Metanoia

By chocoxltes

113K 7.1K 2K

|| s e q u e l of Married Enemy Ini tentang bagaimana aku melupakanmu, tentang aku yang hidup di hantui mas... More

// tentang bagaimana tanpamu
// the boy who i hate
// the boy
// be friend
// again
// one fun day
// sebuah cerita
// keluh kesah
// what a day
// what a day (2)
// rasa
// the old side
// kencan?
// kencan? (2)
// membuka hati
// cerita lama
// pengungkapan rasa
// takut
// nikah muda?
// masa lalu
// double date
// deep talk
// promise
// our future
// bertukar cerita
// pergi lagi
// lost control
// berubah lagi
// the boy who i hate (2)
// penjelasan
// the day
// drunk
// malika side
// khalid
// safe place?
// a party
// pesan singkat
// mine
// a cold boyfriend
// lika
// satu bulan berharga
// yellow
// break up
// him

// keera bet

514 84 12
By chocoxltes

"TERUS GUE KESEL GITU RA, KENAPA SIH MALIKA SAMPE MASIH SEPENTING ITU BUAT DIA?! JELAS-JELAS DIA UDAH TAU KENYATAAN MALIKA ITU GIMANA KE DIA. KEK— GUE KESEL AJA GITU, PENGEN GUE PUKUL KEPALA GAFFRIEL BIAR SIAPA TAU DIA SADAR KALO DIA TERLALU MANJAIN MALIKA KALO APA-APA DI IYAIN, HARUSNYA KAN GAFFRIEL TAU ITU MODUS MALIKA. TUH ORANG JUGA GAK PUNYA MALU APA YA?!"

Keera menatapku diam dalam duduknya mendengarkan aku sudah... entahlah sudah berapa menit aku tidak menghitung yang aku tau hari ini adalah aku ingin berceloteh kepada Keera untuk bertukar pikiran. Mumpung Keera juga bisa di ajak gossip jadi aku pastikan topik ini sangat menyenangkan untuk di bahas dengan Keera, juga tak sabar mendengar ocehan pedas dari Keera. "Udah? Minum dulu, minum," kata Keera menyodorkan botol air minumku.

"GAK! GUE GAK BUTUH. GUE MAU MINTA PENDAPAT LO RA, INI MALIKA TUH GAK TAU MALU KAN? SAMA AJA KAYA RAVEN."

"Udah?"

"Apa?"

"Udah belom cemburu nya?"

BRAKK!!!

"APAAN SIH?! ENGGAK YA!" Teriakku membuat seisi kantin menoleh heran ke arahku seketika sadar membuatku meringis malu dan kembali terduduk. Keera tampak menikmati reaksiku sepertinya dengan gelengan kepalanya. "Sumpah! Lo kenapa cari temen gitu sih buat kesel sama Malika, hm?"

Aku menaut alis heran akan ucapan Keera, "Siapa yang cari temen, anjir?!"

"Gak nyadar kan,"

Aku bergeming, "Maksud gue emang tindakan Malika itu salah, gue juga nyadar kok cuma reaksi lo kayak berlebihan gitu untuk mengakui itu cuma reaksi sebagai temen," kata Keera dengan santainya padaku langsung kutolak. "Ya, emang temen. Gue sama Gaffriel tuh udah janji buat saling jaga, Ra!"

"Ya... kalopun lo emang cemburu juga gak apa Na,"

"Ih nggak, Ra. Gak lucu ah, males. Orang mau tuker pikiran sama lo. Gue gak terima aja gue kan mau ngelepas suntuk sama Gaffriel si Malika malah ngebuat drama konyol, kayak gak punya temen aja buat di mintain tolong. Kata Arden aja dia hitz, kan?!" Ujarku masih berusaha untuk mengubah perkiraan konyol Keera. "Siapa tau emang si Malika udah coba kontakin semua temennya tapi emang gak ada yang bisa? Kenapa lo langsung negatif gitu?" Tanya Keera masih berusaha keras menyakinkanku.

"Karena emang dia itu kayak ular! Dia bakal terus ngejar Gaffriel Keeraaaaaa, ayo kek biasanya lo sepemikiran sama gue yang begini?"

Keera kembali tertawa disana membuatku semakin kesal. "Tuh... lo nyari temen buat ngejulid-in Malika, kan? Dulu aja respon lo soal Raven kalem aja, kenapa sekarang lo beda banget padahal permasalahannya hampir sama," aku berdecak, aku biasa saja karena aku tidak tau bagaimana sikap Raven bahkan saat bertemu saja Raven agak sedikit berbeda dengan omongan Keera, maksudku tidak seburuk itu. Malika?! Oh tidak, tidak, dia benar-benar otak ular. Aku melihat jelas bagaimana pemikiran kotornya kepada Gaffriel.

