Virtualzone [COMPLETED]

Por renaislaminrazizah

29.3K 3.2K 4K

[Hak Cipta dilindungi Allah] . Untuk yang selalu menunggu kabar melalui notifikasi Untuk yang sedang bertema... Más

Trailer dan Visual
Virtualzone - Chapter 1
Virtualzone - Chapter 2
Virtualzone - Chapter 3
Virtualzone - Chapter 4
Virtualzone - Chapter 5
Virtualzone - Chapter 6
Virtualzone - Chapter 7
Virtualzone - Chapter 8
Virtualzone - Chapter 9
Virtualzone - Chapter 10 + Tailer Baru
Virtualzone - Chapter 11
Virtualzone - Chapter 12
Virtualzone - Chapter 13
Virtualzone - Chapter 14
Virtualzone - Chaper 15
Virtualzone - Chapter 17
Virtualzone - Chapter 18
Virtualzone - Chapter 19
Virtualzone - Chapter 20
Virtualzone - Chapter 21
Virtualzone - Chapter 22
Virtualzone - Chapter 23
Virtualzone - Chapter 24
Virtualzone - Chapter 25
Virtualzone - Chapter 26
Virtualzone - Chapter 27
Virtualzone - Chapter 28
Virtualzone - Chapter 29
Virtualzone - Chapter 30
Virtualzone - Chapter 31
Virtualzone - Chapter 32
Virtualzone - Chapter 33
Virtualzone - Chapter 34
Virtualzone - Chapter 35
Virtualzone - Chapter 36
Virtualzone - Chapter 37
Virtualzone - Chapter 38
Virtualzone- Chapter 39
Virtualzone - Chapter 40
Virtualzone - Chapter 41
Virtualzone - Chapter 42
Virtualzone - Chapter 43
Virtualzone - Chapter 44
Virtualzone - Chapter 45
EXTRA CHAPTER
BONUS CHAPTER
AU VIRTUALZONE

Virtualzone - Chapter 16

493 69 86
Por renaislaminrazizah

Hai hai, aku kembali.

Jangan lupa feedbacknya, klik bintang enggak sesulit lupain mantan kok. Ramein komen juga dong, jangan lupa share biar ada temen kalian gibahin Bara dengan keabsurdannya.

Enjoy 💜

"Ra, lo ngocok adonannya yang bener dong jangan sampe muncrat-muncrat gitu," protes Dika.

"Enggak ada ya, orang bersih gini." Rayya tidak mau kalah. "Udah cepet masukin tuh yang lo pegang."

"Enggak mau dia, lubangnya kekecilan."

"Kan lo yang buka, kok lo juga yang protes?" Rayya masih sibuk dengan aktivitas sebelumnya. "Lama lo! Sini ah." Dia mengambil alih tepung terigu yang ada dipegang Dika dan mengambil gunting untuk memotong plastiknya.

"Bikin kue aja ribut banget ya," tutur Bunda yang baru masuk ke dapur.

"Tau tuh, Tan," cibir Gita ikut mengompori. Kehadiran Gita hanya menjadi penonton keributan yang terjadi sambil streaming musik video terbaru dari NCT Dream yang berjudul Hello Future.

"Sini biar Bunda aja yang lanjutin. Dika duduk aja."

"Beneran Tante?" tanya Dika.

Bunda Rayya mengiyakan pertanyaan Dika dengan anggukan singkat.

"Makasih Tante." Dika hendak memeluk Bunda Rayya dari samping, tetapi Rayya menepis tangannya.

"Tangan lo kotor, enggak usah peluk-peluk Bunda gue," ketus Rayya.

Keributan yang terjadi beberapa menit yang lalu itu disebabkan oleh Dika yang ingin memberikan kue matcha untuk ibunya Aletta sebagai suapan agar diizinkan memacari satu-satunya anak perempuan di keluarga mereka. Ibunya Aletta sering membeli kue matcha di toko milik Bunda Rayya, jadi Dika berinisiatif untuk meminta resep.

