DARENZA [END]

By __akusa

13.2K 2.9K 754

*DARENZA RIGO - SAVIZA EVELYN* "Vi tatap mata gue!" titah Darenza karena sedari tadi Vi terus menunduk. "Apa... More

satu. (DARENZA)
dua. (DARENZA)
tiga. (DARENZA)
empat. (DARENZA)
lima. (DARENZA)
CAST
enam. (DARENZA)
tujuh. (DARENZA)
delapan. (DARENZA)
sembilan. (DARENZA)
sepuluh. (DARENZA)
sebelas. (DARENZA)
dua belas. (DARENZA)
tiga belas. (DARENZA)
empat belas. (DARENZA)
lima belas. (DARENZA)
enam belas. (DARENZA)
tujuh belas. (DARENZA)
delapan belas. (DARENZA)
sembilan belas. (DARENZA)
dua puluh. (DARENZA)
dua puluh satu. (DARENZA)
dua puluh dua. (DARENZA)
dua puluh tiga. (DARENZA)
dua puluh empat. (DARENZA)
dua puluh lima. (DARENZA)
dua puluh enam. (DARENZA)
dua puluh tujuh. (DARENZA)
dua puluh delapan. (DARENZA)
dua puluh sembilan. (DARENZA)
tiga puluh. (DARENZA)
tiga puluh satu. (DARENZA)
tiga puluh dua. (DARENZA)
tiga puluh tiga. (DARENZA)
tiga puluh lima. (DARENZA)
tiga puluh enam. (DARENZA)
tiga puluh tujuh. (DARENZA)
tiga puluh delapan. (DARENZA)
tiga puluh sembilan. (DARENZA)
empat puluh. (DARENZA)
empat puluh satu. (DARENZA)
empat puluh dua. (DARENZA)
empat puluh tiga. (DARENZA)
empat puluh empat. (DARENZA)
empat puluh lima. (DARENZA)
empat puluh enam. (DARENZA)
empat puluh tujuh. (DARENZA)
empat puluh delapan. (DARENZA)
empat puluh sembilan. (DARENZA)
lima puluh. (DARENZA)
lima puluh satu. (DARENZA)
lima puluh dua. (DARENZA)
lima puluh tiga. (DARENZA)
lima puluh empat. (DARENZA)
lima puluh lima. (DARENZA)
lima puluh enam. (DARENZA)
lima puluh tujuh. (DARENZA)
lima puluh delapan. (DARENZA)
lima puluh sembilan. (DARENZA)
enam puluh. (END DARENZA)
EXTRA PART

tiga puluh empat. (DARENZA)

92 18 8
By __akusa

Hai gais! I'm backkkk!
Kangen gasi?
Tokoh siapa yang dikangenin?
Maaf, aku baru up, wkwk.
And jgn lupa vote+komen. Follow my wattpad and ig @sanitrasvtr

*
*
*

"Pulang dulu gak? Apa langsung?"

"Dih, gua gak bawa baju ganti, anjir!" timpal Lana.

"Pulang dulu aja lah, gerah gua," ujar Vi sambil menarik sejumput seragamnya lalu ia gerakkan guna dijadikan kipas untuk badannya.

"Yaudah, naik," ujar Darenza yang sudah siap di atas motor ninja kuningnya.

Vi yang akan naik ke boncengan, ditahan oleh Darenza. "Pake dulu helmnya." Vi melirik tak minat helm yang melingkar di tangan kirinya. "Iya bawel." Dan terpaksa harus memakai helm itu.

"Langsung ngumpul aja ya nanti di sana," ucap Darenza sebelum menutup kaca helm full facenya.

"Sipp." Afnan memberi jempol.

Darenza memberi klakson sebagai perpisahan lalu motornya melaju keluar dari parkiran sekolah.

Di perjalanan, Vi asik sekali dengan semilir angin yang membuat dirinya tidak gerah lagi. Dan saking menikmatinya, ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Darenza.

"Dar?" teriak Vi.

Darenza menoleh ke kanan dan menengadahkan kepalanya sekilas. Gerakan itu menandakan Vi untuk berbicara lagi. "Lo bisa kebut gak sambil nyalip-nyalip gitu?"

Darenza mengeluarkan senyum setannya. "Lo nantang gue?"

