I'm back hehe, alhamdulillah sekarang udah sehat. Kalian gimana kabarnya? Kangen aku gak? 😅
Ada yang masih nungguin cerita ini?
Kemaren ada bisikan-bisikan nyuruh update.
Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, komen, dan share juga ya. Kasih tahu temen-temen kalian. Komen dari kalian bikin moodku naik hehe.
Enggak usah banyak basa-basi, langsung aja.
Enjoy ❤
"Aa."
"Hati-hati, jangan lari," peringat Bara ketika mendengar suara panggilan itu.
Seorang anak perempuan berusia empat tahun berlari menghampiri Bara dengan langkah sedikit terhuyung. Wajahnya dengan jelas memperlihatkan bahwa dia baru bangun dari tidurnya. Siang ini Bara sedang duduk di meja warung Bu Ratih bersama Leon. Mereka sedang berbincang. Bara segera mengangkat anak kecil tersebut dan mendudukannya di meja menghadap dirinya. Entah pelet apa yang dipakainya sampai mampu mencuri perhatian setiap anak kecil di sekitarnya.
"Hai girl, wassap," sapanya sok gaul.
Anak kecil itu memperlihatkan barisan gigi putihnya ketika mendengar sapaan Bara.
"Bella bangun tidur ya?" tanya Leon sampil mencubit pipinya gemas.
Anak itu menepis tangan Leon. "Sakit," protesnya, "tadi pas Bella bobo denger suara Aa, jadi Bella bangun. Mau ketemu Aa," terangnnya.
"Kenapa mau ketemu Aa?"
Bara menunggu jawaban karena Bella sedang berpikir kata apa yang harus diucapkannya. "Tangen."
"Tangen?" tanya Leon. Bella mengangguk yakin. "Kangen," koreksi Bara.
"Iya, itu. Aa gak pernah main ke sini lagi."
Beberapa minggu ke belakang Bara memang jarang bertemu dengan Leon di sini. Tugas yang diberikan gurunya sedikit menumpuk, jadi dia hanya berkutat dengan tugasnya di kamar. Warung Bu Ratih sudah seperti basecamp untuk Bara. Saat dirinya masih sekolah, Bara dan teman-temannya yang lain selalu berkumpul di sini. Untuk sekadar ngopi, ataupun ngobrol. Warung Bu Ratih tidak terlalu besar pun tidak terlalu kecil. Seperti warung pada umumnya, Bu Ratih menjual keperluan dapur, jajanan, dan kalau pagi-pagi biasanya menjual bubur, nasi uduk, dan makanan berat lainnya untuk sarapan. Bara paling sering memesan nasi uduk, karena nasi uduk buatan Bu Ratih sangat terkenal enak dan cocok dengan lidahnya.
Ponsel Bara bergetar, panggilan masuk dari Oma. Bara mengusap layar ponselnya menjawab telepon tersebut.
"Bara kamu di mana? Oma dari tadi nyariin."
"Bara di warung Bu Ratih sama Leon. Ada apa Oma?"
"Oma." Bella ikut bersuara ketika tahu yang menelepon Bara.
"Halo Bella, sini dong main ke rumah Oma. Oma punya gula-gula kesukaan Bella lho."
"Mau, Oma." Bella antusias, matanya berbinar ketika mendengar ucapan Oma. Sedangkan Bara terkekeh melihat tingkah menggemaskan Bella.
"Bara mumpung kamu lagi di warung, beliin Oma gula, tepung terigu, margarin sama susu bubuk ke Bu Ratih. Satu kilo ya, nanti uangnya Oma ganti di rumah."
"Emang Oma mau bikin apa?"
"Oma mau bikin kue."
"Tumben enggak beli."
"Oma lagi pengen bikin aja, kenapa sih?"
"Eh kok sewot? Iya, bentar lagi Bara pulang sekalian bawa pesanan Oma."
"Oma tunggu, jangan kelamaan."
"Siap Ibu Negara."
Setelah sambungan telepon terputus, Bara meminta Leon untuk memegangi Bella. Bara menghampiri Bu Ratih untuk membeli apa yang dipesan Oma. Bella tiba-tiba berlari menuju Bu Ratih untuk meminta izin main ke rumah Bara. Namun tidak diberi izin karena Bella akan mengunjungi neneknya. Bella merengek dan memeluk lutut Bara seakan meminta bantuan untuk membujuk Bu Ratih. Tidak tega melihat Bella yang terus menerus merengek, Bara menyejajarkan tingginya dengan anak itu. Lalu memberikan beberapa janji manis yang berhasil membuat Bella berhenti merengek dan nurut pada Bu Ratih.
Dasar laki-laki, dengan mudahnya mengobral janji.
Setelah mendapatkan pesanan Oma, Bara berpamitan untuk pulang duluan pada Leon. Jarak dari rumah ke warung Bu Ratih tidak terlalu jauh sekitar tiga ratus meter. Bara menyumpal telinganya dengan airpods dan berjalan mengikuti irama lagu yang mengalun. Sesekali dia dance seakan member boyband terkenal. Tidak memedulikan tatapan orang-orang di sekitarnya. Setelah melewati semak-semak dia merasa ada sesuatu yang mengikutinya. Tidak mungkin jika Bella yang mengikutinya, karena sebelum Bara pergi tadi Bella sudah berada di pangkuan Bu Ratih. Apa mungkin sosok Mbak Kun yang mengikutinya? Tetapi ini masih terang. Jam tangannya menunjukkan pukul 14:52.
