Hi guys!
Makasih udah baca cerita ini :)
Seperti biasa, kalo ada yang typo tulis dicomment ya...
Jangan lupa vote supaya aku makin semangat lagi buat bikin ceritanya.
Tungguin terus kelanjutan dari cerita ini.
SELAMAT MEMBACA :)
_________
"Sabar Res, sabar..." ucap Ares dalam hati sambi menarik napasnya. "Gini ya, Rebeca. kita kan baru kenal seminggu, masa lo udah ngajak gue jalan. Emang nggak takut?" lirih Ares. Dengan cepat Rebeca menggelengkan kepalanya.
Ares mengharapkan dia takut, tapi kenapa...
Arrgggg!
"Soalnya... aku percaya sama kamu" kekeh Ares mendengar kata ‘kamu’ dari mulut cewe itu. "Kitakan udah temenan dari kecil" sambungnya membuat Ares terlonjak kaget dengan kata-katanya.
Cewe yang ada di hadapannya sekarang, adalah teman masa kecilnya? Sejak kapan? yang Ares ingat ia hanya punya teman cowo.
"Setelah aku pindah ke London, kita udah jarang banget ketemu, main bareng. Aku rindu kamu, Mahendra"
lagi dan lagi Ares dibuat terkejut dengan cewe satu ini. Dia memanggil Ares dengan 'Mahendra’
Memang benar, dulu waktu Ares masih kecil dia selalu dipanggil Mahendra oleh teman-temanya di Amerika. Jadi mana mungkin cewe itu berbohong.
"Dan setelah aku ketemu Mama kamu kemarin, dia kasih tahu aku kalo kamu udah berubah"
Ares masih tidak menyangka, kalo Rebeca adalah teman masa kecilnya.
"Ya udah sekarang mau lo apa?" tanya Ares dengan muka yang datar.
"Aku mau kita jalan-jalan dan mengingat lagi kenangan masa kecil kita" jawab Rebeca seraya menggigit bibirnya berharap Ares mengiyakan ajakan tersebut.
"Nggak! nggak bisa, gue ada urusan"
"Urusan apa?"
"Lo nggak perlu tahu. Dan bisa nggak, ngomongnya nggak usah pake aku-kamu? kita bukan sepasang kekasih, atau anak kecil. Kita udah nggak ketemu bertahun-tahun, jadi nggak ada alasan untuk pake aku-kamu lagi, cukup gue-lo. Dan satu hal lagi, gue udah berubah, gue bukan Mahendra yang lo kenal dulu. Mahendra yang lo kenal udah mati, dan sekarang hanya ada Ares. Jadi jangan paksa Ares untuk kembali menjadi Mahendra, karna gue udah muak!" Ares lalu meninggalkan Rebeca.
Rebeca mengerucutkan bibirnya, tak lama ia mengikuti Ares berjalan ke mobilnya.
Ares memutar bola matanya. "Ngapain lagi si?!" tanya Ares kesal.
"Ikut kamu" Rebeca langsung masuk kedalam mobil Ares dan langsung memakaikan seat belt agar Ares tidak bisa menyuruhnya keluar.
Ares membuka pintu mobilnya. “Keluar nggak!”
“Nggak bisa, udah pake seat belt” Ares memutar bola matanya lalu melepas seat belt itu, tapi Rebeca langsung menahannya.
“Ih! orang aku mau ikut juga. Kalo kamu nyuruh aku turun, aku bilangin mama kamu”
“Bodo, nggak peduli. Laporin sana” ucap Ares yang berhasil melepas seat belt. “Gue minta lo turun sekarang, TURUN!”
Rebeca mengerucutkan bibirnya lalu membuka pintu itu. Saat Ares masuk kedalam mobil, Rebeca langsung beru-buru menutup kembali pintu mobil itu dan memasang seat belt-nya.
Ia memegang seat belt itu dengan erat lalu menjulurkan lidahnya menatap Ares. Ares mendengkus kesal, ia menyalakan mobilnya lalu menggeber membuat Rebeca takut dan tak sengaja memegang tangan Ares.
Ares langsung menatap cewe itu dengan sinis lalu melepas paksa genggaman itu.
“Nggak sok imut lo!” Rebeca mengerucutkan bibirnya.
.....
Sampainya Ares dirumah Atena, ia langsung parkir persis didepan rumahnya.
"Ini kita kemana si?" tanya Rebeca, tapi Ares menghiraukannya dan turun dari mobilnya.
Ares mengetuk pintu itu, tapi tidak ada jawaban sama sekali, ia mengelilingi rumah itu terlihat sepi seperti tidak ada penghuninya.
Ares mengecek chatnya dan masih belum dijawab juga sama Atena. Ia pun kembali ke mobilnya, duduk diatas kap mobil sambil menatap rumah Atena yang kosong.
Rebeca keluar dari mobil lalu duduk disamping Ares. Ia menatap Ares, terlihat dari raut mukanya yang sedang sedih, entah sedih karna apa.
"Mahe-" terpotong Rebeca dengan Ares.
"Ares!" ucap Ares kesal.
" Iya-ya, Ares. Kenapa kam-"
"E-LO!"
"LO, aduuh.. sorry, sorry. Kenapa lo kesini?"
"Bukan urusan lo"
Rebeca mendengkus. "Ih udah salah mulu, terus dijawabnya malah begitu" gerutu Rebeca.
"Apa barusan lo bilang?"
"E-e-nggak, nggak" Rebeca panik sampai terbata-bata.
"Gua nggak budek ya"
.....
