DARENZA [END]

By __akusa

13.2K 2.9K 754

*DARENZA RIGO - SAVIZA EVELYN* "Vi tatap mata gue!" titah Darenza karena sedari tadi Vi terus menunduk. "Apa... More

satu. (DARENZA)
dua. (DARENZA)
tiga. (DARENZA)
empat. (DARENZA)
lima. (DARENZA)
CAST
enam. (DARENZA)
tujuh. (DARENZA)
delapan. (DARENZA)
sembilan. (DARENZA)
sepuluh. (DARENZA)
sebelas. (DARENZA)
dua belas. (DARENZA)
tiga belas. (DARENZA)
empat belas. (DARENZA)
lima belas. (DARENZA)
enam belas. (DARENZA)
tujuh belas. (DARENZA)
sembilan belas. (DARENZA)
dua puluh. (DARENZA)
dua puluh satu. (DARENZA)
dua puluh dua. (DARENZA)
dua puluh tiga. (DARENZA)
dua puluh empat. (DARENZA)
dua puluh lima. (DARENZA)
dua puluh enam. (DARENZA)
dua puluh tujuh. (DARENZA)
dua puluh delapan. (DARENZA)
dua puluh sembilan. (DARENZA)
tiga puluh. (DARENZA)
tiga puluh satu. (DARENZA)
tiga puluh dua. (DARENZA)
tiga puluh tiga. (DARENZA)
tiga puluh empat. (DARENZA)
tiga puluh lima. (DARENZA)
tiga puluh enam. (DARENZA)
tiga puluh tujuh. (DARENZA)
tiga puluh delapan. (DARENZA)
tiga puluh sembilan. (DARENZA)
empat puluh. (DARENZA)
empat puluh satu. (DARENZA)
empat puluh dua. (DARENZA)
empat puluh tiga. (DARENZA)
empat puluh empat. (DARENZA)
empat puluh lima. (DARENZA)
empat puluh enam. (DARENZA)
empat puluh tujuh. (DARENZA)
empat puluh delapan. (DARENZA)
empat puluh sembilan. (DARENZA)
lima puluh. (DARENZA)
lima puluh satu. (DARENZA)
lima puluh dua. (DARENZA)
lima puluh tiga. (DARENZA)
lima puluh empat. (DARENZA)
lima puluh lima. (DARENZA)
lima puluh enam. (DARENZA)
lima puluh tujuh. (DARENZA)
lima puluh delapan. (DARENZA)
lima puluh sembilan. (DARENZA)
enam puluh. (END DARENZA)
EXTRA PART

delapan belas. (DARENZA)

243 59 9
By __akusa

Seminggu kemudian... Tepatnya hari sabtu. Darenza dan Vi sudah sampai di Mall mewah kawasan Jakarta. Sekarang keduanya sedang duduk-duduk di cafe dan ditemani segelas milkshake. Mereka menunggu orang yang mengajak ke Mall ini.

"Lu mah gila Dar! Sumpah dah ampe sekarang gue gak habis pikir!" cetus Vi merengut.

"Udah sih Vi katanya lo udah move on dari Mahesa. Masa cuma diajak nonton doang baper," celetuk Darenza.

"Ya--"

"Bentar Vi!" sambil minum milkshake Darenza memainkan handphone.
"Si Mahesa ngechat!"

"Hm?"

"Dia sama Fiona dah di bioskopnya,"

Refleks Vi menaruh kepalanya di atas meja.

Darenza yang melihatnya terkekeh. "Jangan di meja. Bahu gua aja sini elah! Siap nampung kepala dan air mata lo!"

"Lebay!" Vi bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan Darenza.

"Jeh ngambek," ujar Darenza mengikuti langkah Vi.

Sedangkan di tempat bioskop... Mahesa dan Fiona sedang mengantri membeli popcorn.

Tak lama Vi dan Darenza dateng.

"Lo bantuin mereka tuh. Kesusahan keknya," ucap Vi ke Darenza lalu ia menuju tempat duduk kosong.

Darenza hanya melirik Vi lalu menghampiri Mahesa dan Fiona.

Vi duduk sambil memainkan handphone. Ia sama sekali tidak tertarik dengan sekitarnya bahkan berada di tempat ini saja ia tak ingin.

Asik scroll-scroll tiktok, Mahesa lebih dulu menghampiri Vi.

"Hai," sapa Mahesa menaruh segelas minuman dan popcorn ke hadapan Vi.

