Metanoia

By chocoxltes

113K 7.1K 2K

|| s e q u e l of Married Enemy Ini tentang bagaimana aku melupakanmu, tentang aku yang hidup di hantui mas... More

// tentang bagaimana tanpamu
// the boy who i hate
// the boy
// be friend
// again
// one fun day
// sebuah cerita
// keluh kesah
// what a day
// what a day (2)
// rasa
// the old side
// kencan?
// kencan? (2)
// membuka hati
// cerita lama
// pengungkapan rasa
// takut
// nikah muda?
// masa lalu
// double date
// deep talk
// promise
// our future
// bertukar cerita
// pergi lagi
// lost control
// berubah lagi
// the boy who i hate (2)
// keera bet
// penjelasan
// the day
// drunk
// malika side
// khalid
// safe place?
// a party
// pesan singkat
// mine
// a cold boyfriend
// lika
// satu bulan berharga
// yellow
// him

// break up

614 76 41
By chocoxltes

Di dalam perjalanan aku hanya terdiam seraya mencubit jari-jariku agar menahan tangis yang sudah meluap sejak tadi, bahkan tenggerokanku rasanya perih sekali. Di depanku ada Malika dan Gaffriel yang berbincang-bincang, mata Gaffriel sesekali menatapku dari pantulan kaca entah kenapa. Ah, rasanya sakit sekali bahkan untuk pura-pura seakan keadaanku baik-baik saja susah sekali, lagi pula kenapa Gaffriel harus berbohong segitunya untuk Mal— oh, iya, justru harusnya aku yang kenapa, udah tau Gaffriel memang sayang sama Malika.

Aku menghela beberapa kali, menatap ke luar kaca untuk mengalihkan pembicaraan mereka yang tak kuketahui. Perjalanan kami mungkin sudah setengah jam jadi pasti tidak lama lagi akan sampai dan aku akan langsung turun mencari toilet tidak peduli lagi apa pemikiran Malika ataupun Gaffriel nanti. "Isi bensin bentar, ya," Ujar Gaffriel seraya membelokan setir. "Iyaa gapapa, biar ntar langsung pulang, ya?" Tanya Malika di balas anggukan.

Aku mendengus diam sementara Gaffriel sudah turun dari mobil menyisihkan aku dan Malika di dalam mobil. "Cie pasti sedih ya liat pacarnya bela-belain jemput cewek lain? Udah tau cowoknya suka sama cewek lain, masa maksa sih," cibir Malika disana.

"Lagian kok lo gak putusin, sih?! Lo nyari masalah sama gue, ya? Lagian suka lo itu karna fisik Gaff doang kan? Gak usah sok tulus gitu lah, basi amat." Lanjutnya lagi membuat rasa tangisku makin meluap. Tahan Anna, yang waras ngalah, ya...

Tuhan berkehendak kepadakku karna saat Malika ingin membuka suara lagi Gaffriel sudah memasuki mobil. Entah mungkin Gaffriel tau tapi dia menatapku dari kaca spion sebelum akhirnya menyalakan mesin mobil dan aku masih tetap memilih diam.

Setelah sampai di tempat aku menuruni mobil seraya dengan Gaffriel, ia mendekati Malika berbisik entah apa tapi Malika menatapku sinis lalu meleggang masuk ke dalam. Aku membenarkan posisi tote bagku yang agak berat sebelum mengikuti langkah Malika, tapi Gaffriel menahan lenganku tepat saat aku melangkah di depannya. "Apa?" Tanyaku sinis.

"Lo kenapa gak nurut?" Aku menatapnya heran, ia menghela berat menungguku membuka suara dan akhirnya aku memilih mengalah untuk menjawab pertanyaan konyolnya. "Nurut apa?" Tanyaku balik.

"Nurut buat gak ke parkiran,"

Aku terkekeh sinis. Apa yang kudengar? Benar-benar pertanyaan yang membuat dirinya terlihat brengsek. Tapi entahlah aku ini memang wajar untuk marah atau tidak karena memang pacaran ini terjadi karena paksaan. "Emang kenapa? Biar lo gak ketawan jalan sama Malika? Lo bohong buat biar gak ketawan? Lucu banget, lo yang ngajak lo yang panik." Sinisku.