Tanpa memberi reminder terlebih dahulu, Darenza langsung saja membawa kebut motornya. Vi sempat terkejut, namun, detik berikutnya malah menikmati aksi gila Darenza ini.

Darenza benar-benar menuruti ucapan Vi. Ia menggas pol abis motor gedenya dan menyalip mobil dan motor yang menghalangi jalan di depannya. Serasa ia hanya mau jalan ini jadi miliknya, atau jika tidak, ia yang harus memimpin jalan kali ini.

Perempuan normalnya mungkin akan takut dengan aksi Darenza yang bisa dikatakan sinting. Namun, Vi malah berteriak senang. "Woah, Darenza! Sumpah ini mengkece!" Tangannya tetap melingkar di pinggang Darenza. Karena beberapa detik sebelumnya, Darenza mengancam jika Vi melepaskan pelukan ini maka ia tak segan-segan melakukan teknik stoppie. Kalo kek gitu, bisa mati terjungkal Vi. Jadi, ia menuruti saja.

"Itu yang cuma nyumpah serapahin kita, mending ikutan gak sih? Seru banget juga ini," ujar Vi.

Senyum setan Darenza lebih lebar saat Vi mengatakan itu. Jujur, emang ini aksi gila yang super seru!

*jangan dicontoh kedua anak setan itu ya!😇

Aksi gila itu terhenti saat sudah sampai di depan gerbang rumah Vi. Tangan Darenza siap terulur ke belakang waktu Vi akan turun dari motornya.

Vi membuka helmnya dan terpampanglah senyum miringnya.

"Gimana? Gokil gak?" tanya Darenza sambil menaruh helmnya di atas tangki minyak motornya.

"Kalo bisa gua kasih jempol kaki nih sekalian. Keren banget!" ujar Vi antusias sembari memberi jempol tangannya.

"Baru pertama?"

"Hah? Apa?" kikuk Vi.

"Kayak tadi di jalan," ucap Darenza memperjelas.

"Lu tau lah ya, kalo sendirian bawa motor mah gimana. Lo mau nyanyi, teriak, ngomong sendiri, kebut-kebutan, biasa itu mah, yang penting pake helm! Tapi kalo yang berdua gitu terus dibonceng, first time!" sahut Vi.

Darenza mengacak gemas puncak kepala Vi. Ada perasaan senang yang menyelinap di hatinya. "Serius pake helm? Kok kalo sama gue susah banget disuruh make helm?"

"Iyalah. Kalo bareng ..." Vi menunjuk dirinya lalu berganti ke Darenza. "Lo yang bakal ngejaga gue. Gimana ya?" Sok berpura berpikir sekarang. "Ngerasa aman aja gitu, mau atau nggak pake helm."

"Berarti kalo gitu, jangan minta hal kayak tadi ke orang lain!" Darenza mencubit sekilas hidung Vi.

"Gak janji." Vi terkekeh.

"Gak yakin sih kalo hal kek tadi lu lakuin sama orang lain, lu bakal baik-baik aja,"

"Lo nyumpahin gua celaka?"

"Nggak. Cuma nerawang." Darenza melipat tangannya sok cool lalu matanya menatap lurus ke depan, yang seolah-olah sedang melihat sesuatu.

"Baru beberapa menit yang lalu jadi tukang balap. Sekarang udah ganti profesi jadi peramal?" Vi tersenyum mengejek.

"Mau ganti profesi lagi, ah." Tatapan Darenza bekerling menggoda Vi.

"Jadi dukun?"

"Bukan. Harus kursus dulu ini mah,"

"Apa?" Vi mengernyit.

"Belajar mencintaimu." Darenza menampilkan eye smilenya.

Tombol bapernya kaka🤣


🔥🔥🔥

Dari rumah Vi, lalu mampir ke rumah Darenza terlebih dahulu dan sekarang di sinilah mereka ... berada di Gor Rajawali.

Sore ini kedelapan orang itu akan melaksanakan olahraga bersama. Yang ringan-ringan saja. Dimulai dari pemanasan, lanjut berlari memutari gor selama 3 putaran, dan terakhir mereka bermain bulu tangkis.

Darenza bermain dengan Vi, Afnan dengan Mahesa, Gemi dengan Adit, dan terakhir pasangan Lana dan Fiona.