Ketika Bara menoleh ke belakang dia tidak melihat siapapun. Namun seekor mahkluk kecil ikut berhenti di belakangnya. Merasa gemas Bara membawanya ke pelukan. Mereka saling menatap beberapa detik, Bara berniat untuk memeliharanya sebagai ganti nyamuknya yang sudah mati di bunuh oleh Oma dengan obat nyamuk.
***
Rayya menutup novelnya, kemudian memperhatikan dua orang dihadapannya yang sedang sibuk memecahkan soal. Dia menoleh ke sekeliling. Perpustakaan cukup ramai tetapi tetap tidak ada suara, beberapa orang berada di depan komputer, beberapa lagi ada yang duduk di bawah rak buku sambil membacanya. Walaupun jam pelajaran sudah habis, tetapi perpustakaan tetap buka sampai jam empat sore. Perpustakaan sekolah cukup update soal bahan pustaka yang tersedia. Tidak hanya buku pelajaran tetapi ada juga novel dan bahan rujukan lainnya untuk menunjang pembelajaran.
Rayya menepuk tangan Raga. "Gue ke kantin ya," katanya berbisik.
Raga mengangguk. "Nanti kalo udah selesai gue susul ke sana."
Rayya menyusuri koridor dengan novel di pelukannya dan ponsel di tangan kanannya. Sekolah masih berpenghuni dan beberapa kelas juga masih terisi. Terdengar petikan gitar dan suara cewek menyanyikan lagu Mendarah milik Nadine Amizah ketika melewati ruang musik. Rayya hanya memesan es jeruk ketika sampai di kantin dan menggulir layar ponselnya, berjelajah di media sosial.
Rasa insecure juga pernah di rasakan oleh Rayya. Apalagi ketika melihat apa yang terpampang di media sosial, salah satunya instagram. Semua orang terlihat bahagia dengan topeng yang mereka gunakan. Padahal di balik topeng itu ada sesuatu yang tidak pernah kita ketahui. Setiap pasti memiliki dua sisi yang berbeda, yang terihat oleh kita hanya satu sisi saja karena mereka hanya ingin membagikan kebahagiaan dan melupakan sejenak apa yang sebenarnya sedang dirasakan.
Aktivitas yang dilakukan Rayya sebelumnya –scrolling di media sosial- terjeda karena satu notifikasi yang masuk dari Bara.
Barbara
Ay, lagi dimana?
Masih di sekolah, di kantin
Ada apa?
Enggak ada apa-apa sih, cuman mau ngasih tahu kabar bahagia aja
Wah, selamat. Apa tuh?
Gue punya peliharaan baru, seneng banget
Bukan nyamuk, kan?
Bukan, kali ini lucu
Kucing?
Lebih kecil dari kucing
Katak?
Kok katak sih?
Ya siapa tahu. Lo kan suka aneh-aneh bin nyeleneh
Nih, gue kirimin fotonya. Dia abis gue ajak main-main jadi tepar
Kalian tahu apa yang foto yang dikirim oleh Bara? Seekor anak bebek sedang terlentang.
Peliharaanya selalu di luar dugaan. Walaupun kali ini sedikit masuk akal memelihara anak bebek. Sepertinya cita-cita Bara sudah berubah bukan lagi menjadi Bang Toyib, tetapi menjadi peternak bebek.
Barbara
Lo nemu anak bebek di mana sih?
Kok kepikiran aja buat melihara anak bebek?
Tadi gue abis pulang dari warung, eh diikutin sama dia yang enggak tau asalnya dari mana. Ya udah gue bawa pulang aja
Oma gimana pas tau lo mau pelihara anak bebek itu?
Oma enggak masalah, asal enggak buang kotoran dimana aja
Terus mau lo taruh di mana?
Paling gue simpen di belakang, di kandang kucing bekas
Anak bebek itu lo kasih nama?
Gue belum ada nama
Saran dong
***
Bara berdiri di depan kaca menyisir rambutnya yang masih basah. Dirinya baru selesai mandi setelah memasukkan anak bebek itu ke kandang bekas kucing Oma yang ghosting entah ke mana dan tidak pernah pulang sampai sekarang. Entah dia lupa jalan pulang atau bisa jadi karena sudah menemukan rumah baru yang lebih nyaman. Setelah merasa tampan, dirinya keluar untuk membasahi tenggorokannya yang kering.
Di dapur ada Oma dan Bi Jani yang sedang sibuk dengan adonan kue. Bara berjalan melewati mereka untuk mengambil gelas lalu membuka kulkas dan menuangkan air dingin. Tenggorokannya terasa segar setelah meneguk satu gelas air dingin.
"Oma lagi bikin kue?" tanyanya memastikan.
"Iya, sini bantuin Oma sama Bi Jani."
"Jangan mendekat!" Bara mundur seketika. "Saya sudah minum, sudah mandi," lanjutnya.
Gimana? Udah seneng kan aku update? Kependekan gak?
Kuliahku semester ini udah selesai gais, bulan depan udah UAS aja. (Curhat dikit ehe)
Oh iya, fyi chapter ini aku banyak terinspirasi dari tiktok wkwk. Bara yang melihara bebek pun karena video si Masnya lewat fyp waktu itu. Sayangnya aku lupa ss akunnya, kalo ada yang tau komen ya.
See you next chapter, papay
29 Mei 2021