DARENZA [END]

By __akusa

13.2K 2.9K 754

*DARENZA RIGO - SAVIZA EVELYN* "Vi tatap mata gue!" titah Darenza karena sedari tadi Vi terus menunduk. "Apa... More

satu. (DARENZA)
dua. (DARENZA)
tiga. (DARENZA)
empat. (DARENZA)
lima. (DARENZA)
CAST
enam. (DARENZA)
tujuh. (DARENZA)
delapan. (DARENZA)
sembilan. (DARENZA)
sepuluh. (DARENZA)
sebelas. (DARENZA)
dua belas. (DARENZA)
tiga belas. (DARENZA)
empat belas. (DARENZA)
lima belas. (DARENZA)
enam belas. (DARENZA)
delapan belas. (DARENZA)
sembilan belas. (DARENZA)
dua puluh. (DARENZA)
dua puluh satu. (DARENZA)
dua puluh dua. (DARENZA)
dua puluh tiga. (DARENZA)
dua puluh empat. (DARENZA)
dua puluh lima. (DARENZA)
dua puluh enam. (DARENZA)
dua puluh tujuh. (DARENZA)
dua puluh delapan. (DARENZA)
dua puluh sembilan. (DARENZA)
tiga puluh. (DARENZA)
tiga puluh satu. (DARENZA)
tiga puluh dua. (DARENZA)
tiga puluh tiga. (DARENZA)
tiga puluh empat. (DARENZA)
tiga puluh lima. (DARENZA)
tiga puluh enam. (DARENZA)
tiga puluh tujuh. (DARENZA)
tiga puluh delapan. (DARENZA)
tiga puluh sembilan. (DARENZA)
empat puluh. (DARENZA)
empat puluh satu. (DARENZA)
empat puluh dua. (DARENZA)
empat puluh tiga. (DARENZA)
empat puluh empat. (DARENZA)
empat puluh lima. (DARENZA)
empat puluh enam. (DARENZA)
empat puluh tujuh. (DARENZA)
empat puluh delapan. (DARENZA)
empat puluh sembilan. (DARENZA)
lima puluh. (DARENZA)
lima puluh satu. (DARENZA)
lima puluh dua. (DARENZA)
lima puluh tiga. (DARENZA)
lima puluh empat. (DARENZA)
lima puluh lima. (DARENZA)
lima puluh enam. (DARENZA)
lima puluh tujuh. (DARENZA)
lima puluh delapan. (DARENZA)
lima puluh sembilan. (DARENZA)
enam puluh. (END DARENZA)
EXTRA PART

tujuh belas. (DARENZA)

241 70 18
By __akusa

(Kata-nya panjang nih, pelan-pelan aja yaa bacanya, oke?😉)


HAPPY READING!💚

.
.
.

CITTTT....

Vi mengerem mendadak. Dan seseorang mengetuk jendela yang berada di samping bangku pengemudi. Vi melihat orang itu samar-samar karena lampu jalanan sedikit redup dan jalan ini benar-benar tidak ada yang melintas sama sekali.

Vi membuka kunci pintu mobil lalu seseorang itu langsung masuk.

"DARENZA!?"

"Lo ngapain ngebut-ngebut? Mampir ke jalanan sepi kek gini lagi." ujar Darenza.

"Ck, turun!"

"Ada masalah?"

"Bisa lo keluar dari mobil gue? Itu pintunya yang ada di--"

"Biar gue bantu." Darenza merebut handphone Vi yang tengah digenggam.

"Hei! Sopan kah begitu? Itu milik gue! Balikin sini!" Vi mendelik tajam.

"Ini nomor gak ada namanya. Cepet bilang lo butuh apa? Gue tau lo gak punya waktu banyak." ujar Darenza.

Benar!

Vi gak punya waktu banyak, ia harus cepat menolong anggota Savoly tapi Vi tidak mau melibat siapa pun lagi karena ulah dia yang kembali turun ke ring.

"Gue minta lo turun dari mobil gue. Sekarang!" putus Vi.

"Ck, bodoh. Sok belagak gak butuh lo," Darenza menoyor kepala Vi.
"Tingkah lu kebaca banget kali. Panik gitu sambil liatin hp."

"Ya terus lu mau apa?" tanya Vi sengit.

Darenza menyentil kening Vi. "Aturan gue yang nanya. Lu mau apa sama nomor unknown ini?"