Vi hanya membalas dengan senyum kecut. "Gue baru minum sama Dar-- aww!" Darenza menyenggol Vi. "Minum es krim! Mangkanya ini gue sama Vi seret banget sekarang dan beruntungnya lu beliin kita beginian," ujar Darenza sambil menggaruk lehernya.

"Ohh gitu," Mahesa hanya terkekeh mendengarnya.

"Emm, halo!" sapa Fiona yang lebih spesifik ditujukan ke Vi.

Masih dengan posisi Vi duduk, mereka bertiga berdiri. Vi hanya mendongak ke arah Fiona.

"Vi? Kita belum kenalan resmi loh. Kenalin, gue Fiona." ucapnya mengulurkan tangan.

Kali ini dengan terpaksa Vi harus menjabat tangan Fiona. "Gausah gua sebut lagi kan? Tadi lo udah tau nama gue." ucap Vi.

Fiona mengangguk miris. "Lo kenapa jutek banget sih Vi sama gue?" batin Fiona.

"Elah tegang amat! Santai aja kali, hahaha." lagi-lagi Darenza mencoba mencairkan suasana.

"Yodah yuk lah masuk! Tadi pintu teaternya dah dibuka. Pada gak denger kan lo?" Darenza merangkul Vi untuk berdiri.

"Apaan sih anjrit pegang-pegang!" ujar Vi.

"Lo pasti bisa Vi! Gua selalu ada di samping lu!" bisik Darenza di telinga Vi.

Vi berdiri dan jalan lebih dulu.

"Vi!?"

Dengan malas Vi membalik badan dan hanya menaikkan satu alisnya untuk bertanya.

Mahesa berjalan ke arah Vi.

Vi kaget dan otomatis mundur. "Kirain gua Darenza anjir yang manggil." batin Vi. Ia melotot saat jarak Mahesa semakin dekat ke arahnya.

Vi diam membeku di tempat. Benar-benar tak bisa berkutik.

"Vi?" saat Mahesa sudah sampai dia memanggil Vi lagi.

"Apasi lo manggil terus! Yang jelas apa!" kata Vi.

"Lo masih marah sama gue gara-gara kejadian di warkop itu?" tanya Mahesa.

Vi meluruskan pandangan ke Mahesa. "Gue gak marah cuma kecewa aja sama sikap lo,"
"Lo tau? Waktu itu lo ngehina harga diri gua banget. Kek seakan-akan tuh gue beneran bitch. Apa bener kali yaa gue jalang? Haha." Vi tertawa hambar.

"Vi gak gitu," bantah Mahesa. Ia mensejajarkan wajah mereka lagi karena tadi Vi sempat menunduk. "Kalo ditanya nih ya. Gue sayang sama lo? Iya! Gue sayang sama lo! Banget Vi, banget malahan! Tapi gua sayang sama lo cuma sebagai gua kakak dan lo adik. Udah itu aja."

Mati-matian Vi menahan agar air matanya tak keluar dari pelupuk mata tapi seakan kata yang Mahesa ucap punya nyawa dan nyata. Vi sedih! Itu sama saja menampar Vi untuk balik ke dunia nyata dan stop dengan ekspektasi-ekspektasi tingginya yang berharap dirinya dan Mahesa bisa bersama dan bahagia.

"Gua gak bisa Sa! Gua gak bisa kontrol rasa suka gua ke lo! Gua suka sama lu Sa!" Vi menangis. Ia menunduk dan kedua tangannya memegang jaket Mahesa.

Mahesa dengan kurang ajarnya malah menarik Vi ke dalam dekapannya.

(anj klo kek gini gimna orng bisa move on coba!?)

Lalu mengusap kepala Vi.

Ditonton dengan banyak pasang mata, termasuk Darenza dan Fiona yang di belakangnya tapi kedua insan itu seakan tak peduli dan hanya sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Di dalam dekapan Mahesa, Vi menumpahkan semua air matanya tapi tidak mengeluarkan isakan. Mungkin suaranya ikutan tercekat oleh ucapan dan perilaku Mahesa itu.

Lama seperti itu, Vi akhirnya melepaskan pelukannya. Ia mengusap air mata yang masih meleleh. Mahesa ingin membantu tapi ditepis oleh Vi.