Berlari tadi sudah cukup menguras energi mereka, namun, api semangat dalam diri masing-masing terus berkobar untuk permainan bulu tangkis ini.

Bulu tangkis adalah permainan yang sangat seru menurut mereka dan tak jarang diselingi dengan canda tawa.

Orang-orang yang berada di gor melihat delapan manusia itu, mereka menahan senyum dibuatnya. Selalu ada tingkah di antara Mahesa dan Darenza. Adit dan Afnan yang sok cool, membuat para perempuan menjerit tertahan.

Absurd sekali bukan tingkah mereka? Tak jarang juga para lelaki menatap penuh pesona pada Vi dan Fiona. Vi tubuhnya kecil namun begitu lincah bergerak dan Fiona memiliki tubuh tinggi proporsional seperti atlet.

"Break dulu. Haus gue," ucap Vi mengangkat tangannya.

Afnan yang mendengarnya langsung mengambil sebotol air mineral dan melemparnya ke arah Vi. "Thanks, Nad." Vi tersenyum saat botol itu berhasil masuk genggamannya.

Setengah botol Vi habiskan air minum itu. Ia benar-benar haus ternyata. "Yuk, mulai la--"

"Di depan ada tawuran?"

"Apaan tuh berisik banget?"

"Gaduh banget. Ada apasih?"

"Woi motor kalian dirusak!"

Teriakan dari orang yang terakhir membuat orang-orang yang di dalam gor berhamburan keluar.

Tempat parkir gor ini tidak terlalu jauh. Jadi, keluar gor hanya berjalan sedikit langsung sampai.

Saat di pintu keluar gor...

"Mana yang namanya Darenza?"

"Nah itu dia, bos!" sahut si anak buah yang mendapati wajah Darenza.

Darenza sendiri mengernyit bingung. Apaan ini membawa namanya?

"Kemari lo! Ikut gue!" Laki-laki yang berpenampilan serba hitam itu menarik kerah baju Darenza.

"Heh! Lo siapa dih? Sok asik banget sih!" Lana memegang tangan laki-laki tak dikenal itu. "Lepasin!" titah Lana.

"Gak perlu tau gue siapa."
"Yon?" ia menoleh ke belakang untuk memanggil temannya. "Urus nih cewek."

Temannya mengangguk.

"Sampe lo berani megang tangan tuh cewek, gua patahin tuh tangan!"

GLEG...

Semua orang menatap ngeri ke arah Adit. 'Sadis, bro!' kata yang cocok untuk mendeskripsikannya.

Afnan menarik tangan Lana dan membawa cewek itu ke belakang tubuhnya. "Gausah sok jagoan." ujar Afnan dingin.

Lana menatap kesal punggung Afnan.

"Lepas tangan kotor lo dari baju gue." Giliran Darenza yang bersuara ke lawannya.

Dan lawannya menuruti. "Gua males basa basi. Sekarang lo sama temen-temen lo ikut gue, atau kalo nggak mau, gua obrak-abrik nih gor."

"Emang ini gor punya leluhur lo? Sok iya banget lo begitu," sinis Vi sembari berkacak pinggang.

"Hey manis! Diam dulu lah mulut kau. Nanti lo dapet giliran kok sama gue," ia mengedipkan matanya genit ke Vi.

"Najis banget lagak lo!" Vi melebarkan senyum miringnya.

"Buruan pilih! Jangan bengong aja lo!" bentaknya kembali menatap Darenza.

"Kalo gua gak mau gimana?" tantang Darenza.

"Lo mau main-main sama gue?" ucapnya geram, "banyak bacot, anj!" ia melemparkan sebuah batu yang entah dibawa dari mana dan anak buahnya mengikuti tindakan bosnya itu.

Kayak gini ceritanya mah, ngebahayain orang lain yang gak tau apa-apa tentang ini. Padahal tadi mereka bilang ada urusan sama Darenza, kenapa orang-orang yang sedang olahraga di gor jadi ikut imbasnya?

Adit dan Mahesa siap menerjang orang-orang serba hitam itu. Vi yang melihat pergerakan temannya langsung menahan. "Jangan sekarang, kita kalah jumlah."

"Gua yakin, ini pasti orang suruhan Ande," sambung Darenza.

"Udah. Kita ikutin dulu alur main mereka," ujar Gemi.