"Oke kalo lu maksa!" Vi melipat kedua tangannya di depan dada. "Gue mau lo lacak lokasi nomor itu, bisa?" Vi tersenyum remeh memandang Darenza.

Darenza mengangguk. Dan mencoba menghubungi nomor itu tapi berkali-kali ia menelpon malah selalu operator yang menjawab panggilannya.

"Shit, nomornya udah gak aktif." gumam Darenza lalu beralih ke Vi. "Tadi nomor ini sempet aktif kan?" tanya Darenza.

"Iyaa."

"Jam berapa kira-kira?"

"Sekitar jam setengah 2 pagi." jawab Vi sambil menerawang.

"Bentar!" Darenza mengeluarkan handphonenya dari saku jaket yang di pakenya lalu jemarinya dengan lihai berselancar di atas keyboard.

18 menit kemudian... Darenza kembali mendongak untuk menatap Vi. "Maaf lama. Temen gua yang nanganin ini agak ngelag tadi katanya."

"Oke." kata Vi mengangguk sekilas.

"Gue dah dapet titik lokasinya. Sekarang lo ikutin gue dari belakang. Dan hp lo sementara gue yang pegang." titah Darenza lalu keluar dari mobil Vi dan menaiki kuda besinya.

Vi hanya menurut dan mulai mengikuti arahan tangan Darenza yang ada di depannya.

🔥🔥🔥

"Serius lo ini tempatnya?" tanya Vi yang jalan mengendap-endap di belakang Darenza.

Darenza juga melakukan hal yang sama. "Iyaa bener."

"Trus ini kit--"

"Gua dobrak pintunya dan lu tetep di belakang gue. Ngerti? Pokoknya jangan sampe lu bergerak sebelum gue kasih arahan." ujar Darenza.

Vi berdiri tegak. Memandang tajam mata Darenza. "Ini kan urusan gue, kenapa jadi lu yang ngatur?" Vi menggeplak kepala Darenza.

"Dih sakit gila," ujar Darenza mendesis.
"Udah lah lu tinggal ikutin aja kok repot?"

"Cih. Tau apa lo tentang beginian?" tanya Vi remeh.

"Heh! Lo kata gue anak baik-baik? Kejadian kek gini gue ngalamin gak sekali, dua kali yee,"

"Ya trus?"

"Bacot! Kebanyakan terus. Udah nurut!" titah Darenza. Lalu menggenggam tangan Vi dan setelah itu ia menendang pintu kayu di depannya.

Hanya sekali tendangan namun pintu itu sudah terbuka.

"Dih, ini mau nyandra apa ngajak maen ke rumah? Nyandra kok gak ada penjaga terus pintu masuk aman-aman aja," gumam Darenza sambil berjalan masuk.

"Baru permulaan gausah belagu. Yang sebenarnya ada di dalam," sahut Vi yang ternyata mendengar celotehan Darenza tadi.

Masih dengan menggandeng Vi. Darenza berkata, "Lo keknya ngeremehin gue banget dari tadi,"

"Baperan elah. San--"

DORRR!!

"Dar awas!!" Vi langsung berdiri di hadapan Darenza.

"Biasa aja Vi! Tadi baru permulaan untuk pertarungan yang sebenarnya akan dimulai," ujar Darenza santai.

"Bego! Gausah sok iye! Lu gak tau cara main geng. Mereka bertarung bawa senjata. Dan yang paling sering pistol,"
"Lo denger suara pistol tadi? Itu bukan maksud permulaan anj tapi emang udah dimulai!"

"Darenza minggir!" teriak Vi menarik tangan Darenza.

Vi mengambil pistol dari saku celana hitam panjangnya.

DORR!

DORR!

Vi 2 kali mengeluarkan tembakan dan lawannya juga dengan bisingnya terus mengeluarkan tembakan.

"Hei keluar bastard! Jangan berani maen belakang lo!" teriak Vi marah.

Suara langkah kaki mendekati Vi dan Darenza. "Well... Gede juga nyali lo!" ujar seseorang.

"Hai bitch! Eh... Qiara maksud gue." ujar Vi memandang remeh.

"Waw! Berani banget yaa lo. Jangan mentang-mentang lo anggota Savoly trus gue jadi takut sama lo? Enggak! Nggak sama sekali, Saviza Evelyn." ujar Qiara.

"Ya trus gue peduli? Nggak anjing!" sinis Vi.