"Sa! Kita dulu bareng 3 tahun trus sempet lost contact setahun lalu sekarang ketemu lagi, apa sedikit pun gak ada di hati lo rasa suka ke gue sebagai normalnya laki-laki ke perempuan?" tanya Vi dengan wajah sembabnya.

"Maaf." hanya kata itu yang mampu Mahesa jabarkan.

Air mata Vi tanpa diminta keluar lagi.

Darenza rasa sudah cukup. Ia menghampiri Vi. Otomatis Fiona membuntuti di belakang Darenza.

Darenza menarik tangan Vi lalu menyatukan kening mereka. Masih dengan posisi menangis, Vi tak tau mesti berbuat apa. Menolak Darenza pun seakan sulit.

"Nangisnya ke gue aja. Sedih lo kasih ke gue aja." ujar Darenza.

Vi tambah menangis.

Posisi menangis aja Vi masih sempet berpikir, "Darenza, lo baik banget ke gue tapi kenapa gua gak bisa suka sama lo? Apa dendam masa lalu itu masih ada?" batin Vi.

"Vi?"
"Vi!?"
"Oyy Vi!"

"Hah?" guncangan di bahunya mampu menyadarkannya.

"Lo kenapa? Tadi Mahesa nyamperin lo, mau ngasih hp lo yang ketinggalan di meja tapi respons lu cuma balik badan terus diem. Si Mahesa manggilin lu tapi lu gak nyaut-nyaut. Yaudah akhirnya dia manggil gue sama Fiona buat ke sini nyamperin lo." terang Darenza.

Mahesa, Darenza, dan Fiona berdiri berjajar di hadapan Vi yang masih linglung.

"Masa iya tadi gua ngelamunin kek gitu? Bisa-bisanya di tempat rame orang lalu lalang gini gue malah bengong? Tapi kenapa rasanya nyata banget dan sesakit itu?" batin Vi. Ia perlahan memegang dadanya yang terasa sesak.

"Vi? Hellaw?" Fiona kali ini melambaikan tangannya ke depan muka Vi.

"Sakit," kata itu keluar lirih dari mulut Vi.

Darenza yang mendengarnya langsung panik. "Apa Vi sakit? Lo sakit? Sakit di bagian mana?"

"Dada gue sesek,"

Sekali lagi Darenza mengguncang bahu Vi. Karena Vi menatapnya kosong.

Membuat takut saja bukan?

"Vi!"

Vi tiba-tiba menegang, matanya melotot, tangannya tak lagi memegang dada. "Lepasin!"

Darenza menjauhkan tangannya. "Lo gapapa? Lo kenapa Vi?"

"Gua gapapa. Lagi banyak pikiran aja tadi, sorry."
"Yodah yuk masuk." Vi mengambil handphonenya dari tangan Mahesa lalu menggandeng lengan Darenza untuk ikut berjalan.

Mahesa dan Fiona masih bingung dengan kejadian aneh Vi barusan tapi mendengar penuturan Vi tadi meraka jadi memaklumi saja lalu ikut berjalan.

🔥🔥🔥

Sampai di dalam bioskopnya... Mereka ternyata duduk di barisan tengah tapi bangkunya yang berada paling pojok kanan.

Paling pojok ditempati oleh Darenza lalu sebelahnya Vi, Mahesa, dan Fiona.

Mereka mulai duduk dan menikmati makanan yang tadi dibeli sambil menonton trailer-trailer film yang akan tayang.

Perlahan lampu mulai redup, pertanda film akan segera dimulai. Dan... Boom!

Ternyata film yang mereka tonton bergenre horor!

Darenza mendesis. "Kirain bakal romance kenape jadi horor? Akal-akalan si Mahesa nih, bisa aje modusnye! Mentang-mentang bawa cewek jadi kesempatan. Tapi lumay-- eh! Vi kan emang suka horor jadi mana takut dia nonton beginian." batin Darenza sambil memperhatikan Vi dari samping.

"Ngadep depan Darenza!" ujar Vi melihat dari ekor matanya kalo Darenza sedang memperhatikannya.

Darenza gelagapan dan mulai fokus menonton filmnya.

Film belum selesai tapi ditengah cerita Vi jengah dengan Mahesa yang terus bergerak gusar. Ia akhirnya menoleh. Dan seketika itu juga matanya sukses membulat sempurna.

Mahesa menaruh kepalanya di pundak Fiona tapi tangannya memeluk Fiona dari samping.