"Gua mau liat sampe mana gobloknya," ujar Fiona melipat tangannya.

Darenza mengangguk. "Di mana pun nanti kita dibawa, jangan ada yang bertindak semaunya, sebelum gua atau Vi yang ngasih perintah, oke? Kita harus lawan bersama-sama dan tetap waspada!"

Semuanya mengangguk setuju.

"Berhenti setan!" Darenza teriak lantang dan begitu menyeramkan.

Orang-orang serba hitam itu menghentikan aksinya.

Darenza menoleh ke belakang, ia melihat orang-orang yang berada di gor tadi terkena luka parah atau tidak.

"Sebelumnya, gua mau minta maaf. Ini pure salah gue. Emm, kalian baik-baik aja?" tanya Darenza.

Beberapa dari mereka mengangguk.

"Ada yang perlu dibawa ke rumah sakit?"

Eh, malah pada diem.

"Oke. Kalo begitu..." Darenza mengeluarkan sesuatu dari dompet dan memberi ke orang terdekatnya. "Ini ada kartu nama gue. Yang mau ke rumah sakit silakan. Nanti telpon nomor yang ada di kartu itu dan gue yang akan bayar administrasinya. Jelas ya?"

"Sialan, buru anj ikut gue!" ucap bos geng itu yang sudah tak sabaran dan anak buahnya menggeret paksa Darenza dkk memasuki sebuah mobil.

🔥🔥🔥

Sampai di sebuah gudang yang cukup besar, Darenza dkk dihempas begitu saja ke lantai.

"Pelan-pelan dong! Gak ada manisnya dikit sama cewek!" sungut Lana sembari membersihkan tangannya yang kotor.

"Wah, cepet juga, ya, udah pada dateng," ujar seseorang yang tiba-tiba keluar dari arah dalam dan menghampiri Darenza dkk.

"Eh, nenek lampir! Ngapain lo di mari?" tanya Lana seraya bangun. Matanya menatap nyalang ke arah Monica.

"Lo ngomong sama gue?" tanya Monica sambil mengibaskan rambutnya.

"Bukan. Sama khodam lo,"

Bhakk...

Mahesa yang humornya sangat receh, menyemburkan tawanya begitu saja.

"Lan! Ikut Master Chef deh! Kali lo menang jadi pelawak," ujar Mahesa.

"Lo kayaknya harus ikut Indonesian Idol, Sa! Cocok lo jadi pemeran film azab!"

"Heh! Mengadi-ngadi!" Kedua manusia itu tertawa ngakak.

"Udah bercandanya?" tanya Ande.

Lana meredakan tawanya, matanya melirik ke arah Ande.

"Keras banget tuh muka. Senyum dikit ganteng kali, ya?" Lana memberikan banyolan lagi.

"Kok diem? Baper?" Lana tersenyum jail.

"Berisik banget lo jadi cewek. Diem dulu bisa gak sih?!" tukas Bondan.

Lana kicep.

"Lo semua keluar aja. Jaga di depan," titah Ande ke orang-orang yang berpenampilan serba hitam itu dan mereka menurutinya.

Ande berjalan ke arah seseorang dengan gaya sengaknya. "Hallo cantik! Ketemu lagi kita." ia mencolek dagu Vi.

"Lo berani megang Vi lagi ... gua potong abis aset masa depan lo." Darenza menegaskan.

Ande mengangkat kedua tangannya. "Wihh, pawangnya marah, gais." ucapnya meledek.

"Stop it!" ujar Vi, "mau apalagi kalian?" tanyanya sambil berkacak pinggang dan tatapannya terlihat jengah ke semua lawannya.

"Tada ... We have a gun!" Ande mengeluarkan pistolnya lalu teman-temannya ikut mengambil pistol mereka masing-masing. "And..."

"What is it?" Ande juga mengeluarkan celurit dari balik celana belakangnya.

"Sajam," sahut Elis.

"Pinter, baby." Ande sekilas tersenyum ke arah Elis.

"Bosen idup apa gimana Tong? Neng? Siap ketemu pak pol and ngedekep di jeruji besi?" tanya Lana menggelengkan kepalanya. "Buset, gak sekalian bawa pisau daging? Kali berguna."

DOR..

DOR...

DOR...

Tiga tembakan Ande layangkan ke sembarang arah. "Ayo bertarung!" ajaknya.