Darenza yang menyaksikan adu mulut 2 wanita itu hanya diam memperhatikan di samping Vi.

"Trus maksud lo bawa cowok itu apa? Harus ada dekingan gitu?" tanya Qiara.

"Alah kebanyakan bacot lu! Mana balikin temen gue!" ujar Vi mulai kesal.

"Lawan gua dulu sini anying," Qiara bergerak maju dan menendang perut Vi tapi dengan sigap Vi mampu menghindar.

Darenza ingin ikut membantu melawan Qiara tapi anak buah Qiara sekitar 5 orang keluar tiba-tiba dari dalam dan ikut menyerang.

Jadi Darenza mau tak mau melawan anak buah Qiara itu dan membiarkan Vi melawan Qiara sendiri.

Perkelahian Vi sangat menegangkan karena menggunakan senjata pistol sedangkan Darenza walau melawan banyak orang tapi hanya menggunakan tangan kosong.

Cukup lama Darenza dan Vi bertarung, mereka lelah juga. Lawannya tidak mudah dikalahkan. Dan Qiara seperti meminum obat kuat karena saat di pertandingan tadi aja kalah dengan Vi tapi sekarang malah susah terkalahkan.

Tubuh Vi juga sudah sedikit remuk melawan Qiara dan membantu Darenza.

"Kurang ajar! Cepet balikin temen gua bangsat! Lo ada urusan sama gue doang jadi jangan ngelibatin temen gue dan anak buah bajingan lo! Kalo berani besok kita tanding lagi, one by one!" tegas Vi.

"Alah banyak bacot lu, jing! Bentar lagi juga anak Savoly dateng. Lo manggil mereka kan?" tanya Qiara berkacak pinggang sambil tersenyum sinis.

"Hei bitch! Lo kata gue selemah itu? Kalo lu doang mah cuma se-upil bagi gue!"

"Anjing lu!" yang tadi mereka berhenti sejenak, sekarang Qiara mulai menyerang Vi lagi.

DORRR...

Qiara menembak Vi tapi meleset.

"Goblok lu gak bisa nembak, sok-sok maen pistol." ledek Vi.

DORRR!

DORRR!

DORRR!

Qiara terus mengarahkan tembakan ke badan Vi. Memang ada yang mengenai tapi Vi tak terluka sebab dalam kaos yang Vi pakai ada baju anti pelurunya.

Darenza sudah berhasil melumpuhkan semua anak buah Qiara.

Qiara saking nafsunya melawan Vi jadi tak menghiraukan sekitar. Darenza diam-diam melangkah masuk lebih dalam lagi tapi tanpa mengeluarkan suara sekecil apa pun.

Dan berhasil mendobrak pintu kayu usang lalu kedua tungkainya bergerak lagi.

"Emmm... Emmmm..."

Brakkk!

Brakkk!

Darenza mengikuti suara itu dan menemukan seseorang di balik tong besar.

"Eh! Lo temennya Vi?"

Seseorang itu mengangguk antusias dan terus meronta-ronta.

"Iyaa-iyaa gua bakal lepasin lo!" Darenza membuka semua tali yang melilit di kaki, tangan, dan badan orang itu lalu terakhir membuka lakban di mulutnya.

Seseorang yang ditolong itu ngos-ngosan. "Bentar, gue napas dulu!"

Darenza mengangguk.

"Gua Rere, anggota Savoly sekaligus temennya Vi. Tau Savoly kan lu?"

"Perkumpulan tinju yang terkenal sangar dan gak pandang bulu?"

Rere tertawa. "Kita gak sejahat itu juga kali. Itu mah orang-orang aja ngelebih-lebihin."

"And then?" tanya Darenza.

"Nama lo siapa?" tanya Rere.

"Darenza, temen sekolah Vi." ucapnya.
"Lo bisa bawa ninja?"

"Sabi,"

"Lo keluar duluan dari sini dan entar di luar ada motor ninja kuning dan lo langsung pergi, ngerti?" titah Darenza melempar kunci motornya dan langsung ditangkap Rere.

Rere mengangguk. "Ayo kita keluar!" Rere bangkit berdiri. "Gue tau pintu belakang rumah ini, ntar gua lewat sana. Lu hati-hati! Gue gak tau ada berapa anak buah Qiara si bitch itu."