"Cukup, Ra. Kita emang berbeda pemikiran soal ginian. Intinya gue gak terima Gaffriel di bego-begoin si Kedelai pilihan."

"Awas aja lo ternyata emang cemburu,"

"Ngapain cemburu sama si Kulkas Berjalan. Ogah."

"Hmmm... iya. OH IYA! Gue ada kabar buat lo, Na!"

Aku mendongak menatap Keera dengan tatapan serius karna aku tau itu soal Arden. Walaupun sekarang aku benci dengan lelaki itu tapi, jujur aku masih ingin tau bagaimana kehidupannya disana. "Arden udah fix kerja disana, dia udah beli rumah ternyata Na, udah selesai urusan dia disana, tinggal masalah di Indonesia aja, sih. Jujur gue kesel sama Arden cuma karna gue juga dulu teman Arden dan tau gimana dia usaha, perkembangan dia keren banget Na,"

Aku tersenyum. Aku turut senang akan keberhasilan Arden bahkan dengan waktu belum sebulan saja ia cepat sekali mengurus kerjaannya disana. Aku membayangkan bagaimana kehidupannya nanti pasti akan bahagia, perempuan yang akan bersama Arden juga pasti akan bahagia mengingat bagaimana Arden memperlakukan pasangannya. Ya, walaupun aku melihat sisi berengseknya pada akhirnya, tapi kuakui saat berpacaran Arden benar-benar sangat bertanggung jawab dan memperlakukan pasangannya layaknya ratu.

"Bagus deh, mungkin emang dia suksesnya di Belanda." Ujarku rasanya masih sedikit sesak bila mengingat bagaimana ucapan Arden kala itu bahwa ia akan membangun rumah tangga bersamaku. "Lo masih sedih, ya, Na?"

"Nggak sih."

"Lo masih trauma buat berhubungan lagi?

"Ya. Belum bisa buat ulang lagi dari nol."

Keera tampak sedih melihatku mungkin ia juga merasa tidak enak padaku karena saat itu Keera dan Alan yang mengenaliku dengan Arden, aku juga paham kenapa mereka sangat mempercayaiku kepada Arden. Hanya saja semua orang punya masa lalu yang pahit yang pasti membuat dampak untuk ke depannya, entah perubahan sikap seseorang, perubahan pola pikir, dan lain-lainnya. Arden salah satunya tanpa ia sadari juga. Aku cukup banyak belajar dari ini semua, ini juga jadi penerapan untukku untuk tidak jatuh di situasi yang sama. "Semoga lo bisa berdamai sama diri lo dulu sebelum berhubungan lagi, ya, Na. Gue akan berkali-kali ingetin kalo gak semua laki-laki sama,"

"Nggak, Ra. Gue kayanya gak cari laki-laki lagi,"

"TERUS? OM?"

"Bukan bodoh!"

"Terus?"

"A man."

"Oke, gue setuju sih yang ini."

Aku mendelik, "GILIRAN INI SETUJU, SOAL SI MALIKONG LO SOK GAK SETUJU. KURANG AJARR SINI LO RA GUE ACAKIN RAMBUT LOOO!!!"

Keera tertawa menghabiskan es teh manisnya lalu mengicir pergi sebisa mungkin.

☄️☄️☄️

Hari ini sepulang dari kampus aku berniat untuk mengembalikan laptop Gaffriel ke kampusnya karena laptopku rusak dan baru selesai di perbaiki. Kemungkinan juga hari ini aku akan mencari laptop baru karena laptopku memang sudah dari SMA, jadi butuh spek yang lebih bagus lagi dan Gaffriel berniat untuk menemaniku. Alasan kenapa Gaffriel tidak menjemputku karena aku sudah banyak membebaninya, terus juga Gaffriel masih sibuk mengurus urusan kampusnya sebelum wisuda jadi aku berniat untuk meringankan beban Gaffriel hari ini.

Sesampai di kampusnya aku akan bertemu di Kantin, menunggu sekitar sepuluh menit lagi katanya baru kami akan langsung jalan ke Mall. Setelah beberapa menit terduduk di kantin aku merasakan ada seseorang yang duduk di depanku tetapi postur tubuhnya tidak seperti Gaffriel, sontak aku mendongak dari ponselku dan menatap siapa yang duduk di depanku. Ternyata, oh, ternyata itu si Malikong Kedelai Pilihan. Aku cukup dibuat heran kenapa ia memilih untuk duduk di depanku dengan beberapa bawaannya.