Agar tidak mengganggu ketertiban pembuatan kue, Dika memutuskan untuk duduk di meja makan bersama Gita dan menyantap potongan kue yang sudah di simpan di sana sembari memperhatikan dua orang perempuan yang masih sibuk membuat kue untuknya. Berbeda dengan Dika, Rayya masih berada di samping sang Bunda membantunya membuat kue. Jika soal memasak, dan membuat kue, sebenarnya Rayya tidak kalah dengan Bunda. Sejak kecil dirinya sering melihat Bunda di dapur dan berkutat dengan alat-alat perangnya. Itulah kenapa kedua orang tua Rayya tidak akan khawatir meninggalkan anak tunggalnya sendirian di rumah, Rayya tidak akan kelaparan karena dia bisa memasak apa yang dia inginkan.

Tiga puluh menit berlalu, kue itu sudah berdiri cantik di atas piring dan siap untuk dinikmati. Sebenarnya Dika bisa saja membeli langsung dari toko kue milik Bunda Rayya, tetapi dia ingin membuatnya langsung walaupun melalui perantara tangan Rayya dan Bundanya. Bunda Rayya segera memasukkan kue tersebut ke dalam box kue yang sudah dibeli Dika.

"Tante, Dika titip kuenya di sini aja ya. Takutnya kalo dibawa pulang dimakan sama Mamah."

Bunda mengangguk. "Iya, boleh."

"Pajak penitipan dan pembuatan kue sebesar Rp. 1.000.000," gurau Rayya.

Mata Dika terbuka lebar begitu mendengar ucapan Rayya. "Ebuset, mending gue beli aja tadi daripada bikin sama lo."

"Zaman sekarang enggak ada yang gratis. Apalagi ini Jakarta," timpal Gita. "Jakarta keras, Man," lanjutnya.

"Ikut nimbrung mulu, lo." Dika melempar bantal kursi ke arah Gita.

"Suka-suka gue gitu lho," ucap Gita dengan nada mengejek.

"Udah-udah, jangan malah berantem." Bunda melerai perdebatan di antara dua anak muda itu. "Kamu pulangnya hati-hati. Lain kali jangan mampir lagi, ngerepotin." Bunda terkekeh di ujung ucapannya.

"Siap Tante, Dika bakalan lebih sering dateng lagi," ujarnya sambil menyimpan tangannya di sebelah kepala seperti sedang melihat bendara merah putih dikibarkan.

"Heh!" Gita meninju lengan kiri Dika. "Lo tuh diusir, bukan disuruh dateng lagi," sinis Gita.

"Suka-suka gue gitu lho." Dika meniru nada bicara Gita sebelumnya.

Sebelum terjadi perdebatan selanjutnya Rayya segera menarik Gita dari ruang keluarga menuju kamar untuk melanjutkan streamingnya dan membiarkan Dika berpamitan pada Bunda saja.

"Temen sekelas lo yang satu itu nyebelin banget," omel Gita saat sudah berada di kamar Rayya.

"Sekarang bilang nyebelin, nanti sukaaaa," goda Rayya.

"Amit-amit dah amit-amit," ucapnya sambil mengetuk-ngetuk meja belajar.

Rayya terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu. "Udah-udah, fans-nya Jaemin jangan ngedumel mulu."

Gita menjadi fangirl NCT karena seringnya Rayya bercerita seputar Jaehyun dan NCT kepadanya. Untung saja bias keduanya berbeda, jadi tidak pernah ada persengketaan di antara mereka. NCT juga yang mengeratkan persahabatan mereka. Jika bukan membicarakan seputar sekolah, mata pelajaran, obrolan mereka tidak akan jauh dari 23 bujang itu.

***

Rayya terlihat lebih segar setelah membersihkan dirinya beberapa menit yang lalu. Dia mengambil ponselnya yang sejak kepulangan Dika dia charger karena semalam tidak di- charger jadi baterai ponselnya tersisa 10%. Rayya menghidupkan ponselnya sambil menyisir rambut di meja rias. Merasa rambutnya sudah rapi, dia berjalan menuju balkon kamarnya sambil mengenggam ponsel,dan memeluk buku soal SBMPTN pemberian Pak Axel. Padahal buku soal yang dirinya beli bersama Raga beberapa minggu sedang berdiri tegak di meja belajarnya dan masih terbungkus rapi.