🔥🔥🔥

"Udah lah maen-maennya bangsat! Banyak cincong lu!" Darenza menghampiri Vi dan menggendong Vi ala bridal style lalu memutar Vi.

Vi refleks menjerit dan kakinya meronta namun detik berikutnya bukan teriakan dari Vi lagi yang terdengar tapi orang lain. "AKHHH..." Qiara berteriak. "Sakit muka gue anjing!"

Darenza mengarahkan kaki Vi ke perut Qiara dan mendorongnya.

Qiara tergeletak di lantai dan Darenza menurunkan Vi di atas badan Qiara.

"Akhhh.. Bereng--sek..." suara terakhir Qiara sebelum dia jatuh pingsan.

"Darenza!" teriak Vi.

"Iya?" sahut Darenza dengan muka polosnya.

"Gilak juga lo! Hahaha." Vi tertawa sambil berusaha bangkit berdiri.

"Misi selesai! Udah yokkk kita balik!" titah Darenza lagi-lagi menggenggam tangan Vi.

🔥🔥🔥

"Sumpah Dar tadi lo gila banget!!" ujar Vi sambil terkekeh.

Sekarang Vi dan Darenza sudah ada di dalam mobil menuju pulang.

"Tapi seru kan?" Darenza melirik Vi sekilas.

"Lumayan, haha. Dan lo tau gak sih? Masa dia bawa senjata pistol tapi gak make baju anti peluru. Coba kalo lawannya bukan gua, udah abis tuh dia. Untung gua masih baik hati gak ngarahin pistol gue ke badan dia."

"Lah dia aja ngincer badan lo mulu Vi! Tembak aja tuh tadi perutnya sekalian!" ucap Darenza agak kesal.

"Heh! Gak boleh gitu lo!" Vi menepuk pelan pipi Darenza.

Lalu hening.

Vi menoleh ke bangku belakang. Dan matanya sukses melotot lebar.

"Tas gua kemana anjir!?" teriak Vi.

"Hah?" tanya Darenza menoleh.

"Duffle bag gue gak ada Dar!"
"Astaga! Gua kok bisa teledor gini sih!" Vi menjambak rambutnya sendiri.

Satu tangan Darenza yang bebas menyetir, menjauhkan tangan Vi dari rambut. "Jangan dijambak! Nanti botak."

"Nggak bercanda ya Dar!" sinis Vi.

"Ayo donggg, inget-inget!" gumam Vi sambil menunduk dan tangannya menepuk-nepuk jidatnya.

Tak lama...

"Di supermarket tadi!" teriak Vi tiba-tiba.

"Tas lo?" tanya Darenza.

"Iyaaa! Ayo Dar cepet! Kita balik lagi ke sana!" ucap Vi tak sabaran sampai menggoyang-goyangkan lengan Darenza yang sedang fokus menyetir.

"Iya Vi. Tapi lo jangan berontak! Biarin gua fokus nyetir." ujar Darenza.

Vi menatap tangannya yang masih di lengan Darenza lalu perlahan menurunkan tangannya. "Iya tapi cepetan!"

🔥🔥🔥

Darenza dan Vi sudah mencari di semua tempat duduk yang ada di halaman supermarket itu tapi nihil tak juga menemukan tas Vi.

"Udah jam 4 pagi Vi. Udah yok balik!" ujar Darenza.

Pasalnya, sekitaran supermarket juga sudah dicari tapi tas Vi tetap tidak ada.

"Supermarket dah tutup dari kapan tau, jalanan udah sepi. Udah balik aja yukk! Entar pagi gua bantuin cariin tas lo," bujuk Darenza.

Vi terduduk lemas di salah satu bangku. "Isi di dalem tasnya sangat penting buat gue Dar!" Vi menunduk.

Darenza berjongkok di depan Vi. Ia menyelipkan rambut Vi ke belakang telinga karena hampir menutupi seluruh wajahnya.

"Gua janji ntar bakal bantuin lo! Jangan nangis Vi!" ujar Darenza mengusap-usap kepala Vi.

Vi mendongak. "Beneran?"

"Iya bener," ucap Darenza sambil tersenyum.

Vi tersenyum tipis. "Sebagai gantinya... Karena motor lo dibawa temen gue. Jadi gua yang bakal anterin lo pulang ke rumah."

"Nggak boleh!" ucap Darenza langsung berdiri tegak kembali.

Vi mengerutkan dahi. Seolah bertanya, kenapa?