"Halo! Lo Anna yang waktu itu double date, kan?"

Basa-basi. Aku benar-benar tidak ingin berbicara dengannya bahkan untuk bertemu saja benar-benar tidak ada niatan. Kenapa juga dia duduk di depanku ada urusan apa?

Walau begitu aku memilih mengalah dari egoku dan tersenyum untuk membalas sapaannya. "Iyaaa, kebetulan banget ketemu, ya," kataku di akhiri tawa kecil. Ah, melakukan ini sangat menyebalkan.

Ia membalas tawaku, "Eh, enggak kebetulan. Gue kesini karena gue tau pasti Gaffriel mau ketemu lo,"

Aku menatap Malika masih dengan cengiran tapi kali ini cengiran canggung. Kurang ajar! Masih untung gue tanggepin lo jelek. Batinku

"Oh? Terus kalo udah tau begitu kenapa lo kesini? Kan gue urusannya sama Gaffriel, begitu juga kebalikannya?" Ketusku. Tidak, aku tidak lagi menanggapi orang layaknya Malika dengan sopan seperti saat dulu dengan Mbak Sarah.

Ia tersenyum seketika, "Ada dong! Kan gue sama Gaffriel pacaran."

Aku tersentak kaget, apa? Apa tidak salah dengar? Benarkah?! Tapi... "nah kebetulan Gaff mau ada urusan sama lo, jadi gue mau nyapa lo aja karna kan kita otomatis temenan heheh," lanjutnya membuatku ingin sekali tertawa akan pernyataan Malika.

Konyol sekali mana mungkin aku mau berteman dengan otak ular yang ada aku kena bisanya. "Oh? Udah berapa bulan kalian?" Tanyaku dengan nada menantang. "Umm... dua hari lalu. Gaffriel gak cerita?"

Dua hari yang lalu... berarti... OH! Saat kami pergi naik MRT bareng?! Benarkah? Bukannya Gaffriel pergi untuk membantu Malika? Aneh. Apa Gaffriel yang berbohong? Tapi, untuk apa... "Oh, iya, lo sama cowok lo gimana? Kok sendirian aja kesini?" Tanyanya.

Sial. Memangnya salah aku pergi sendiri, toh tidak menyusahkan dia. Kurang ajar, ini pertanyaan menjebak untukku. Kalau benar mereka pacaran Malika akan mengira Gaffriel akan menjadi tempat bersedihku dan dia punya alasan untuk ikut pergi nanti. Tidak, tidak mau. Itu akan semakin menyebalkan. "Loh emang apa salahnya pergi sendiri? Emang kalo pacaran harus deketan terus? Kalo itu pemikiran lo orang pacaran begitu, ya, sori itu bukan gaya gue. Selama lo bisa sendiri, ya sendiri. Baru jadi pacar jadi sebisa mungkin jangan nyusahin, sih."

Malika nampak menyeringai dengan anggukan kepalanya entah maksudnya apa, tapi aku tidak ambil pusing. "Bener, bener. Tapi bukannya kalo begitu jadi peluang selingkuh? No offense soalnya pengalaman temen,"

Jujur, maksudnya apa sih? Intonasi dan cara bicaranya menyebalkan sekali. "Kalo itu balik ke diri masing-masing. Kalo dia cowok baik-baik, ya gak selingkuh. Kalo selingkuh, ya udah dia bukan yang baik buat gue. Lagian juga itu kan pengalaman temen lo bukan berarti semua cowok begitu,"

"Eh, yang selingkuh bukan temen gue, tapi ceweknya."

Oh... LOH?! Kurang ajar, maksudnya aku kemungkinan selingkuh?! Sejak kapan aku melakukan hal itu. Maksud dia apa, sih?! Aku tidak bisa tahan lagi, ini benar-benar menyebalkan.

"Anna, maaf lama,"

Aku mendongak mendapati Gaffriel berdiri menatapku tajam entah apa maksud tatapan itu, tapi sepertinya dia menyuruhku untuk menahan amarah. Bagus deh, dia bisa denger bagaimana ucapan sarkas pacarnya itu. Hih. Belum saja kupenggal. Bercanda. Aku tidak mau masuk penjara. "Iya, gapapa." Sahutku cepat.

Gaffriel duduk di sebelahku entah mengapa bukannya duduk bersama Malika sementara Malika nampak terkejut dengan kedatangan Gaffriel, tapi ia terlihat berusaha untuk menutupi rasa kagetnya. "Hey! Udah selesai?" Tanya Malika tentu kepada Gaffriel lagi-lagi sangat basa-basi.