"Tunggu! Sebelum itu..." Darenza merogoh saku celananya dan keluarlah pisau lipat dari sana. Tanpa terduga, ia menyayat jari telunjuknya. Darah segar perlahan mulai mengalir keluar.

Langkah sigap Darenza berhasil mengukung Monica di dalam lengannya. Satu tujuannya tercapai. Dari arah belakang, Darenza membawa pisau itu mengenai kulit leher Monica.

"Gua tau, nih cewek termasuk yang punya andil besar 'kan atas semua rencana?" Darenza menyeringai. "So ... turunkan semua senjata lo dan gua bakal lepasin nih cewek."

"Buru lakuin! Jangan diem aja! Tadi lo pada liat 'kan? Seberapa tajam nih pisau, atau ... lo mau nih cewek mati?" desak Darenza menekankan pisau itu pada leher Monica.

Monica yang dikungkung itu mulai meringis.

"Lo semua tanpa cewek ini, gak ada apa-apanya ye 'kan?" Senyum remeh sekarang keluar dari bibir Darenza.

Brak...

Satu pistol terjatuh ke atas lantai. "Cepet buruan! Kalian turunin semua senjata! Gua gak mau ya, temen gue kenapa-napa." ujar Elis.

"Perempuan berhati iblis itu, lo anggap temen lo, Lis?" tanya Mahesa tak percaya. "Sadar gak lo barusan ngucap apa?" Nada suara Mahesa meninggi dan tangannya terkepal di sisi tubuh.

Fiona yang merasa emosi pacarnya mulai naik, mengelus-elus pundaknya supaya tenang.

Ande berada di pojok ruangan, diam-diam menelpon geng suruhannya yang tadi ia titah keluar, untuk masuk kembali ke dalam gudang ini.

Sayangnya, gerak-gerik Ande terbaca oleh Vi. Satu kakinya terulur untuk menendang supaya ponsel itu terlepas dari genggaman Ande.

Berhasil!

"Belom mulai pertarungannya, gausah manggil anak buah dulu lah. Ngaku banget beneran bakal kalah?" tanya Vi.

DOR...

Ande menembak kaca jendela di sebelah Vi untuk membuatnya takut. "Diem mulut lo cewek angkuh!" gertak Ande.

"Oke. Kalian gak mau nurutin, ya? Yaudah, say goodbye sama nih cewek." Suara Darenza menginterupsi.

"Turunin!" Suruh Bondan kepada teman-temannya.

Ande berdecak tak suka, tapi, terpaksa ia menjatuhkan pistol dan sajamnya.

Darenza melempar Monica ke pelukan Bondan. "Setimpal." ia menyunggingkan senyumnya. Lalu, memasukkan pisau lipat itu ke saku celana. "C'mon!" Darenza berlari dan menerjang badan Ande.

Mahesa yang sudah kepalang kesal dengan Monica, menarik kerah bajunya dan mulai berduel.

Adit melawan Bondan, sedangkan Vi melawan Elis.

Lana, Gemi, dan Fiona sudah diamankan Afnan di sudut ruangan. Karena para ciwi itu tidak bisa bela diri.

TBC

Darenza Rigo

Saviza Evelyn (Vi)

Mahesa Guntara

Lana Olviandita

Afnan Nadir (Nad)

Monica Valerie

Raditya Beverly (Adit)

Bonni Daniel (Bondan)

Alicia Caroline (Elis)

Ande Javiero

Fiona Tsuraya

Gemi Nabilla

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 117K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
1M 21.4K 33
Alea Sabrina Putri-gadis polos yang manja, tidak sengaja bertemu dengan Andra Putra Pratama-lelaki dingin berkepribadian hangat. Pertemuan pertama ya...
27.9K 4K 65
HAI-HAI! 🦋🦋🦋 SEBELUMNYA AKU MINTA MAAF SAMA KALIAN SEMUA, YA! MUNGKIN ADA BEBERAPA PART YANG NGGAK NYAMBUNG ATAU ANEH. KARENA, CERITA INI SEDANG M...
310K 15.9K 24
[HARUS FOLLOW DULU BARU BACA!!] Atarick Madhyapada namanya. Ketua geng Gester di SMA Salakanagara. Cowok dingin, ketus, bermata tajam, dan mematikan...