
"Aku bilang begitu ke Ben karena bukan nggak mungkin dia akan telepon Jonathan dan tanya-tanya tentang kita. Sesuai apa yang kamu bilang ke keluarga aku, kita sudah berhubungan cukup lama, enam bulan. Lalu apa alasan aku pacaran sama kamu kalau bukan karena aku cinta sama kamu?!" Daxter menghela nafasnya. Benar juga apa yang dikatakan Jovanka.
"Daxter" Jovanka menarik dagunya hingga mata mereka bertatapan cukup dalam. "Belum bukan berarti tidak akan pernah. Aku serius untuk memulai semuanya sama kamu" katanya dengan lembut dan meyakinkan.
"Gimana dengan perasaan kamu ke laki-laki itu, Jovanka? Sejak awal, kamu menjadikan perasaan kamu ke dia sebagai alasan untuk menolak aku dan rasaku" Daxter bertanya dengan lirih. Kini di mata Jovanka, Daxter terlihat sangat rapuh dan kesepian.
"Aku tahu dia nggak akan pernah bisa aku miliki, Daxter. Jadi aku mencoba untuk menghapus rasa itu dan menggantinya dengan mencintai kamu. Seperti yang sudah aku katakan, aku tertarik untuk mencoba mencintai kamu"
"Apa aku benda hingga kamu tertarik..."
"Bukan begitu, Daxter. Aku sama sekali nggak ada keinginan untuk main-main sama kamu. Aku serius mau memberikan diri aku ke kamu. Semuanya milik aku ingin aku berikan ke kamu, Daxter. Kalimat menarik dan tertarik mungkin terdengar aneh, tapi sungguh aku nggak main-main untuk mencoba mencintai kamu"
Jovanka menghela nafasnya sejenak sebelum memberanikan diri untuk mencium Daxter terlebih dahulu. Daxter menerima dengan baik ciumannya, bahkan lengan laki-laki itu kini sudah melingkar dengan pas di pinggangnya. Sedangkan Jovanka kini sibuk mengelus tengkuk Daxter untuk memperdalam ciuman mereka.
Drrrttt...
Ponsel Jovanka berbunyi yang membuat Daxter mengumpat. Dengan segera Daxter mengambil ponsel Jovanka dan mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapakah orang yang barusaja mengganggu kesenangannya.
"WHAT?!" kesal Daxter dengan nafas yang masih memburu.
Demi Tuhan, dia belum puas mencium bibir penuh candu milik Jovanka!!!
"Oh, ternyata benar kamu lagi mantap-mantap sama Jovanka" dengan cepat Daxter memberikan ponsel itu kepada Jovanka yang juga masih mencoba menormalkan deru nafasnya.
"Papa?" Jovanka menatap Daxter dengan tajam sebelum mendekatkan ponsel itu ke telinganya meskipun perasaannya sudah tidak enak.
"Ya, Pa?"
"Pulang dari Raja Ampat langsung menikah ya, Nak. Proses pembuatan cucu buat Papa dan Mama dipending dulu sampai sah"
Demi Hades si penguasa dunia bawah, Jovanka ingin lenyap dari muka bumi ini sekarang juga!!!
🍁🍁🍁
See you soon.
Much love💚
Effe👰🏻♀️
25 April 2022🌱