"Iya. Ngapain kesini?" Suara Gaffriel terdengar sangat dingin, begitukan caranya Gaffriel memperlakukan kekasihnya?

"Oh? Cuma mau nyapa Anna aja kok! Kan kita udah temenan semenjak kemarin jalan bareng,"

Tch. Maaf Malika, tapi dalam buku KBBI Anna Derulia tidak ada sosok Malika Kedelai itu teman Anna Derulia. Kasihan sekali. "Hmm? Kalian temenan?" Gaffriel menoleh padaku membuat aku menangkat kedua alisku tidak tau mau menanggapi apa karena Malika juga menatapku.

"Udah sapa-sapaannya?" Untunglah Gaffriel mengerti maksud kedua alisku naik. "Udah kok," sahut Malika padahal aku bisa mengerti maksud Gaffriel apa, sudah kupastikan ia pura-pura bodoh.

"Terus kenapa masih disini?"

Aku tersenyum, pemikiran licikku terpikirkan denganku begitu saja. Kuharap juga dengan pertanyaanku ini membuat Malika malu bukan sebaliknya. "Ih, Friel! Lo gak boleh galak gitu sama pacar lo,"

Satu...

Dua...

Gaffriel nampak terlihat bingung, ia menatapku dan Malika bergantian tidak mengerti maksudku apa. "Pacar?" Yes! Yes! Ini yang ingin kudengar.

"EH! Ih, Anna gue kan cuma bercanda. Lo kenapa anggap serius banget sih," elak Malika cepat membuatku tersenyum menang. Akhirnya kubalas ucapan menyebalkannya itu. "Hah? Kata lo Gaffriel jadiin lo pacar dua hari lalu? Gimana, sih? Ya, gimana gue gak percaya," pancingku.

Gaffriel nampak menghela. "IH JADI MALU! TANDANYA GUE SAMA GAFFRIEL COCOK, YA SAMPE LO PERCAYA? APA GAFFRIEL EMANG KEMARIN ADA NIAT NEMBAK GUE?! ASTAGAAA MALUUU!!!" Jeritnya membuatku membulat mata dengan ucapan pede Malika.

"Apa, sih, gak jelas. Ayo Na keburu sore." Ujar Gaffriel. Aku tau sebenarnya ia jengkel tapi nadanya benar-benar netral layaknya ia tidak ambil pusing.

"Yuk."

"Loh kalian mau kemana? Gue ikut dong!"

"Gak bisa,"

"Kenapa, Gaff? Anna kan punya cowok kalo gue ikut cowoknya Anna gak cemburu banget sama lo kan,"

"Gak akan cemburu karna mereka udah putus, Lika,"

Aku mendelik karna nada Gaffriel begitu lembut. "Hah?! Oh yaudah Anna pasti lagi sedih terus lo mau hibur, nah kita hibur bareng-bareng, Gaf!"

"Nggak perlu lo pulang aja istirahat,"

"Ih, gak apa kok! Gak capek gue,"

"Lika gue sama Anna ada urusan, ini bukan soal hibur-hiburan,"

"Urusan apa? Siapa tau—"

Gaffriel seketika mendekatkan wajahnya kepada Malika menyisihkan tinggal beberapa inci dari wajah Malika. Aku cukup terkejut dengan tingkah Gaffriel apalagi Malika. Astaga, apa-apaan ini. Aku sedang dalam keadaan apa sebenarnya? "Gue bilang istirahat, ya, istirahat Lika. Gue lagi males debat, kali ini aja lo nurut."

Malika menghela lalu mengangguk. "Iya, iya. Yaudah gue balik, hati-hati jaga Anna nya. Anna maaf ya gak bisa nemenin, Gaffriel nya bawel kaya Bapak gue, dadah kalian!"

Malika berbalik pergi meninggalkan aku dengan Gaffriel di keramaian Kantin kampus. Aku dibuat mikir dengan sebenarnya hubungan apa Gaffriel dan Malika ini aneh sekali. Maksudku... bagimana ucapan Gaffriel kala itu tidak menunjukan bagaimana sikapnya saat ini ke Malika. Sebenarnya apa yang terjadi dan apa maksud tindakan Gaffriel tadi yang kupikir ia akan mengecup bibir Malika layaknya di Drakor yang kutonton ketika si perempuan terus bicara kepada si lelaki.

Tidak mungkin aku bertanya kepada Gaffriel bukan? Itu seharusnya bukan urusanku juga, tapi... aku ingin tau. Tidak, aku ingin tau karna aku heran sebenarnya mereka itu ada apa.

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 18.9K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
16.3M 638K 37
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
718K 140K 46
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
6.3M 325K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...