Lima belas menit Rayya membuka tiap lembar buku tersebut, membaca beberapa soal dan mencoba mengisinya sendiri tanpa bantuan. Namun tetap saja, dia butuh Raga untuk menjelaskan bagian yang tidak dimengertinya. Akhirnya dia menutup buku itu dan meletakkannya di pangkuan. Di genggamannya kirim sudah ada ponsel. Dia menyalakan data seluler ponselnya. Beberapa notifikasi dari berbagai media sosial miliknya menyerbu, tetapi sebuah notifikasi dari salah satu aplikasi menyita perhatian Rayya. Apalagi kalau bukan notifikasi dari Bara yang memberitahu soal keuwuan dua hewan peliharaan dirinya dan Oma.

Rayya memutuskan untuk menelepon Bara, karena pesan tersebut sudah dikirim dua jam yang lalu. Tidak perlu waktu lama, panggilan itu mendapat jawaban dari Bara.

"Halo," sapanya di seberang sana. "Ada apa, Ay?"

"Itu kok bisa mereka akur gitu?" Rayya langsung memberikan pertanyaan. "Lucu banget," lanjutnya.

"Makasih, gue emang lucu."

"Mulai deh, narsisnya kambuh." Rayya memutar bola matanya sembari terkekeh. "Tapi kok itu namanya agak kurang manusiawi ya? Satunya Cimol, satunya lagi Bangsat. Kenapa gitu?" heran Rayya.

"Ya wajar. Kan, mereka bukan manusia."

"Oke, terserah lo aja deh." Rayya mulai kesal dengan Bara.

Bara tertawa dengan respon Rayya. "Nama Cimol tuh sebenernya Comel, cuman gue menyelewengkan namanya jadi Cimol biar makin gemoy aja. Kalo Bangsat itu sebenernya singkatan dari Bambang Satria," jelasnya.

"Terus kenapa dising-"

"Iya, pertanyaan lo pasti kenapa gue singkat nama dia? Soalnya kalo gue panggil Bambang itu supir Oma. Entar malah dikira manggil Pak Bambang. Kalo gue panggil Satria, repot juga dikira manggil tukang bubur yang sering lewat di sini."

"Ada-ada aja deh lo ngasih nama hewan."

"Namanya juga Bara. Ya maaf kalo kadang barbar," tuturnya enteng. "Btw, lo lagi ngapain?"

"Gue barusan buka-buka buku soal SBMPTN, cuman bisa ngerjain beberapa soal doang. Masih banyak enggak ngertinya, butuh sahabat gue buat jelasin ulang," adu Rayya.

"Kalo sahabat lo lagi sibuk, gue mungkin bisa bantuin lo," tawar Bara.

"Beneran?"

"Iya."

Rayya menghela napas. "Kok bisa ya gue yang enggak bisa apa-apa ini punya temen-temen yang pada pinter?," keluhnya.

"Lo itu bukan enggak bisa apa-apa, mungkin lo belum tahu apa yang lo suka. Coba aja semua kesempatan yang ada. Lo jangan ngira gue bisa, gue rajin dari dulu. Gue ini cowok biasa yang duduk paling belakang waktu sekolah, langganan masuk BK lagi," terangnya. Bara memberi jeda sejenak pada ucapannya. "Gue mulai berumah dan belajar serius itu waktu naik ke kelas 9. Gara-gara denger dongeng dari Oma. Tentang seorang pemuda yang diumur belasan aja dia udah sultan terus menguasai lebih dari 5 bahasa asing, hafal banyak hadis. Bahkan diusianya yang ke-21 tahun, versi lain ada yang bilang usia ke-25 tahun dia berhasil menaklukkan Konstantinopel."

"Muhammad Al Fatih?" tebak Rayya.

"Bener banget. Gue terinspirasi dari dia. Yaaa gue tau enggak bakalan bisa nandingin dia, tapi setidaknya gue belajar banyak dari dia. Mungkin ini juga cara Allah buat bikin lo lebih rajin dengan mendatangkan orang-orang yang bisa bantu lo."