"Kurang ajar!" ringis Vi dalam hati. "Gue baru inget! Mahesa kan penakut, mana bisa dia nonton horor!"
"Cih! Lo ngajakin gue kesini buat ngeliatin kemesraan lo gitu?"
"Payah banget anj." Vi mendelik tajam ke arah Mahesa juga Fiona.

Vi terus lihat... Dan mengapa pelukan mereka semakin intens? Hmm, karena suasana gelap dan menonton film horor bersama lawan jenis, membuat hasrat bangkit bukan?

Vi melihat jijik Mahesa dan Fiona, ini kedua kalinya Vi melihat mereka berciuman.

"Eh kalian udah mantan oy! Geli banget gak tau malu di tempat umum! Tapi apa kalian udah balikan?" batin Vi bertanya-tanya.

Rasanya sungguh sesak! Mereka yang berciuman tapi kenapa Vi yang kehabisan napas?!

Vi buru-buru memalingkan wajah. Ia sangat tidak suka berada di posisi sekarang. Rasanya kalo ia punya pintu doraemon, pengen menghilang saja dah!

"Dar?" panggil Vi.

"Hm?" Darenza ingin menoleh tapi pipinya ditahan oleh tangan Vi.

"Nikmatin aja film di layar. Tapi gue boleh pinjem pundak lo?"

"Dengan senang hati." balas Darenza tersenyum manis sambil menepuk-nepuk pundak kirinya.

Vi langsung saja menjatuhkan kepalanya di pundak Darenza lalu tangannya melingkar di lengan Darenza.

Vi mendongak, menatap wajah Darenza. Ia melakukan itu untuk memantau Darenza supaya tak menoleh ke kiri.

"Lo bego banget sih Sa! Sengaja banget emang begitu? Lo kan tau gue suka sama lo! Harus berapa lama lagi sih hati gue sakit cuma karena lo?"

"Ini gue yang bego apa santet lu yang manjur banget sih Sa?"

"Gue mau berhenti suka sama lo! Gue capek! Capek Sa!"

"Tapi disatu sisi gue gak munafik, hati gue terus tertuju ke lu! Walau otak udah bilang nyerah dan mulut udah bohong ke orang-orang kalo gue dah move on." Vi mengatakan itu jelas hanya dalam hati. Mana berani ia mengatakan langsung.

Lalu Vi tak sadar air matanya sudah mengalir deras melewati pipi dan jatuh ke jaket yang Darenza pakai.

Untung Darenza memakai jaket kulit jadi Vi menangis Darenza tak tau.

Kini Vi sudah menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Darenza. Persetan dengan Darenza yang akan menoleh dan tau apa yang diperbuat Mahesa juga Fiona. Vi hanya ingin menenangkan dirinya sejenak.

Di otak Vi kini berputar kebersamaannya bersama Mahesa tapi tak menutup bayang-bayang Fiona juga ada.

Hatinya sangat perih mengingat kejadian tadi dan tanpa sadar Vi memeluk erat lengan Darenza.

🔥🔥🔥

Beberapa waktu, ternyata Vi tertidur di pundak Darenza. Ia mengangkat kepalanya, lalu mengucek matanya. "Gua ketiduran Dar! Gilak bahu lu nyaman banget kek bantal."

Vi ngomong gitu cuma ngasal kali yee namanya orang baru bangun tidur tapi gak tau aja jantung Darenza udah jedag jedug disko di dalam sana.

"Ah masa sih?" tanya Darenza gugup.

Vi hanya mengangguk. Lalu menarik tangan Darenza. Membuat sang empunya kaget.

Vi melihat jam tangan Darenza. "15 menit lagi nih film abis. Kalo gitu gua ke toilet dulu deh bentar." ujar Vi langsung bangkit berdiri dan berjalan menjauh.

🔥🔥🔥

Dan setelah luka-lukamu reda
Kau lupa aku juga punya rasa
Lalu kau pergi kembali dengannya

(Tulus — Langit Abu-Abu)

Lagu itu! Ahhh, Vi mau tenggelam saja sekarang!

Liriknya sangat relate dengan keadaan Vi, Mahesa, dan Fiona.

Dulu waktu SMP pas Mahesa dan Fiona jadian lalu putus. Mahesa nangis-nangis ke Vi, menumpahkan segala kesedihannya. Vi yang tak tega, terus menemani Mahesa melewati rasa sakit hatinya.