"Gua pulang gampang! Yang penting lo selamet dulu sampe rumah." ujar Darenza.

🔥🔥🔥

Pagi hari, Darenza sudah ada di depan pintu rumah Vi. Darenza memencet bel rumah dan tak lama sosok Vi keluar dengan sudah berpakaian rapih.

"Kata temen gue, dia mau balikin motor lu ke sini sore. Sekarang ada urusan katanya," ucap Vi memulai pembicaraan.

"Iya santai aja," kata Darenza.

Vi menutup pintu, "Yaudah sekarang aja yuk jalan,"

"Nge-date maksudnya Vi?" tanya Darenza menaik-turunkan alisnya.

"Nyari tas gue." Vi melemparkan kunci mobilnya ke Darenza.

Darenza mengeluarkan mobil Vi dari bagasi rumah lalu pergi dari kawasan itu bersama Vi.

🔥🔥🔥

Sambil mencari tas Vi, Darenza ada niat mau menggombali Vi.

"Mumpung lagi beduaan ye kan? Haha." batin Darenza.

Jadi mereka sudah mencari ke supermarket semalam tapi kata mbak-mbak kasir tidak ada orang yang menitipi tas semalam. Dan yang lebih sial, CCTV supermarket yang rusak sejak kemarin sore membuat Vi dan Darenza tidak ada jejak satu pun untuk mendapatkan terang.

Mereka kini sedang mencari di jalan yang masih dekat supermarket. Karena masih pagi jadi tidak terlalu ramai lalu lalang.

"Lu sama Afnan gimana Vi?" tanya Darenza.

Vi berhenti sejenak. Menatap Darenza, "Gua bohong,"

Darenza menaikkan satu alisnya.

"Gua sama Afnan gak pacaran. Kita cuma temenan." ucap Vi.

Darenza merasa dunianya benar-benar berhenti saat itu juga. Rasa senang yang tak terbendung, banyak kupu-kupu berkeliaran di perutnya. Membuat Darenza jadi mesem-mesem menatap Vi.

"Serius Vi?" tanya Darenza masih tak percaya.

Vi hanya mengangguk saja.

Dengan memberanikan diri, hari ini Darenza mengatakan apa yang ingin ia katakan sedari dulu. "Gua boleh kenal lu lebih jauh gak Vi?"

"Tanpa lo bilang begitu, bukannya lo udah kenal banget seluk-beluk gue? Karena orang-orangan lo itu, haha." batin Vi.

"Terserah." jawab Vi cuek lalu kembali berjalan.

"Ayeyy! Penantian gue akhirnya terkabul! Tinggal ngeyakinin doang ini mah." batin Darenza bersorak senang.

"Vi?" panggil Darenza.

"Hm?"

Vi lagi-lagi sibuk mencari, Darenza asik membuntuti saja.

"Materi Penjas lo minggu kemaren tentang voli ya?"

"Iya, kenapa emangnya?"

"Lu tau artinya U VOLI?"

"Nggak,"

"Coba dibalik," titah Darenza.

"ILOV... U?" tanya Vi memastikan.

"I LOVE U MORE." balas Darenza terkekeh geli.

Sejenak Vi masih mencoba memahami, menit berikutnya ia tersadar. "Anjir!" Vi memukul-mukul dada bidang Darenza.

Darenza tambah dibuat ngakak oleh tingkah Vi dan guyonannya barusan.

Gurauan yang mengandung arti sesungguhnya, HAHA.

Melihat Vi yang tak kunjung berhenti memukul, Darenza akhirnya menangkap kedua tangan Vi. "Jangan marah-marah mulu atuh,"
"Ngan sakedap diajak banyolan, hehe."

(Klo salah koreksi yaa🤗)

Masih dengan posisi saling berhadapan yang cukup intens dan tangan Vi yang masih dipegang Darenza.

"Vi! Jangan jutek-jutek banget ngapa! Lo itu sebenernya cantik tapi sayang..." Darenza sengaja menggantungkan ucapannya.

"Sayang kenapa?" tanya Vi dengan nada menantang.

"Gapapa kok sayang, hehe."

"Darenza!" Vi berontak dan terlepaslah tangannya dari genggaman Darenza.

Vi melangkah mundur 2 kali, ia menatap super bete ke arah Darenza. Bisa-bisanya ia dikerjai dengan modus gombalan. Bukannya seneng, Vi malah enek dengernya.

