Thirteen

5.9K 879 265
                                    

Setelah Aca tenang Leta mengantarkan Aca kerumahnya.

Dia terus saja diam sekalipun dia sudah turun dari mobil Leta dan sekarang berdiri didepan pintu masuk rumahnya

Saat dia membuka pintu rumahnya, dia melihat ibunya sedang berdiri dan menatapnya marah, ditangan kanannya terdapat benda Aca mati-matian sembunyikan.

Sedangkan ayahnya duduk disofa menatapnya dengan tatapan sinis.

"Keysha," panggil Alifa lembut saat Aca berjalan kearahnya.

"Boleh ibu tanya," ucapnya pelan.

"Ini apa?" tanya nya sambil menyodorkan benda yang ada ditangannya ke arah Aca.

"Menurut ibu," jawab Aca tenang.

"Kenapa Key? kenapa?" tanya Alifa tersenyum miris melihat Aca. Anaknya ini kenapa, sekalipun dia marah tapi Alifa tidak menggunakan amarahnya kepada Aca.

Seorang anak akan berkata jujur jika kita menanyakannya dengan baik-baik dan penuh kelembutan, dan sekarang Alifa melakukannya berharap Aca menjawab jujur pertanyaan nya.

Aca tersenyum melihat ibunya. "Menurut ibu itu apa?" Aca berbalik menanyakan hal itu kepada ibunya dengan polos.

Mendengar ucapan Aca yang membalikkan pertanyaan nya Alifa menghela nafas pelan berusaha menahan emosi.

"Ini apa Aca? Bukan punya kamu kan?"

"Ibu dapat dari mana?" tanya Aca lirih.

"Ibu menemukannya dikamar mu Aca, ibu tadi membereskan kamarmu, ada obat tidur dilaci meja belajar mu, sedangkan di lemari baju ibu menemukan ini," jelasnya kepada Aca dengan lembut.

"Kenapa ibu masuk kamar Aca, itu privasi loh," ucap Aca terkekeh pelan, percayalah saat ini kondisi Aca tidak dalam keadaan baik sekalipun terlihat tenang tapi Aca itu seperti air.

"Sayang, ini punya kamu?" tanya Alifa berusaha tenang dia sudah siap menerima apapun jawaban dari Aca, tapi dia berharap kebohongan yang Aca katakan jika memang tebakannya benar.

"Tadi ibu menemukan nya dimana?" Aca berbalik nanya.

"Ibu menemukan nya dikamarmu,"

Aca menganggukan kepalanya. "Ibu sudah tahu jawabannya."

Alifa melengos dia mengerti maksud Aca, benda ini memang milik Aca, ntah kenapa Alifa begitu kecewa terhadap Aca. Tapi dia jauh lebih kecewa kepada dirinya sendiri karena merasa tidak becus menjadi orang tua.

"Aca, kamu itu calon dokter, kenapa sayang?"

"Aca gamau jadi dokter bu," jawab Aca mantap

"Kenapa Aca? Terus kamu mau jadi apa?"

"Aca mau bangun perusahaan aja kayak papa," jawab Aca singkat.

"Aca, kamu pikir gampang membangun sebuah perusahaan, kamu gasepintar itu Aca buat bisa bangun perusahaan," ucap Alifa membuat dia merasa tertohok, apa katanya dia tidak sepintar itu, lalu apa bedanya dengan menjadi dokter.

"Aca, ibu bahkan ayah kamu sudah merancang masa depan buat kamu," ucap Alifa berkaca-kaca.

"Bahkan ibu sudah memilih universitas mana yang bagus buat kamu."

Malus [Sudah Terbit] Where stories live. Discover now