"Enggak Anna dia yang dateng sendiri ke gue karna liat Zenly, gue juga kaget tiba-tiba dia nelpon nanyain mobil gue parkir dimana," jelasnya begitu terlihat khawatir akan aku. Baru saja aku ingin membalas ucapannya, salah satu teman Gaffriel menyapa untuk masuk ke dalam sehingga Gaffriel memilih untuk mengikuti ajakan temannya dan menarik tanganku untuk ikut masuk.

Aku menatap terus bagaimana Gaffriel menggandengku bahkan amarahku tiba-tiba terlupakan berganti menjadi senang karna tindakan Gaffriel yang sangat tidak kutebak. Di dalam Gaffriel menyapa beberapa temannya masih dengan posisi menggandeng tanganku lalu seusai acara menyapa ia menarik tanganku ke arah kursi penonton. "Lo duduk disini dulu ya, tunggu gue istirahat main kita omongin. Gue mau ganti baju dulu," ujarnya lalu kutahan lengannya sebelum ia balik. Masih dalam diam aku merogoh tasku mengambil tempat minum berisi penuh kepada Gaffriel lalu ia meraihnya dalam senyum. "Makasih, ya, Anna." Lalu berlalu menyisihkan aku yang diam-diam tersenyum malu.

Kurang ajar cuma karna gandengan Gaffriel aku kembali luluh. Sepertinya aku sudah gila akan Gaffriel dan ini sungguh akan menyakitkan nantinya. Baru saja ingin bersandar tenang Malika datang duduk di sampingku, ia melipat kedua lengannya di depan dada. "Jangan merasa istimewa karena di gandeng Gaffriel, kemaren-kemaren gue sering. Oh, iya, cepetan deh lo putusin dia atau lo kema imbasnya. Gue masih baik loh nahan selama mau dua bulan." Ujarnya lalu ia pergi kembali ke kerumunan tempat teman-teman kampusnya.

Sial, baru saja aku bahagia. Sejujurnya juga aku lelah dengan drama Malika ini, aku ingin sekali hidup tentram tapi sepertinya kehadiran Malika tidak bisa membuatku merasa aman dan nyaman belakangan ini. Lalu mungkin Malika benar, mungkin ini saat yang tepat juga untuk mengakhiri hubungan ini... tapi aku tidak menyangka kalau aku mengakhiri disini. Peluit di bunyikan dan permainan dimulai.

Aku menatap Gaffriel disana yang sedang mengatur nafas setelah mencoba merebut bola dari lawan dan senyumku mengembang begitu saja. Lihatlah semangat itu, antusias itu, aku bisa melihat jelas bagaimana Gaffriel menatap bola itu dengan penuh ambisius, sayang sekali hanya di jadikan hobi. Aah aku sangat menyayangi lelaki ini kenapa situasi sangat tidak mendukungku? Aku masih ingin menatap wajah datarnya, masih ingin melihat senyum tipisnya saat salah tingkah sambil membuang muka, masih ingin merasakan hangatnya tangan besar yang menggenggam tangan mungilku. Sudahlah, ini tidak akan ada ujungnya, inti pada hari ini aku harus menyudahkan sebelum aku semakin jatuh cinta kepada Gaffriel.

Aku harus egois dengan perasaanku.

Aku menghela sambil menatap layar ponsel dan teringat akan group tugas kelompokku yang belum kubuat. Aku segera membuat group dan memasuki orang-orang yang akan menjadi teman kelompok, lalu segera aku membuat pesan agar tidak banyak mengulur waktu.

Kerkom FH' 5

Anna Derulia: Haloo nanti malam gue kasih daftar yang harus di kerjakan, kalian tinggal pilih mau kerjain bagian mana ya. Tolong kerja samanya, terimakasih 🙏🏻

Aresh Keeland: Ok Na, makasih, mohon kerja sama nya juga yah.

M. Dito: Sip Na

Pricilla: Gue yg gmpng aj y, soalny gue lg sbuk jg nih

M. Dito: Sibuk apaan?

Pricilla: Kan mau ngedate sama kamu

Vinna S: Okay Anna, kalo butuh bantuan bilang aja ya ntar gue bantu

Aresh Keeland: Iya, Na pc juga boleh

Pricilla: Yeee buaya Aresh

Aresh Keeland: Deh apaacii Cillaaaa

M. Dito: Wkwk gas troos

Pricilla: Apasiih Aresh, lu mah ganteng doang setia ngga, mending sama Ditoo <3

Aku menatap layar ponselku kesal dan memilih untuk mematikan ponselku agar mengalihkan pikiran. Kenapa hidupku harus berurusan sama orang menyebalkan, sih? Kutukan Ibu Tiri mana, Ayah aja tidak menikah lagi kok aku ada aja masalahnya.  "GAFFRIELL SHOOTTTT!!! GOOD JOOOBBB!!!" Teriak para penonton membuatku ikut senyum bahagia melihat Gaffriel berhasil mencetak point.