Fiona dulu memang tak satu sekolah dengan mereka jadi waktu itu ia masih aman dari amukan Vi tapi sekarang? Vi memandang Fiona sebagai perempuan murah! Masa dulu dia yang meninggalkan lalu Vi yang menyembuhkan luka dan saat luka Mahesa sudah reda, dia malah kembali lagi bak seorang ratu yang  tak perduli akan sakit hati. Mahesa si keparat malah lagi-lagi dengan bodohnya terpesona kembali oleh si Fiona itu. Dan melupakan kalau Vi yang selalu menemani juga punya hati.

Vi menyembuhkan luka Mahesa lalu Mahesa memberi kebahagian untuk Vi lantas ujungnya dia juga yang menjerumuskan Vi ke lubang sakit hati paling menyakitkan.

Setelah selesai menonton film tadi, Mahesa memaksa untuk makan dulu di resto Mall ini. Padahal Vi sudah menolak mati-matian namun Mahesa si keras kepala tetap keukeh memaksa.

"Ini masih lama apa ya makanannya? Gue mau balik!" ujar Vi memasang wajah super betenya.

"Buru-buru banget sih Vi. Di rumah juga ngapain? Mumpung lagi malming mending di luar." ujar Mahesa tersenyum tipis.

"Udah ya? Kalian dari tadi ribut mulu." lerai Fiona.

Vi memandang sinis Fiona sebelum akhirnya pesanan mereka datang.

Semuanya menyantap makanan dengan khidmat. Tapi sepertinya hanya Vi dan Darenza saja. Sedangkan Mahesa dan Fiona makan dengan suap-suapan.

Saking kesalnya melihat itu, Vi makan dengan tak santai sampai ada meninggalkan saus di pipinya. Darenza yang melihatnya tidak tinggal diam dongg! Ia mengambil tisu dan mengelapnya.

Mendapat perlakuan oleh Darenza yang tiba-tiba itu, Vi sungguh terkejut. Mahesa dan Fiona juga sampai menghentikan aksi suap-suapannya.

"E--eh Dar! Gue bisa sen--"

"Makannya jangan kayak anak kecil! Sengaja banget emang ninggalin saus di pipi biar gue yang ngelapin?" kekeh Darenza. "Kalo lagi sama gue gapapa tapi kalo lagi sama orang lain jangan begitu. Gue takut..."

"Kenapa?" pertanyaan polos itu keluar dari mulut Vi.

"Takut lo diculik! Abisan gemes bangettt!" Darenza mengacak-acak surai Vi.

Tak menutup kemungkinan, diperlakukan seperti itu mampu membuat blushing. Bukan mampu lagi kali! Tapi sudah dipastikan akan terjadi.

Perempuan mana coba yang tidak baper?

Vi yang gugup mengalihkan pandangan ke depan lagi, gugupnya langsung hilang iya! Tapi rasa sakit hatinya kembali muncul ke permukaan, melihat Mahesa dan Fiona kini menyeruput minuman di satu gelas yang sama dengan dua sedotan yang berbeda.

Cukup intens bukan? Bahkan hidung keduanya hampir bergesekan.

Benar-benar bikin orang gerah hati saja!!!

TBC

Jujur! Kalian sebenernya kesel gak sih sama Fiona? Dan alasannya karena...?

Darenza Rigo

Saviza Evelyn

Mahesa Guntara

Fiona Tsuraya
-Tapi kalo se-imut ini, gimana bisa kesel coba:(

Jangan lupa vote, comment, dan share cerita ini yaa!💜

-see u:)

Continue Reading

You'll Also Like

184K 6.2K 49
" gua umumin detik ini juga di depan lo semua! kalo seina elliandra adalah pacar resmi gua!" " leon gila!" Karena waktu gue berhasil tau,kalau cinta...
199K 22.8K 36
Kisah singkat tentang Mars dan kedua adik kembar nya. "MALS, HAKA AMBIL CUCU PUNYA NAKA!! " "INI PUNYA HAKA!! " "Nyusahin aja nih bocil" - - - - Cer...
8.5K 1.2K 42
Original Title: 女配不想讓主角分手[穿書] Indonesian title: Peran pendukung wanita tidak ingin protagonis putus [Pakai buku] Pengarang: Lacquer Hitomi [漆瞳] Jenis...
76.2K 4.1K 25
Nathan Orlando Achilles, pria tampan, pintar, tinggi, galak, dingin dan cuek. Yang merupakan ketua dari 'ORIES'. Geng yg terkenal di sekolahnya itu...