"Iya. Gue juga udah janji sama diri gue buat lebih rajin biar bisa banggain orang tua, sama Jaehyun."

"Buciiiiin, bucin. Kok malah banggain Jaehyun sih? Enggak mau banggain diri sendiri aja gitu?"

"Itu sih udah pasti. Lo sendiri lagi apa?"

"Gue bar-"

"Bara, bisa tolong Oma sebentar?" Ucapan Bara terpotong karena Oma memanggilnya.

Mereka menyudahi panggilan telepon dan kembali melakukan aktivitas masing-masing. Rayya meletakkan ponselnya, lalu membuka buku soal SBMPTN lagi. Nanti malam dia harus menghubungi Raga agar membantunya mengerjakan soal-soal yang belum dia pahami.

***

Lagu Bahagia milik GAC melantun dari ponsel menemani Rayya mengawali pagi ini. Sesekali badannya ikut bergoyang mengikuti alunan lagu, dan mulutnya bergumam menyanyikan lirik lagu tersebut. Rayya melihat pantulan dirinya di cermin yang sudah rapi dengan seragam sekolah. Dia meraih tasnya kemudian memeriksa buku catatan dan modul yang harus dibawa ke sekolah hari ini agar tidak ada yang tertinggal.

Tiba-tiba lagu itu berhenti, Rayya melihat ponselnya yang berada di atas meja belajar. Ternyata ada panggilan video dari Bara. Rayya sedikit ragu menerimanya, karena biasanya Bara hanya meneleponnya, bukan video call. Masih dengan keraguan dia menggeser layarnya ke atas pada untuk menerima panggilan terrsebut.

"Yon, ngariung teh di rumah weh ulah di warung, Oma rek masak cenah," ujar Bara. (Yon, kumpul di rumah aja enggak usah di warung, Oma mau masak katanya).

Wajah Bara tidak nampak di layar ponsel Rayya, hanya hitam saja. Bara juga memanggilnya Yon, bukan Ay. Mungkin dia salah sambung dan mengira bahwa ini adalah telepon, bukan video call.

"Bara?" panggil Rayya.

Dalam hitungan detik, wajah Bara langsung memenuhi layar ponsel milik Rayya dengan ekpresi kaget. Dia mengenakan kaus hitam dengan muka bantalnya, sepertinya dia baru bangun. Bara tersenyum tipis dan menyapa Rayya singkat, lalu memutuskan sambungan video call

Rayya hanya menggeleng sambil terkekeh melihat tingkah Bara. Itu video call pertama mereka setelah dua minggu saling mengenal dan bertukar kabar.

Sedangkan di seberang sana Bara sedang merutuki kecerobohan dirinya sendiri. "Aduh, kesan mimiti aing kitu pisan hareupuen gebetan." Bara menepuk jidatnya. (Kesan pertama gue gitu banget depan gebetan)

"Eh, tapi geulis ning," gumamnya sambil terkekeh. "Daekeun moalnya? Kan aing mah kentang." (Mau enggak ya dia? Soalnya gue kan kentang).

Gebetan cenah, guys 🤭
Gimana nih, restuin jangan Bara sama Rayya?

Oh iya, buat 2 minggu ke depan kayaknya aku enggak bisa update, karena lagi UAS. Maaf yaaa 😔

See you at the next chapter, papay 👋

3 Juli 2021

Seguir leyendo

También te gustarán

5.9K 3.6K 65
A Blue Story by Nora "Jika kita saling menggenggam, maka aku tidak menemukan alasan takut sendiri." Entah mana yang lebih menyakitkan, sendiri atau...
40.6K 4.9K 44
Genre : Fiction, romance, teenfiction. OPEN JASA SEWA PACAR, diskon hingga 30% --- "Mbak yang open, kan? Kalau saya ambil paket seumur hidup bisa?" ...
251K 13.5K 60
Pilih mana antara orang yang sempurna dimatamu tapi tak bisa memberikan kesempurnaan di hidupmu atau orang yang dari awal sudah kamu cap buruk tapi m...
little ace Por 🐮🐺

Novela Juvenil

900K 66.7K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...