Eighteen

5.4K 681 38
                                    

Baru bisa up😭 lagi nabung bab di sebelah. Maaf yak

Masih pada nungguin gak yah?

Selamat membaca yah😊
Jangan lupa Vote dan Commen yah.

Siasat para penjahat

°
°
°
°
°
°

Renata menggigit bibir bawahnya gugup. Dia menunggu kepulangan anak laki-lakinya. Hari ini juga dia akan meminta maaf terlebih dahulu kepada anaknya. Dia tersenyum ketika mengingat peristiwa di danau kemarin, benar salah satu dari mereka harus menurunkan ego.

"Ka."

Orang yang dipanggil Ka itu menoleh, dia menghampiri ibunya menyalaminya dalam diam. Dia tidak berlama-lama bersama ibunya takutnya dia merasa sedih. Dia dan ibunya sedang ada masalah jadi lebih baik menghindari ibunya.

Sebenarnya dia tidak ada niat untuk marah kepada ibunya. Ntah kenapa dia tidak suka ibunya dan dia saling diam seperti ini. Rasanya tidak enak. Canggung, luka dan malu seperti itulah kira-kira rasanya.

"Ka, bunda minta maaf," lirih Bunda begitu pelan. Dia mencekal lengan putranya saat putranya itu akan pergi. Dia harus meminta maaf saat ini juga.

Ka mati-matian menahan diri untuk tidak mengeluarkan air matanya. Ini alasan kenapa dia tidak mau minta maaf dia takut sedih.

"Ka, Bunda minta maaf," mohonnya begitu lirih, cukup satu minggu dia tidak bertegur sapa dengan putranya. Dia memang ibu yang buruk bagi kedua anaknya.

Bunda memeluk putranya erat, mengucapkan kalimat permohonan maaf berulang-ulang kali. Ka membalas pelukan bundanya tidak kalah erat dia juga ikut mengucapkan kalimat maaf kepada Bundanya. Mereka saling menghapus air mata, pemandangan yang pasti membuat semua anak iri.

"Tapi bunda tetep gak setuju," ucap Bunda menatap putranya tegas.

Ka mengangguk pelan, dia tidak ingin membuat ibunya sedih kembali. Ayahnya memberitahu dirinya kalau Bunda tidak bisa tidur karena memikirkan dia. Sepertinya memang cukup sampai di sini perjuangannya mencintai gadis biru laut itu.

"Kalau kamu merjuangin dia diam-diam," ucap Bunda tersenyum manis. Beberapa hari ini dia memikirkan anaknya ini. Dia memikirkan apakah keputusannya marah karena anaknya memilih untuk memperjuangkan gadis gila itu benar atau tidak.

Terlalu lama bergelung dengan pikirannya membuat anaknya ikut terluka. Ada pahit yang dia terima saat mendengar gadis itu gila karena keadaan yang membentuknya. Dan haru yang dia terima saat dia mendengar untaian doa anaknya kepada Sang Pencipta untuk gadis itu.

Anaknya ini lebih memilih merayu Pencipta-Nya daripada orangnya. Anaknya ini terlalu tulus, tapi di sisi lain juga dia takut jika anaknya ini akan terluka begitu dalam. Dia juga menemukan bukti jika anaknya ini benar-benar berjuang diam-diam.

Suaminya bahkan mendukung anaknya untuk memperjuangkan gadis itu dan sekarang giliran dia yang ikut andil memperjuangkannya. Apapun demi anaknya dia akan lakukan asal anaknya bahagia.

"Maksud Bunda?" tanya Ka menatap Bundanya bingung.

Bunda mengangguk mengelus kepalanya sayang.

"Perjuangkan dia terang-terangan. Bunda dukung kamu," ucap Bunda tulus. Senyum manis dibibirnya terbit dia memeluk Bundanya erat.

Malus [Sudah Terbit] Where stories live. Discover now