"Vi, bahasa tongkrongannya AKU SAYANG KAMU APAA?!"

"Kita cuma temen."

🔥🔥🔥

Vi sudah sangat lelah mencari, ia sudah menyerah. "Yaudahlah kalo gak ketemu berarti belom rezeki gue." batin Vi pasrah.

"Udah Dar, kita balik aja," ujar Vi.

"Lho?" Kan tasnya belom ketemu," ujar Darenza.

"Percuma kita nyari, barangnya udah ilang dari kemarin, di tempat umum kek gini pula. Makin kecil harapan untuk ketemunya itu,"

"Kok nyerah gitu aja sih?" tanya Darenza tak suka. "Kalo barang yang ada di dalam tas itu berharga, ya lo harus nemuin sampe dapet lah,"

"Kalo lu gak ada effort gini, gimana mau ketemu tuh tas?" lanjut Darenza.

Vi tersulut emosi, "Heh! Lo buta? Gue udah nyari dari semalem sampe sekarang! Tapi mana hasilnya? Gak ada!"

Darenza ingin buka suara lagi namun kedatangan seseorang jadi menghentikan perdebatan mereka.

"Hai Vi, Darenza!"

Vi hanya melirik orang itu.

Merasa tak mendapat respons, ia bertanya lagi. "Kalian ngapain di sini? Trus tuh muka ngapa tegang?"

"Nyari tas Vi," jawab Darenza.
"Lo sendiri ngapain di sini Mahesa?"

"Ohh nyari tas Vi," Mahesa mengangguk-angguk. "Gua lagi-- oh ya!" tiba-tiba Mahesa berteriak.

Membuat Vi dan Darenza terlonjak kaget.

"Ayo ikut gua!" Mahesa menarik tangan Darenza juga Vi.

Di parkiran mobil, Mahesa menekan kunci mobilnya dan terdengar suara bip dari salah satu mobil. Ketiganya menghampiri.

Mahesa membuka bagasi mobil dan terlihatlah duffle bag milik Vi.

"Duffle bag gue!" pekik Vi segera mengambil tasnya.
"Kok ada di lu sih?"

Darenza ikut tersenyum kala melihat binar di mata Vi. Tapi ia juga bingung, kenapa tas Vi ada bersama Mahesa?

"Kemarin lo meninggalkan tas lo di bangku semalem kita nongkrong," ujar Mahesa.

"Ohh gitu. Yaudah makasih." ujar Vi jutek lalu membalik badan ingin menuju mobilnya terparkir. Tapi Mahesa malah menarik lengan Vi.

"Gua ada 4 tiket nonton gratis, sayang kalo gak dipake. So... Kalian mau ya terima tawaran gua? Kita sekalian double date. Lo sama Darenza. Gue sama Fiona. Kan waktu itu kita juga gak jadi makan soto bareng."

Vi ingin menolak namun Darenza menyela duluan dan menyetujui ucapan Mahesa.

Vi melotot ke arah Darenza. Seakan bertanya, "Lo ngapa nyetujuin gitu aja?"

Dan Darenza dengan tak bersuara menjawab, "Sebagai ucapan terima kasih." bibirnya bergerak-gerak.

****

Happy 1k pembaca!!♥️♥️

Aigooo, senengnya!

Makasih yaa yang udah selalu support cerita ini😘😘

-aku sayang kaliannn😍😙💙

Dan jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian yaa!🤗

Continue Reading

You'll Also Like

8.5K 1.2K 42
Original Title: 女配不想讓主角分手[穿書] Indonesian title: Peran pendukung wanita tidak ingin protagonis putus [Pakai buku] Pengarang: Lacquer Hitomi [漆瞳] Jenis...
210K 8.2K 57
Cerita ini murni hasil pemikiran penulis! PLAGIAT MINGGIR! "Mulai hari ini lo jadi pacar gue. Dan gue gak nerima penolakan." ucap cowok itu lalu mel...
1M 21.4K 33
Alea Sabrina Putri-gadis polos yang manja, tidak sengaja bertemu dengan Andra Putra Pratama-lelaki dingin berkepribadian hangat. Pertemuan pertama ya...
310K 15.9K 24
[HARUS FOLLOW DULU BARU BACA!!] Atarick Madhyapada namanya. Ketua geng Gester di SMA Salakanagara. Cowok dingin, ketus, bermata tajam, dan mematikan...