Ponselku berdering beberapa kali menampilkan isi chat group di lockscreen.

Aresh Keeland: Yaudah ntar gue malem ini ya Cilla

Pricilla: Nobar aja ayo, Dito mau gak?

M. Dito: Heh ini grup kerkom, pc aja

Pricilla: Ah santai ajaa udah kaya skripsi aja heboh. Anna mn sih, Vinna mo join g?

Vinna S: Nggak deh, mau bantu Anna aja kalian dulu aja kalo ada waktu mungkin join..

Aresh Keeland: Ok Vinna. Anna gak join nih? Ayo Na ramein biar Vinna ikut tuh

Aresh Keeland: Anna lagi sibuk yah

M. Dito: Brisik bgo Anna males sama lu

Pricilla: Tau Aresh

Sabar Anna... Anna anak waras, anak baik, anak Bunda sama Ayah paling cantik, sabar terus yaaa Batinku seraya mengelus dada. Pluit di bunyikan, aku mendongak cepat melihat apa yang terjadi di lapangan dan ternyata pertukaran pemain. Gaffriel keluar dari lapangan dengan jalan pincang, aku segera menyampirinya cepat seraya membuka tasku untuk mengambil botol minum yang kubawa untuk Gaffriel.

Sesaat ingin memberikan botol, Malika sudah berdiri di depan Gaffriel memberikan handuk kecil. Gaffriel menyadari kehadiranku, dia berjalan ke arahku perlahan dengan jalan pincang mengabaikan Malika disana. "Hey, mau kasih apa?" Tanyanya lalu mengambil botol minum dari genggamanku. "Ini, ya?" Tanyanya lagi.

"Aturan ambil handuk Malika buat elap keringat lo dulu."

Ia menggeleng, meneguk air minum bawaanku setengaj botol lebih, "Gapapa, bisa nanti, gue butuh minum,"

Aku tersenyum, mataku mendapati Malika menatapku penuh kekesalan membuatku menghela berat dan kembali fokus kepada Gaffriel. "Gaff, udahan, ya?" Ujarku begitu saja. Entah, aku tidak tau kenapa aku malah mengucapkan kata itu, aku tidak berniat untuk mengucapkan sekarang tapi mulutku tidak sinkron dengan hatiku. Wajah Gaffriel terlihat terkejut dan heran. Ia diam masih memegang botol minumku. "Kayaknya ini yang terbaik buat kita, perjuangan gue sampe sini aja, lo berhak bahagia..."

"Lo masih marah sama masalah tadi, ya?" Tanya Gaffriel keluar dari topik. "Gue mau putus."

"Gue nanya loh, di jawab." Ujarnya lagi dengan tegas, tapi aku tidak tahan untuk berdiri lagi. Aku lebih memilih egois dan pergi dari sini. Aku juga yakin ia menahan rasa sakit kaki cederanya, lihatlah begitu egois aku di hubungan ini Friel...

"Kita putus, gue pulang ya. Makasih Gaffriel..." Aku merogoh isi tasku, lalu memberikan ke Gaffriel kotak makan yang sudah kubuat pagi tadi sebelum ke kampus. "Di makan, ya, kalo gak enak atau gak mau buang aja gapapa. Gue duluan." Lalu aku pergi, aku pergi meninggalkan Gaffriel yang terheran dan masih berdiri mematung menatap kepergianku.

Sudah... sudah selesai hubungan manis ini, setidaknya aku sempat memilikimu walau kenangan yang kita buat tidak terlalu banyak untuk di kenang, tapi aku sangat menikmati dan bahagia sekali bersamamu. Semoga di kehidupan selanjutnya hubungan kita bisa lebih baik lagi. Semoga kamu bahagia dengan Malika.

Badanku bergetar, aku buru-buru memesan ojek online sesambil menahan tangis. Astaga aku tidak bisa menahan tangis kali ini. Gaffriel juga tidak mengejarku, mungkin memang ini yang ia tunggu. Ini yang terbaik, ya, ini terbaik untuk kita.

Continue Reading

You'll Also Like

5.7M 69.7K 40
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
437K 17.7K 34
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
5.6M 295K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
212K 30.8K 39
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...