Keheningan terjadi di pertengahan jalan. Rebeca hanya memandangi jalan sedangkan Ares fokus menyetir. Tiba-tiba Ares memecah keheningan tersebut.
"Yang tadi itu rumah, Atena" Rebeca langsung mengok. "Lo tahu kan kalo dia nggak masuk selama seminggu?" sambungnya. Rebeca mengangguk.
"Gue khawatir, takut terjadi sesuatu sama dia. Gue udah coba chat dan telpon dia berulang-ulang kali, tapi nggak ada respon dari dia. Gue bener-bener khawatir"
Rebeca ingin sekali mengelus pundak Ares untuk menenangkan hatinya agar tak cemas dengan Atena, tapi ia takut kalo Ares akan menatapnya seperti tadi lagi.
"Sabar aja nanti juga dibales" ucap Rebeca kaku. Ares memberhentikan mobilnya.
Merasa mobil Ares berhenti berjalan Rebeca memasang muka tanda tanya. "Ko berhenti?" Ares menyerongkan badannya menghadap Rebeca.
“Masa kecil gue emang buruk, mungkin lo tahu itu. Tapi setelah gue ketemu sama, Atena. gue ngerasa berubah. Atena, ngerubah sisi buruk gue, menjadi orang yang lebih baik lagi. Dia ngajarin gue tentang banyak hal, dia memberikan kehangatan dan kepercayaan ke gue kalo gue bukan Ares yang dikenal sebagai anak mafia, pemabok, anak sampah, nggak bisa apa-apa, cuma bisa godain cewe, berantem dan lain-lain. Tapi, orang tua gue malah mengacuhkan gue, bilang gua sampah lah, nggak bisa apa-apa tanpa bantuan dari mereka" jelas Ares. Kekeh Ares lalu menggelengkan kepalanya. “Makanya, gue sekhawatir itu sama Atena. Karna tanpa ada Atena, mungkin gue akan tetap menjadi Ares Mahendra Zeus yang anak mafia, sampah dan nggak berguna" lanjutnya.
"Ternyata mama kamu benar, kamu udah berubah. Aku seneng dengarnya. Berkat, Atena. kamu menjadi Ares yang hangat" ucap Rebeca tersenyum menatap Ares.
Ares memicingkan matanya. "Maksud lo hangat?" tanya Ares dengan nada bicara yang sedikit tinggi.
"Ih kamu bener-bener kaya orang yang ada di film split tahu nggak" Ares menaikkan alisnya, ia bener-bener tak tahu apa yang dimaksud cewe yang ada didepannya.
"Jangan-jangan kamu punya kepribadian ganda ya?" tanya Rebeca seraya mentap Ares seperti orang yang ingin menginterogasi.
"Dih apaan si lo? nggak jelas ego! Bentar, dari tadi lo masih aja pake aku-kamu. LO-GUE!"
"Iya.. maaf, susah tahu”
“Bodo”
“Tuh kan, fix ka-, maksudnya lo emang punya kepribadian ganda. Tadi baik terus tiba-tiba sekarang marah, terus berubah jadi baik terus marah lagi terus tiba-tiba sedih, eh marah lagi" ucap Rebeca cemberut, yang membuat Ares tertawa kecil.
"Tuh kan tiba-tiba lo ketawa. Udah emang lo punya kepribadian ganda!"
"Iya kayanya deh" Ares tersenyum menatap Rebeca. Tak tahu kenapa Rebeca mirip dengan Atena, tapi bedanya ia tak secuek dan sedingin Atena. Tapi tetap Atena akan menjadi nomor satu dihati Ares.
.....
Hari ini Ares tidak menunggu Atena lagi di halte karna ia pikir Atena tidak akan masuk lagi.
Terdengar suara siswa lain yang ada didepan kelas 12 ips 1. "Aduuuh gak jadi nih kayanya kita olahraga. Padahal gua semangat banget ini buat olahraga"
"Iya betul, pake acara mau ujan lagi, kan kita nggak bisa cuci mata" saut teman yang ada disebelahnya.
Ares mendengar itu menggelengkan kepalanya. "Kacau anak sma zaman sekarang, otaknya udah pada travileng kemana-mana" ucap Ares dalam hati.
Lah apa kabar dengan Ares?
Kedua siswa itu menyapa Ares yang sedang berjalan ingin masuk ke kelas. "Res" Ares hanya menjawabnya dengan mengangkat kedua alisnya.
"Yah udah turun ujan bre"
Ares menengok kearah langit, hujan sudah membasahi lapangan sekolah. Ares menghela napasnya pelan. Ia melanjutkan langkah kakinya.
Tak lama kedua siswa yang tadi menyapa Ares melihat Atena bersama cowo lain.
"Eh itu bukannya, Atena. ya? udah masuk dia?"
"Iya bener, Atena. Tapi dia ama siapa tuh? V ya?”
Ares langsung memberhentikan langkahnya lalu menengok. Mata Ares berbinar setelah Atena masuk, tapi ada rasa kesal sedikit karna Atena bersama cowo lain berbagi payung.
Ares langsung berlari menghampiri Atena lalu memeluknya dengan erat sampai Atena tak bisa bernapas.
"Atena Azizah Arneta...! kemana aja si lo ha? kenapa nggak bales chat gue si! lo nggak tahu gue paniknya kaya apa? gue bener-bener khawatir sama lo, gue takut terjadi apa-apa sama lo. Gue nggak tahu apa yang terjadi kalo lo nggak ada" ucap Ares monoton.